Resensi: The Adams – Agterplaas

Apr 8, 2019

Artist: The Adams
Album: Agterplaas
Label: Teras Belakang
Peringkat Indonesia: 8/10

Album yang menjawab kekangenan banyak pihak akan seperti penantian sekian belas tahun. 

Teratur. Saya tidak bisa menemukan kata lain selain dari ini untuk menggambarkan album Agterplaas dari The Adams. Buat saya album ini sudah menemukan keteraturan dalam semua lini.

Seimbang mungkin adalah juga impresi yang tepat. Agterplaas adalah album yang bisa memuaskan semua pihak. Antara menyeimbangkan ambisi pribadi musisinya, menjawab ‘tantangan’ kritikus, di satu sisi memanjakan fans. Untuk fans, album ini jelas bisa menyumbangkan lagu-lagu baru, lagu-lagu eargasm ke dalam setlist panggung mereka selanjutnya. Dan untuk kritikus yang biasanya ingin sesuatu yang ‘berbeda dari album terdahlu’ pasti akan dibuat tersenyum bagaimana lewat Agteplaas, The Adams bisa menjadi sedemikan kompleks dan lenturnya.

Saya mengapresiasi upaya-upaya eksplorasi di album Agterplaas ini. Ya wajar saja, sekian belas tahun menunggu, The Adams memang tak mau album ini hanya datar-datar aja. Ambil contoh  “Lingkar luar”, lagu favorit saya di Agterplaas. Ini adalah contoh yang tepat tentang bagaimana mereka memikirkan matang soal aransemen dan hal detail lainnya. Bagaimana ide mengemas tema soal strategi hidup di perkotaan dengan suasana rock 80-an dihiasi liukan rif-rif yang nakal (terutama di suasana riuhnya kemacetan kota pada bridge yang justru menjelaskan tema lagu) adalah hal yang menarik.

Salah satu contoh dari bridge menarik lainnya adalah di nomor favorit lain saya yang lain yaitu “Gelap Malam”, a-straight forward-rock khas The Adams namun punya ‘jembatan yang pendek’ yang menyediakan ruang bagi permainan akrobatik Saleh yang berbahaya (suasana ini makin dipertebal di “Pesona Persona”).

Bagaimana di album ini Saleh, Aryo, Gigih dan – suntikan darah baru – Pandu bermain-main dengan ketukan, progresi kord, naik turunnya emosi patut diberi tinta tebal. Sebuah struktur lagu bisa diolah sedemikian rupa agar tak semata menjadi komposisi biasa yang kadang membosankan. Agterplaas bagi The Adams, mungkin adalah jalan tikus yang meliuk-liuk justru lebih menarik ketimbang berada di jalan tol yang lurus namun membosankan.

Secara tema, lewat Agterplaas, The Adams yang kini beranjak dewasa memberikan semacam perenungan kolektif yang dihadapi dalam pergulatan band ini selama sekian belas tahun. Di dalamnya ada kemarahan juga kesedihan baik dari judul, lirik lagu atau memang nuansa lagu yang mengimbuhkan sedih (“Dalam Doa” adalah lagu sedih The Adam favorit saya di album ini).

Sebuah penantian panjang yang terbayar. Lantas apakah hadirnya Agterplaas bisa mendorong semangat band ini untuk kembali membuat karya-karya barunya kelak di kemudian hari? Kita lihat saja kemana The Adams membawa jalannya setelah ini.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Inis Rilis Album Mini Berbahasa Indonesia Pertama

Berjarak hampir 2 tahun dari perilisan single “D.A.D”, Inis akhirnya kembali dengan materi anyar berupa album mini berjudul Rumah & Seisinya yang dilepas hari Jumat (19/04). Album berisi 3 lagu ini merupakan karya perdana …

Virzha Rilis Single Perjalanan di Bawah Label Vcorps

Setelah mengeluarkan album Ketiga 2023 lalu, Virzha akhirnya kembali dengan karya musik baru berupa single yang diberi judul “Perjalanan”.   Di tengah kesibukan menjadi vokalis terpilih Dewa 19, Virzha membuktikan eksistensinya sebagai solois dengan …