Sal Priadi – MARKERS, AND SUCH PENS FLASHDISKS
Setelah berpuitis dan bermuram ria dalam album perdana, Berhati (2020), Sal Priadi sang aktor dan penyanyi kembali dengan album keduanya yang bertolak belakang berjudul MARKERS, AND SUCH PENS FLASHDISKS (2024) berisi 15 lagu.
Di era musik streaming saat banyak musisi lebih setia dengan single, atau album mini tentu jadi pertanyaan urgensi merilis lagu sebanyak itu. Kabar baiknya ke 15 lagu ini hadir sepatutnya, tanpa ada satu lagu yang percuma.
MARKERS, AND SUCH PENS FLASHDISKS dibuka dengan lagu yang cukup normal, “Kita usahakan rumah itu” dan “Mesra-mesranya kecil-kecilan dulu”. Puitisnya Sal dan ramuan musik pop ramah di telinga masih menyambut kita. Sal versi ter-update mulai menampakkan dirinya di lagu berikutnya. Setelah lagu bergitar akustik, dan vokal lirih mengawang-awang di “Lewat sudah pukul dua, makin banyak bicara kita”, sisi baru Sal mulai menyeruak dalam, “Dari planet lain” yang mulai terasa ajaib dan musiknya riuh bak musik karnaval.
Tapi jangan takut, Sal piawai mengemas sisi barunya ini dalam payung besar musik pop ala Sal Priadi. Alunan pop-jazz hadir di, “Ya sudah”, “Episode” dan “Gala bunga matahari”. Ada musik soul-jam 70an di “Foto kita blur”, lalu “Di mana alamatmu sekarang” dan, “Ada titik-titik di ujung doa” yang beraroma musik gospel/bluesy.
Ada juga lagu patah hati bernuansa musik pop-rock balada 80/90an, “Biar jadi urusanku” yang mengingatkan pada grup Toto. Lagu “Zuzuzaza” yang folk-akustik ala musik Brazil, dengan melodi gitar elektrik surf rock semriwing tidak kalah menariknya. Ditutup oleh “I’d like watching you sleeping” yang mengawang-awang cocok menjadi musik latar film di luar angkasa.
Bicara lirik lagu, dalam “I’d like watching you sleeping” adalah contoh bagaimana Sal bisa puitis, romantis, jenaka, sekaligus cringe dan freak. Cek, bagaimana ia ingin lebih dekat dengan pasangannya hingga ingin tinggal di belakang giginya. Meski ada batas tipis antara cringe dan jenius:
I’d like to watch you sleeping / Lebih sering menganga / Aku lihat ada tempat longgar di sana / Aku ingin tinggal di belakang gigimu
Juga selipan chorus lagu Reza yang ditulis Ahmad Dhani, “Satu Yang Tak Bisa Lepas” hadir utuh jadi sebagai penutup lagu ini membuat alis mengerenyit. Bagaimana soal orisinalitas dan hak cipta, ataukah hadir sebagai tribut? Bicara tribut, yang juga spesial dan favorit adalah, “Foto kita blur” yang bernuansa soul/funk 70an. Seperti kerasukan roh Marvin Gaye. Dengan bassline funk, selipan tipis synthesizers yang menari-nari di latar dan solo gitar soulful menyambar.
Selain di lagu ini keluwesan musik seorang Sal juga tertuang dalam lagu lain yang jadi favorit saya, “Semua lagu cinta” yang menyalahi aturan dalam lagu cinta. Alih-alih kata ‘aku cinta padamu’, Sal malah berhayal tentang film di kepalanya. Musiknya nihil denting piano atau gitar akustik syahdu, malahan misterius ganjil. Tiada kord ramah telinga, justru kord minor dengan progresi tidak lazim. Uniknya lagu groovy dengan hook kuat dan lirik nyeleneh ini sukses menyita perhatian saya.
Dengan MARKERS, AND SUCH PENS FLASHDISK, Sal berhasil tampil menjadi dirinya yang baru. Cair bisa mengalir tidak tertebak, liriknya sesukanya, meski dengan diksi baku cenderung seperti percakapan dalam film-film yang ia bintangi. Sal juga bisa guyon dan serius dengan kadar humor yang ganjil. Kudos juga untuk pemilihan para produser yang tepat dalam album ini, termasuk Mahatama Arya Adinegara vokalis/gitaris band Coldiac, teman sejawatnya di Malang.
Jika ingin mengenal Sal Priadi dengan baik, maka album MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS yang bernuansa pop sirkus karnaval ini jitu untuk menyelami isi kepalanya yang puitis, romantis, jenaka, sekaligus cringe dan freak.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …
Nyaman dibaca dan poinnya persis dengan yang terdengar