Synchronize 2023: Festival Musik yang Bijaksana

Sep 5, 2023

Konsep penampilan spesial, ajang reuni penuh nostalgia, hingga ragam kolaborasi lintas genre dan lintas generasi masih menjadi daya tarik Synchronize Festival. Di penyelenggaraan kali ini, belasan ribu penonton hadir setiap harinya dari tanggal 1 – 3 September 2023 untuk menjadi saksi atas aspek-aspek yang disebutkan di awal.

Perubahan dilakukan oleh penyelenggara dengan menukar posisi Dynamic Stage untuk berada di District Stage, kemudian District Stage bertukar di posisi Dynamic Stage tahun lalu. Selain itu, ada penambahan panggung bernama Panggung Getar yang berkolaborasi dengan Kobra Musik.

Kegiatan di luar panggung musik punya cerita tersendiri. Sebut saja aktivitas yang seru di sejumlah booth, berbagai pilihan kuliner di tenant-tenant, meet and greet di booth Demajors, hingga DJ dan music selector yang bertanggung jawab akan menumpuknya penonton di area Record Market Kaleng Kerupuk.

Simak ceritanya berikut ini.


Hari pertama Synchronize Festival 2023

Jika di edisi tahun lalu festival dibuka oleh aksi Sal Priadi yang berkeliling tanpa panggung, maka tahun ini giliran Project Pop yang melakukan hal serupa. Ditemani dengan dorongan gerobak sound system, mereka berjalan bersama penonton dari area Record Market sampai Dynamic Stage sebelum akhirnya naik di panggung tersebut.

Project Pop buka Synchronize Fest 2023 / Dok. Raka Dewangkara

Tercatat di hari pertama, ada beberapa nama yang perdana manggung di Synchronize Festival. Mereka adalah Sunwich, Thee Marloes, VLAAR, Primitive Monkey Noose, hingga Enola yang masing-masing tampil di Gigs Stage dan XYZ Stage.

Kejutan yang akhirnya tidak menjadi kejutan-kejutan amat terjadi di Gigs Stage. Tak lama dari adzan Maghrib berkumandang, nama yang tidak ada di poster dan rundown untuk menjadi penampil rahasia di panggung tersebut ternyata Seringai.

“Ketauan deh,” ujar Arian singkat sembari tertawa tidak lama setelah muncul di hadapan. Menyaksikan mereka beraksi di panggung paling kecil tersebut menghadirkan kembali ingatan-ingatan kapan terakhir kali Seringai mentas di depan crowd yang seintim itu.

Aksi Seringai di Gigs Stage / Dok. Raka Dewangkara

Berkeliling ke area festival, salah satu yang mencuri perhatian adalah booth milik House of The Rising Sun. Toko sepeda yang terletak di bilangan Panglima Polim menyuguhkan ajang balap goldsprint dengan jarak tempuh 250 meter, memacu penonton yang ingin menguji stamina mereka.

Adu stamina di booth HOTRS / Dok. Raka Dewangkara

Padatnya Gigs Stage terus berlanjut hingga matahari tenggelam. Jirapah adalah salah satu penyebabnya. Sempat hilang cukup lama dari lampu sorot panggung mana pun, mereka kembali untuk menebus perasaan penggemar yang merindu.

Lamunai Music Service paham betul dengan tugasnya untuk meramaikan Kaleng Kerupuk karena terbukti menjadi pusat keramaian bagi mereka yang ingin hilir mudik berpindah panggung.

Hari pertama kami tutup dengan menyaksikan persahabatan musisi senior yang sudah terjalin lama, Iwan Fals bersama Sawung Jabo.

Iwan Fals dan Sawung Jabo / Dok. Raka Dewangkara

 

Hari kedua Synchronize Festival 2023

Meski waktu masih menunjukkan pukul 13.45 WIB, saat matahari sedang berada satu jengkal di atas kepala, tidak menyurutkan penonton untuk datang lebih awal. Hari kedua ini, mereka tersebar rata demi menyaksikan Shaggydog, Reality Club, Iksan Skuter, serta VOX di panggung berbeda dengan waktu yang berdekatan. 

Tampilnya VOX membawa dua cerita spesial. Selain menjadi panggung pertama mereka setelah sekian lama, unit asal Surabaya ini turut menggandeng Bilal Indrajaya untuk bernyanyi bersama di lagu “Pagi”.

VOX bersama Bilal Indrajaya / Dok. Raka Dewangkara

Milledenials, Eleventwelfth, dan Tigapagi secara beriringan tampil hingga pukul tujuh malam. Nama pertama yang disebut sedang menjalani rangkaian tur, sementara Eleventwelfth akhirnya membawa Asteriska untuk pertama kalinya membawakan lagu kolaborasi “your head as my favourite bookstore”.

Kolaborasi Eleventwelfth dan Asteriska / Dok. Raka Dewangkara

Bergeser ke Forest Stage, ada Theory of Discoustic (TOD) asal Makassar. Mereka memuat lirik berbahasa daerah untuk lagu-lagunya dan para personel aktif memainkan  instrumennya masing-masing. Sayang, tidak banyak penonton yang terlihat di area tersebut.

Sejak diumumkan bakal tampil di Synchronize, nama Tigapagi menjadi salah satu yang paling dinanti kehadirannya. Terbukti dengan sangat jelas penumpukan penonton di area XYZ Stage selama mereka beraksi. Penonton ikut bernyanyi asyik bernostalgia bersama Tigapagi yang manggung mengenakan T-shirt band-band seram macam Cannibal Corpse hingga Misfits.

Tigapagi yang menebus rindu / Dok. Raka Dewangkara

Malam semakin larut, kemeriahan makin bertambah di area Dynamic Stage. Beberapa dari pengunjung tampak tidak sabar menanti panggung 50 Tahun God Bless. Nama pertama yang membawa tribute-nya adalah Kelompok Penerbang Roket. John Paul Patton terlihat tidak setengah-setengah karena ia hadir dengan setelan mirip Achmad Albar lengkap dengan wig kribo.

John Paul Patton tampil seperti setelan Achmad Albar / Dok. Raka Dewangkara

Sebelum berlanjut ke nama lainnya, Arian ‘Seringai’ muncul untuk sebuah impresi akan God Bless.

“Begitu dengar bassline-nya (dari lagu ‘Kehidupan’), itu paling catchy, langsung gue pengin nanti kalau suatu hari gue besar dan jadi musisi, gue akan jadi pemain bas! Karena pemain bas itu sering kurang mendapat sorotan. Ternyata benar, makanya gue jadi vokalis,” canda Arian yang diiringi tawa dari penonton.

Tribute untuk God Bless berlanjut dengan penampilan dari Barasuara, Scaller, Iksan Skuter, Soegi Bornean, Isyana Sarasvati, dan Ardhito Pramono. God Bless sendiri tampil di penghujung set dengan “Semut Hitam” serta “Rumah Kita”.

God Bless / Dok. Raka Dewangkara

Penonton diajak balik ke 23 tahun lalu, tepatnya ketika film Petualangan Sherina tayang perdana di tahun 2000. Konser Petualangan Sherina menghadirkan Yura Yunita, Reza Chandika, Isyana Saraswati, penyanyi cilik Quinn Salma, aksi teatrikal Jakarta Movin, hingga kemunculan sang pemeran asli, Sherina Munaf dan Derby Romero.

Lagu-lagu macam “Menikmati Hari” hingga “Lihatlah Lebih Dekat” membawa penonton bernostalgia dengan memorinya masing-masing. Salah satu yang paling berkesan di hari kedua festival.

Sebagai informasi tambahan, Konser Petualangan Sherina merupakan rangkaian dari perilisan sekuel Petualangan Sherina yang dijadwalkan tayang pada 28 September mendatang.

“Tentunya buat saya bangga banget. Sebuah karya film yang kami buat 23 tahun lalu akan kembali, malam ini dia akan jadi pengantar sebuah konser yang mengantar excitement kita semua,” tutur Riri Riza ketika ditemui di konferensi pers, beberapa saat sebelum Konser Petualangan Sherina dimulai.

Nostalgia di Konser Petualangan Sherina / Dok. Raka Dewangkara

Rombongan tiga belas musisi di atas panggung bisa ditemui di Lake Stage, tepatnya ketika .Feast and Company unjuk gigi. Selain menampilkan empat personel .Feast, format spesial ini melibatkan Kartika Jahja, Sade Susanto, Sailor Money, Iga Massardi, Fauzan Lubis, Ananda Thesvara, Ayla Adjie, Adrian Mahendra, dan Dias Widjajanto.

.Feast and Company / Dok. Raka Dewangkara

The Jansen menutup hari kedua festival dengan pencapaian pribadi. Mereka resmi naik kelas dengan mentas di Lake Stage setelah menjajal XYZ Stage di tahun sebelumnya. Dengan pencapaian ini, band berterima kasih dengan melibatkan kolaborator yang menghiasi diskografi seperti Latisha Adjani (Slut Machine Gun), Adipati (The Kuda), Dilla (Lips!!), Dennis Ferdinand, serta Agis dan Dea.

Sepuluh lagu pertama diambil dari dua album terdahulu, sementara empat sisanya dari album Banal Semakin Binal. Konsep yang menarik, namun rasanya tidak dipersiapkan dengan matang. Beberapa kendala teknis serta durasi speech salah satu kolaborator yang terlalu panjang di antara pergantian lagu cukup mengganggu.

 

Hari ketiga Synchornize Festival 2023

“Panas ya pastinya. Panas kena instrumental gimana [tertawa],” sambut Dewa Budjana tidak lama membuka setnya di Forest Stage. Beberapa saat sebelumnya, Setia Band mengemban kepercayaan untuk tampil pertama di Dynamic Stage. Sama kisahnya dengan Perunggu di Lake Stage, mereka tampil untuk pertama kalinya di Synchronize Festival.

Slank kebagian jadwal manggung yang terhitung masih siang, namun aksi mereka masih ditunggu oleh banyak orang.

Menengok XYZ Stage, Lorjhu’ membawa hadiah spesial bagi mereka yang bersedia untuk naik ke atas panggung dan berdansa bersama. Sepuluh orang terpilih mengiringi penampilannya mendapatkan merchandise berupa kaos dan CD.

Lorjhu’ ajak penonton naik ke panggung / Dok. Raka Dewangkara

Unit post punk asal Medan, Pullo juga memanfaatkan momen ini untuk unjuk gigi. Pesona seorang vampir yang dimainkan oleh sang vokalis menjadi satu yang patut dicatat dari beberapa penampil di Gigs Stage.

Jelang malam, giliran Matajiwa X Matajiwo beraksi di Forest Stage. Korden bening besar melintang menutupi panggung, menunjukan siluet permainan wayang dan iringan narasi oleh Sujiwo Tejo dan irama dari duo Anda Perdana dan Reza Achman. Kembali disayangkan, volume suara dari panggung lain bocor dan merembet jelas hingga ke panggung ini.

Matajiwa x Matajiwo / Dok. Raka Dewangkara

Selama tiga hari penyelenggaraan, terlihat tidak banyak nama-nama di XYZ Stage yang memanfaatkan bentuk panggung yang melingkar. Hanya The Regards dan Zeke and The Popo yang melakukan hal tersebut. Sama seperti Jirapah dan Tigapagi, kehadiran Zeke and The Popo ditunggu oleh banyak kepala yang melingkar menyaksikan mereka. Di lagu terakhir, kerinduan pecah. Band dikepung oleh penonton yang dalam hitungan detik merangsak ke panggung.

Zeke and The Popo / Dok. Raka Dewangkara

Banyak jalan menjadi bagian dari penyelenggaraan Synchronize Fest. Tidak tampil di panggung utama, The Kuda dan Teenage Death Star melakukan aksi mereka di booth Guinness yang bekerja sama dengan Superbad. Format DJ set yang penuh dengan canda tawa menjadi sajian utamanya.

Pemandangan menarik terjadi saat Bimbo bersama Yanti Bersaudara beraksi. Banyak di antara penonton yang terlihat cukup berumur, seakan menanti momen ini terjadi setelah menunggu cukup lama.

Panggung Getar yang terus bergetar sejak hari pertama merupakan hasil kolaborasi Synchronize dan Kobra Musik. Musik selalu menyala di panggung ini setiap jeda Dynamic Stage yang terletak percis di depan area. OLSAM, Pasukan Perang, Sudhobool, hingga Munhajat adalah beberapa nama yang tampil di sana.

Munhajat di Panggung Getar / Dok. Raka Dewangkara

Kembali ke momen tampil perdana, Rizky Febian berada di rombongan yang sama dengan Sunwich dkk. Selain membawakan materi anyar dari album Berona, ia turut berkolaborasi dengan sang Ayah, Sule di dua lagu, serta sempat beradu kendang di menit-menit pertama.

Penampilan spesial lainnya disuguhkan oleh Pee Wee Gaskins. Rombongan cheerleader mengiringi lagu-lagu dari album The Sophomore yang dibawakan.

Aksi cheerleader di panggung PWG / Dok. Raka Dewangkara

Dua aksi menjadi penanda bahwa Synchronize Festival menemui ujungnya. Mesin Waktu 2.0: Teman-teman Menyanyikan Lagu NAIF di Dynamic Stage serta Tarrkam di XYZ Stage. Haru mengiringi panggung Mesin Waktu, terutama ketika kamera menyorot David Bayu, vokalis NAIF yang terlihat meneteskan air mata di FOH.

GAC bersama Fauzan Lubis di panggung Mesin Waktu / Dok. Raka Dewangkara

Sebuah penggalan kalimat dari Dewi Perssik saat tampil di Lake Stage cukup lama bertahan di ingatan. Ia berucap, “Terima kasih atas kebijaksanaannya membuat musik Indonesia maju di Synchronize Fest”.

Apakah semua yang tampil, semua yang datang, dan semua yang terlibat di festival ini membuat musik Indonesia maju? Rasanya jawaban pertanyaan tersebut nyata selama tiga hari festival diselenggarakan. Dengan bijaksana, Synchronize mampu menyenangkan semua pihak tanpa terkecuali. 

Selamat, Synchronize. Jumpa lagi di tahun depan!


 

Penulis
Raka Dewangkara
"Bergegas terburu dan tergesa, menjadi hafalan di luar kepala."
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
reza
reza
6 months ago

During the three days of the event, there were not many names on the XYZ Stage who used the circular stage shape. Only The Regards and Zeke and The Popo did this. Just like Jirapah and Tigapagi, the presence of Zeke and The Popo was awaited by many heads turning around watching them. In the last song, longing breaks out. The band was surrounded by the audience who within seconds rushed to the stage. And this tour also provides super delicious food too, so don’t miss out on trying the food here. For clearer information, you can visit our website https:/ /kulinerekstrim.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif: Dongker Lakukan Eksplorasi Necis di Album Perdana

Terbentuk tahun 2019, Dongker akhirnya mantap untuk segera merilis album penuh bertajuk Ceriwis Necis tanggal 24 Mei 2024. Album tersebut bakal berisi total 17 lagu termasuk 5 materi yang sudah rilis sebelumnya seperti “Bertaruh …

Farrel Hilal Gabung Sony Music Entertainment Indonesia

Menambah katalog perjalanan musiknya, Farrel Hilal kembali dengan single baru berjudul “Di Selatan Jakarta“. Perilisan ini menandai kerja samanya dengan label musik Sony Music Entertainment Indonesia.   Dalam meramu aransemen musik “Di Selatan Jakarta”, …