Sepuluh Tahun Lalu, Setengah Lima Sore

Jun 5, 2018

Suatu hari di tahun 2015 saya ditanya oleh seseorang,

“Mas, apa sih konser yang paling berkesan buat mas?”
“Berkesan bagaimana?” saya balik tanya.
“Ya pokoknya yang berkesan, boleh dibilang bikin orgasme lah,” katanya.
“Ya semua konser sih berkesan, bikin orgasme,” kata saya.

Saat saya menulis ini, teringatlah lagi pembicaraan itu. Saya mungkin belum bisa jawab apapun saat itu. Tapi kalau sekarang saya bisa menulis bahwa lima dari konser terbaik, berkesan dan membuat saya orgasme adalah konser Morrissey di Tennis Indoor, Senayan, 10 Mei 2012, Reuni The Stone Roses di Singapore Indoor Stadium, 22 Juli 2012, Kula Shaker  di Lapangan ABC, Jakarta, 6 Agustus 2010, Santa Monica di Festival Melody of Life, Bangkok, 2008

Dan ya, yang kelima, launching album Sore – Ports of Lima di PPHUI, Kuningan Jakarta, 24 April 2008.

Saya tahu persis, saya duduk lumayan agak ke tengah atas saat konser. Jadi saya bisa begitu jelas melihat panorama panggung, cahaya, serta visual yang dimainkan.   

Saya ingat sebelum Sore sepertinya belum pernah ada band, yang mungkin disebut independen saat itu yang membuat konser tunggal launching seperti Sore. Plus, ini adalah konser launching album Sore paling megah yang pernah saya tonton, setelah itu tak ada launching album dari mereka sampai semegah ini, atau bahkan tak ada sama sekali?

Namun yang jelas keputusan Aksara, label Sore waktu itu, untuk mengontrak Sore untuk album ini, dan membuatkan launching untuk mereka, adalah seratus persen keputusan tepat.

Saya ingat tiap komposisi yang dimainkan di lagu ini nyaris tanpa cela. Ada sih satu dua keselip di sana sini, tapi ia itu bagian dari tampilan live, beberapa kesalahan nyaris tak nampak karena bisa ditutupi.

Foto: roythaniago.wordpress.com

Setiap lagu ditampilkan secara elegan, Bogor Biru, Setengah Lima, dll. Energi mereka masih full tank saat itu. Mondo, Echa, Ade, Awan, Bemby, seratus persen full tank.

Liukan-liukan pinggang Echa, tarikan bas Awan, Mondo yang kalem, Bemby bak Lars Urlich bermain Beatles serta begitu penuh penghayatannya Ade dalam setiap hembusan vokalnya, saya ingat benar pemandangan itu.  

Saat itu, Sore tak pernah salah. Tunggu, tunggu, Sore dan Ports of Lima tak pernah salah. Sampul albumnya, kemasan musiknya, susunan track, label, scene musiknya, semua tak ada yang salah.

Sampai ketika mereka harus konflik satu sama lain dan berujung keluarnya Dono, Ade dan Mondo, rasanya bak petir di siang bolong. Ini pasti ada yang salah. Tapi ya, namanya juga dinamika. Ya, dinikmati saja.

Sore circa 2008

1
2
Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir

Eksplor konten lain Pophariini

Farrel Hilal Gabung Sony Music Entertainment Indonesia

Menambah katalog perjalanan musiknya, Farrel Hilal kembali dengan single baru berjudul “Di Selatan Jakarta”. Perilisan ini menandai kerja samanya dengan label musik Sony Music Entertainment Indonesia.   Dalam meramu aransemen musik “Di Selatan Jakarta”, …

Lirik Lagu Rayakan Pemenang Morfem untuk Kemenangan Timnas

Teringat single Morfem “Rayakan Pemenang” dalam album mini SneakerFuzz yang rilis 10 tahun lalu. Kami memutuskan untuk membuat artikel lirik lagu ini bertepatan dengan momen kemenangan Tim Nasional (Timnas) Indonesia atas Korea Selatan di …