Sleep Shelter – When You Come Around (EP)
Bagian yang terbaik dari mencari karya-karya musik baik dari band atau musisi adalah menemukan tumpukan-tumpukan kolaborasi antara dua musisi. Seperti ada suprise effect ketika mendengarkan percikan-percikan warna yang dihasilkan. Apalagi dari ketika itu datang dari dua musisi dengan latar belakang genre yang berbeda, seperti Sleep Shelter ini.
Sleep Shelter dibentuk dari dua entitas, Pandji Dharma produser sekaligus frontman band shoegaze Sirati Dharma serta Fathia Izzati, vokalis unit indie rock/pop Reality Club. Di atas kertas, keduanya jelas berbeda. Perbedaan ini yang lantas membuat kemunculan awal mereka dengan beberapa single seperti “Memory Lake”, “Heavent Sent” dan “Faults”, leburan karya elektronik pop/ambient yang menjadi muara kolaborasi ini begitu menarik perhatian saya.
Bahkan, tanpa tahu siapa mereka sebelumnya atau dengan mata tertutup, mendengarkan Sleep Shelter tidak terdengar sebuah karya dari band Indonesia terutama dari sound dan ekspresi musik yang dihasilkan. Saya menerka ini adalah band dari Eropa atau Kanada. Ada nuansa ‘dingin’ dan ‘mengawang’ dalam karyanya. Saya mendengar ada banyak referensi di sana yang mungkin berasal dari tumpukan koleksi rekaman seperti Cocteau Twins, Frou Frou sampai Caribou bahkan Beach House, sebuah irisan yang baik.
Cuaca-cuaca dingin dan hujan menjadi suasana menarik untuk menyerap EP ini lebih dalam begitu pun film-film bergaya Lost in Translation atau drama-drama dengan tema unpopuler menjadi pilihan menarik untuk memahami sikap bermusik mereka.
Aroma-aroma sendu menjalar di setiap notasi dan melodi dengan beat pelan dan medium di hampir semua track di EP ini. Namun di nomor “Phase”, seperti ada gagasan untuk mengimbuhkan beat dance, namun sebetulnya ini hanya latar semu untuk hiasan-hiasan synthesizer yang justru menjadi inti utama ketimbang menjadi sebuah track dance house yang agresif.
“When You Come Around”, “Look My Way” dan “Spaceship”, tiga nomor baru tambahan selain “Phase” yang melengkapi tiga single lama yang masuk “Memory Lake” dan “Faults” menjadi bukti bahwa kolaborasi ini punya masa depan cerah. Saya menerka ada banyak peluru baru lagi yang mungkin disiapkan mereka untuk album penuh, semoga di tahun depan.
Menyimak Sleep Shelter, saya kira gagasan kolaborasi-kolaborasi semacam ini perlu lebih banyak diproduksi di tahun depan sekadar untuk memperkaya referensi dari karya-karya baru di musik Indonesia agar lebih berwarna.
_____
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …