Satu Per Empat Kembali Tengok Masa SMA Mereka

Nov 27, 2021

Ada ragam cerita yang dibawa oleh kuartet Satu Per Empat di sisa setengah tahun 2021 ini.

Rangkaiannya dimulai di bulan Agustus lalu, ketika mereka melepas nomor tunggal bertajuk “Memoir of Bill Lee” beserta dengan sebuah format video animasi. Setelahnya, cerita berlanjut dengan bergabungnya mereka dalam gerbong label rekaman Berita Angkasa, berbarengan juga dengan masuknya Anda Perdana di label tersebut.

Anda Perdana dan Satu Per Empat. / Dok: Berita Angkasa.

Bersama Berita Angkasa, baru-baru ini sebuah mini dokumenter, Bildungsroman dihadirkan. Memuat cerita seputar perjalanan mereka sejak awal terbentuk sejak sepuluh tahun lalu, yang mana ceritanya akan berlanjut ke berita utama kali ini.

Hari Jumat (26/11) lalu, Satu Per Empat memutuskan untuk kembali ke masa SMA mereka dengan menghadirkan “Blom 3x”, sebuah nomor yang sudah mereka ciptakan di momen bangku sekolah.

Memang, kuartet yang dihuni oleh Audi Adrianto (gitar), Bismo Triastirtoaji (vokal), Levi Stanley (drum) dan Rigaskara (bas) ini sudah bertemu satu sama lain sejak belia, hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan proyek mereka tersebut hingga sampai saat ini setelah sempat melalui masa vakum.

Dalam beberapa waktu ke depan, Satu Per Empat akan melepas beberapa nomor lainnya sebagai rangkaian perjalanan menuju EP mereka selanjutnya, juga sebagai sebuah pengarsipan dari nomor-nomor mereka di masa tersebut.

“Lagu-lagu yang punya nilai sentimentil dan historis buat Satu Per Empat belum pernah terdokumentasi dan direkam secara baik untuk arsip dan butuh aktivasi sebagai jembatan ke album kedua”, jelas Audi Adrianto.

Bisa dibilang, bahwa “Blom 3x” menjadi sebuah bukti embrio dari perjalanan ragam lirik-lirik penuh ketegasan penuh makna yang dihadirkan dalam album penuh mereka, Pasca Falasi.

Mengenai musik pun, juga kembali menjadi sebuah pembuktian bahwa Satu Per Empat sudah menelan semua inspirasi alternative rock era 90an dengan penuh percaya diri di usia belia tersebut.

“Ternyata masih saja relevan konteksnya sampai saat ini. Karena, nengok ke belakang sebenarnya lagunya bukan tanpa makna, jelas dari lirik harusnya cukup sederhana ditangkap tujuannya. Khas kepongahan remaja umur 18-an. Penuh dengan slogan kaleng-kaleng, syair pamflet, perspektifnya cukup fatalistik,” tutup Bismo.

Simak “Blom 3x” di berbagai layanan streaming musik.


 

Penulis
Raka Dewangkara
"Bergegas terburu dan tergesa, menjadi hafalan di luar kepala."

Eksplor konten lain Pophariini

Bernadya – Sialnya, Hidup Harus Terus Berjalan

Album perdana Bernadya, Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan, seperti membaca buku peta petunjuk jalan memahami pemikiran dan perasaan seorang perempuan

Di Balik Panggung We The Fest 2024

We The Fest 2024 sukses berlangsung selama 3 hari tanggal 19-21 Juli lalu di GBK – Sports Complex, Jakarta Pusat. Festival yang digarap Ismaya Live ini merayakan 10 tahun penyelenggaraan dengan banyak menampilkan aksi …