Setelah 18 Tahun, Album Media Distorsi Dirilis Digital

May 3, 2020
Media Distorsi

Album pertama dan satu-satunya Chapter 01: The Beginning milik duo Agus Sasongko dan Indra7 atau dikenal dengan nama Media Distorsi dirilis ulang secara digital oleh Anoa Records pada 1 Mei 2020. Setelah 18 tahun yang lalu beredar dalam format CD 1.000 keping dan ludes terjual. Kini album bisa didengarkan melalui layanan musik streaming.

Chapter 01: The Beginning berisi sepuluh lagu yang direkam sekitar tahun 2000-2001. Proses penggarapannya berlangsung di dua tempat yaitu Studio Venus, Depok milik Bongky ‘BIP’ dan Studio 18 milik Levi ‘The Fly’.

Didit Saad (dulu membentuk band Plastik – kini memperkuat Stars and Rabbit) sosok yang sudah cukup lama mereka kenal baik di dunia musik maupun pertemanan dipercaya untuk mixing dan mastering. Media Distorsi merasa punya satu visi yang sama dengan Didit tentang arah sound album ini harus dibawa ke mana.

“Dalam proses mixing dan mastering, Didit banyak memberikan masukan ke kami tentang gimana sound atau mixing- nya harus seperti apa. Dan kami memang memberikan kebebasan penuh ke Didit untuk bereksperimen dalam mengolah sound design dari album tersebut,” kata Indra.

Media Distorsi / dok facebook com/indra.isa

Ketika TV dan radio sedang asyik mempromosikan materi ’07 Des’ Sheila on 7 atau ‘Cintailah Cinta’ Dewa. Album Chapter 01: The Beginning tetap mendapat tempat di hati pendengar musik Indonesia. Video musik “Confession, Pt. 2” masuk high rotation MTV Indonesia berbarengan dengan video milik Koil “Mendekati Surga” dan The Milo “Malaikat”.

Berbicara soal judul albumnya, seakan Media Distorsi mau berlanjut merilis yang lainnya. Indra pun mengatakan, “Kalau dilihat dari judulnya, seharusnya memang ada Chapter 02, Chapter 03, dst. Konsep awalnya memang seperti itu tadinya. Rilisannya dibuat berseri. Namun apa daya, di tengah-tengah perjalanan muncul ketidakcocokan secara musikalitas dan kehidupan personal antara saya dan partner band saya saat itu.”

Media Distorsi sempat mengisi beberapa album kompilasi seperti Jakarta Movement ’05 (2005) lagu “In Between”, Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu NAIF (2006) lagu “Selalu”, dan OST Janji Joni (2005) lagu “The Army Returns”. Mereka pernah mempersiapkan beberapa materi yang siap digarap. Sayang, Indra dan partner- nya di tengah jalan tak lagi menemukan chemistry.

Indra mengungkapkan keputusan untuk merilis ulang dalam format digital sebenarnya sudah dirancang sejak lama namun belum ketemu pihak aggregator yang cocok. Sampai akhirnya beberapa bulan lalu, ia memberitahukan tentang idenya ke Ritchie (Founder Anoa Records). Ide tersebut direspon positif. Prosesnya lumayan cepat sekitar satu bulan.

Indra 7 / foto: Michael Audiano Assa)

Mengapa baru dirilis secara digital karena dalam kurun waktu 18 tahun belum ada satu pun aggregator yang menawarkan diri. “Anoa Records itu bagus dan sangat proper dalam mengelola roster-rosternya. Gak cuma asal diterima lalu diedarkan rilisannya, tapi sampai hal-hal kecil (namun penting) layaknya sebuah record label dalam memberikan sebuah rilisan pers, liner notes, dan lainnya pun ada. Mereka benar-benar paham apa yang harus dilakukan dengan produk yang akan dirilisnya. Itu keren banget sih buat saya,” jelas Indra.

Ritchie angkat bicara mengenai kerjasama mereka. Pihak Anoa Records excited begitu Indra punya rencana mengeluarkan versi digital album “Gue langsung discuss sama Peter (Anoa Records) dan karena klik sama visinya Anoa yang mau arsipin rilisan lokal yang kuat di era-nya jadilah project ini. Akhirnya dateng juga hari di mana bisa dengerin Media Distorsi di Spotify, secara dari akhir 2019 kita udah ngobrolin plan ini,” kata Richie.

Peter berkomentar, “Album itu kami merasa penting sih untuk musik elektronik di scene lokal ketika itu. Apa ya haha ya itu sih. Mereka pionir, dan ketika itu yang awalin kan mereka ya, khususnya embrionya FSOP. Musik mereka harus hadir lah di generasi sekarang. Buat disimak, menarik loh. Apalagi dulu sosmed ga seperti sekarang.”

Tujuan utama dari perilisan digital ini tidak muluk-muluk. Bagi Indra lebih ke reminiscing memori-memori yang menyenangkan 18 tahun lalu. “Saya yakin banyak juga orang-orang yang mungkin akan sama-sama senang mengingat kembali apa-apa saja yang pernah terjadi saat album tersebut muncul. Dan sebagai pengenalan juga mungkin ke generasi yang sekarang kalau dulu pernah ada band elektronik namanya Media Distorsi,” tutup Indra.

Saat ini kesibukan Indra masih dihabiskan dengan nge-DJ. Di luar itu, bersama Adam ‘Koil’, Indra tengah membuat proyek musik bernama Senyawa Mesin. Mereka menargetkan akhir tahun 2020 karya musiknya bisa segera dirilis.

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …

Nyala Aksara: 25 Tahun Grindcore Pioner Semarang, AK//47

Saat ini AK//47 berbasis di Oakland, California, Amerika Serikat. Namun, Indonesia, terutama Semarang, tidak dapat dilepaskan dari tubuh AK//47