Rumahsakit Album Nol Derajat: Manuver Suhu Tahun 2000
Malam itu, serasa semua band indierock/indiepop ada di sana, bahkan dari Bandung. Rumahsakit mengundang banyak sejawat ternyata.
Tuntas Fable, diputarlah video musik “Mati Suri” karya sutradara Platon. Kelebatan cahaya-cahaya, siluet-siluet, nyaris tidak ada rupa yang terlalu jelas. Seperti memberi kabar bahwa rumahsakit merasa nyaman dengan perbedaan mereka, musik dan di luar musik, dibanding band pop yang ingin berada di tengah industri sana. Rumahsakit memilih artistik yang di luar pakem rumus perdagangan musik pada umumnya.
Hingga cahaya panggung terasa lebih temaram. Rumahsakit mulai bermain. Tata suara yang keluar di Hanggar Teras terdengar tidak ideal. Suara-suara seperti menggulung atau memantul. Vokalis Andri lebih banyak mematung dan minim bicara, kecuali semacam “Langsung aja, biar gak kemaleman, lagu berikutnya…”. Namun banyak dari kita menyadari bahwa Andri adalah salah satu sosok kharismatik amatir terdepan yang mulai muncul pada paruh kedua 1990an. Segalanya di panggung sering tidak sesuai jurus hiburan pada umumnya: suaranya kadang fals, sosoknya mungil, matanya sering lari dari penonton, jarang bergerak dan berkomunikasi di jeda lagu. Tapi sampai kini, sampai ia bolak balik menghentikan dan melanjutkan rumahsakit hingga akhirnya ia betul-betul meninggalkan rumahsakit dan pensiun dari musik, sepaket attitude-nya yang tersendiri itu memang sulit tergantikan. Cerita yang tersimpan oleh banyak teman yang mengenal rumahsakit.
Nol Derajat datang dengan gaya yang lumayan lain dari debut album self-title (1998), namun dengan sari cita rasa yang sama. Jika di awal mereka lebih banyak dipengaruhi oleh The Stone Roses, Charlatans UK, hingga Bluetones, maka pada album sophomore ini elemen shoegazing ditingkatkan, juga suasana melankoli goth ala The Cure misalnya. Perkembangan telah menjadikan sound gitar jadi lebih variatif dalam sugestinya dan pukulannya menyerang, sementara drum terasa bertambah di depan. Secara keseluruhan, rasanya lebih menari dalam gelap yang berbintang, kadang sinar dari lampu kecil, kadang ada juga gelombang lautan. Dan seperti album debut, lirik-lirik tetap berkesan, bahkan semakin ajaib dan menarik. Semakin remang di sudut kamar UFO.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …