SORE – Quo Vadis, SORE?
Salah satu hal yang terekspektasikan jika mendengar musik SORE adalah selalu tentang rasa kehangatan, kadang rasa murung dan sendu. Semua perasaan-perasaan tersebut muncul akibat impuls syaraf ketika terhampiri notasi-notasi musik yang manis dan mengawang.
Kaidah-kaidah musikal ini yang sedikit banyak masih terjaga di Sore sampai Quo Vadis, SORE? Sebuah album yang merangkum dinamika perjalanan band ini selama 8 tahun vakum membuat album.
Ada 14 lagu yang dikemas dengan aransemen yang boleh dibilang menjelaskan perjalanan tersebut. Waktu dan proses kreatif adalah musuh utama dari band yang masih punya jadwal panggung yang lumayan padat. Apalagi masa pandemi yang boleh dibilang mematikan proses kreatif itu sendiri. Maka, yang terjadi adalah rekaman-rekaman yang mungkin belum memenuhi ekspetasi seratus persen, namun saya rasa cukup dimaklumi.
Saya akan membuka dengan sebuah statement: Akan sangat naif memang bila membandingkan Quo Vadis ini dengan beberapa album SORE sebelumnya. Ini juga berlaku bagi band-band yang sudah satu dekade lebih berkarir, terlebih yang punya satu atau dua album terbaik seperti ERK dengan Sinestesia, White Shoes & The Couples Company dengan Vakansi-nya dan beberapa band lainnya.
Dalam kasus SORE, tak mungkin bila menganggap bahwa Quo Vadis nantinya akan setara bahkan mengungguli apa yang pernah mereka buat di Ports of Lima, album yang menurut saya adalah magnum opus mereka. Ada banyak faktor yang membuat Ports of Lima tergarap dengan baik adalah kegelisahan dan momen ketika album ini dibuat dan dirilis.
Begitu pun Quo Vadis, saya lebih senang menikmati album ini sembari menerka-nerka kegelisahan musikal SORE macam apa yang hendak ditawarkan kali ini sehingga muncul statement tebal Quo Vadis, SORE? sebagai tajuk album yang menimbulkan multi-tafsir seolah mereka kehabisan bensin atau kehilangan arah.
Kembali ke penjelasan dua paragraf awal saya, semua ekspetasi perasaan saya mendengarkan SORE masih bisa terwakilkan dengan baik di album ini. Dari “Real, Is It” yang hangat, grooviness-nya “Rosa”, “Asmaraloka” dan “If I Ever Go Away”, megahnya “Alakah” dan kehangatan hangat yang ditawarkan “Out on Arrival” dan “Hayya The Great” semua sangat terangkai dengan baik.
SORE bahkan melakukan pendekatan baru dengan meramu reggae menjadi komposisi yang hangat di “Meraki”. The so-called ‘Sore-reggae’ ini menjadi langkah berani yang patut diberikan apresiasi.
Selain itu, pendekatan akustik di “Out of Arrival” juga menjadi highlight yang perlu saya beri catatan. Intro 12 senar gitar sangat kuat menempel mewakili identitas SORE dan saya sebagai anak muda penyuka hit-hit AOR macam Hirth Martinez dengan “Altogether Alone”-nya yang dahsyat atau America dengan “Tin Man”-nya.
Saya pun juga memberikan apresiasi SORE yang bisa terbuka dan memberikan ruang kepada musisi-musisi seperti Christianto Ario, Sinatrya Dharaka, Ricky Surya Virgana dan musisi lain yang terlibat merespons seluruh kreativitas proses rekaman Quo Vadis ini, sesuatu yang jarang atau mungkin juga belum pernah dilakukan di awal karier band ini.
In the end, saya hanya bilang Quo Vadis, SORE? adalah proses SORE dalam merespon dinamika perjalanan mereka yang berliku-liku. Terlalu dini untuk disebut magnum opus namun juga bukan album yang tidak luput untuk disimak dan diperhitungkan sebagai yang terbaik di tahun ini.
___
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit
Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …
Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika
Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan. …