Scaller – Noises & Clarity
Sudah sepantasnya, musisi dalam berkarya itu selalu berkembang, baik dari penulisan musik, lirik maupun hal-hal yang berkaitan dengan itu. Ini sejalan bahwa musisi pada hakikatnya adalah mahluk perasa yang diberikan anugerah merasakan banyak hal dan haus akan pendekatan-pendekatan baru yang belum pernah dicoba, dan ini terjadi dalam diri Scaller lewat album keduanya, Noises & Clarity.
Lewat album keduanya, duo yang digawangi oleh duo Reney Karamoy dan Stella Gareth berkembang, mereka seakan ingin menegaskan sekali lagi tentang ‘kebisingan’ dan ‘ketajaman’ sebagai bagian dari keindahan musik yang ingin mereka inginkan. Dua ini yang nyata diaplikasikan dalam setiap inci di dalam 8 track album ini.
Secara keseluruhan, dibandingkan dengan Senses, Noises & Clarity jelas terdengar lebih ‘bright’ secara produksi sound yang dihasilkan. Angkat tangan buat proses mixing dan mastering yang canggih dan berhasil menurut saya. Kita bisa mendengar detail setiap tarikan nafas keresahan Stella juga setiap jengkal tarikan gitar Reney, baik akustik maupun elektrik, overdrive, fuzz, apapun itu pedal yang dipakai, semua tajam sesuai dengan proporsi frekuensi yang masih relatif aman dalam setiap track yang ada.
“What Tomorrow Holds”, filler yang jadi nomor favorit saya di album ini menunjukkan kepiawaian mereka dalam penulisan lagu dengan proporsi lirik yang terangkai indah dalam setiap jengkal riff dan ‘kamar-kamar’ lagu yang ditulis. Bagaimana di detik 2:50 setelah gemuruh distorsi, lagu ini menyisakan ruang buat keindahan tekstural yang tercipta dari kelindan synthesizer dan gitar yang mana menjadi momen magis lagu ini. Momen-momen akhir yang kerap saya dengar di karya-karya masterpiece macam “Lucky Man”-nya ELP, “Epitaph”-nya King Crimson.
Dan di album inilah, emosional Stella secara jelas terdengar di “Inside My Head”. Sesuatu yang mungkin sudah saya bayangkan saat beberapa kali menonton mereka circa album Senses. “Inside My Head” menurut mengukuhkan bahwa Scaller sah untuk menjejakkan kakinya di arena stadium rock. Lagu ini juga lagu-lagu lain yang ada di dalamnya seolah memberitahu ke orang banyak bahwa mereka telah berada dalam level panggung yang lebih tinggi dari yang pernah mereka jalani sebelumnya di awal karier.
Bahkan “Music All We Have”, satu-satunya karya yang lebih pop dibandingkan lainnya, juga punya nuansa stadium rock yang ketika itu dimainkan di panggung besar dengan tata cahaya yang sedemikian rupa, bukan tak mungkin lagu ini akan langsung menghujam jantung penonton yang menikmatinya.
Scaller sendiri menurut saya adalah sebuah paket yang menarik antara song dan sound-crafting, yang meliputi demonstrasi bebunyian dan lirik yang dalam ketika diserapi dengan baik. Tantangan ke depan adalah bagaimana membawa segenap emosi dan produksi sound yang dihasilkan di album ini ke atas panggung agar bisa dihasilkan dengan level yang sama.
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Bungareyza Kolaborasi bareng Lafa Pratomo di Single Nomor Satu
Muncul pertama kali dengan materi Tukar Lalu (2023) kolaborasi bareng Dimansyah Laitupa disusul perilisan single “Wahai Tuan” Juli 2024, penyanyi solo kelahiran Bogor, Bungareyza kembali menghadirkan yang terbaru dalam judul “Nomor Satu” bersama label …
Paman Rocky Mendokumentasikan Perjalanan Imajinasi Lewat Single “03.33”
Setelah merilis album mini Pesta Realita bulan Mei lalu, Paman Rocky asal Depok, Jawa Barat siap membawa pendengarnya menyelami kedalaman emosi melalui single terbaru “03.33” yang dilepas 30 September 2024. Band yang …