Terkuak, 5 Fakta Terpendam di Usia Mocca Ke-23

Nov 5, 2022

Tidak mudah mempertahankan band selama lebih dari dua dekade. Dibutuhkan semangat, dedikasi serta hubungan yang erat antar personil serta strategi yang luar biasa agar bisa bertahan begitu lama. Hal ini terjadi pada Mocca. Band asal Bandung ini belum lama merayakan ulang tahun yang ke-23.

Sekadar catatan penting di kami, Mocca adalah satu dari kumpulan sedikit band yang tetap eksis selama dua dekade dengan tidak berganti-ganti personil. Semua masih utuh seperti ketika pertama kali terbentuk.

Untuk usia 23 tahun, band yang digawangi Riko Prayitno (gitar), Arina Ephipania (vokal dan flute), Achmad Pratama (bass), dan Indra Massad (drum). pun layak diberikan kredit yang positif. Pasalnya, mereka mengisi 23 tahun perjalanan musiknya dengan efektif, dari merilis 6 album dan mencetak belasan lagu hit/populer serta mengukir prestasi di mancanegara. Sebuah pencapaian layak untuk band yang punya Swinging Friends (sebutan untuk fans mereka) tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Bicara soal fans, tentunya mereka adalah bagian yang dekat dan tahu seluk beluk tentang band idolanya. Namun, apakah berarti mereka tahu akan 5 fakta terpendam ini? Khusus kepada Pophariini, gitaris Riko Prayitno membeberkan fakta-fakta terpendam Mocca selama 23 tahun.

Friends adalah satu-satunya album Mocca yang direkam dengan teknologi pita, rekamannya menghabiskan shift paling banyak dalam sejarah rekaman Mocca. 

album Friends / dok. @ppoisonheartt (via carousell).

 

Friends adalah album ke-2 Mocca, proses rekaman album ini dilakukan tahun 2003 di ARU Studio, sebuah studio di daerah Cihapit. Ari Renaldi, nama yang populer karena karya-karya Tulus, saat itu bertindak sebagai co-producer-nya. Semua rekaman ini dibungkus dalam bentuk pita, format yang umum dipakai di rekaman-rekaman era 90-an.  Adapun proses rekaman satu album penuh Friends sendiri memakan banyak shift. Riko mengingat ada lebih dari 100 shift, sebuah sesi terlama proses rekaman yang pernah dialami Mocca. Bicara tentang format pita, tentunya teknologi ini sudah hilang pada hari ini, pun jikalau ingin me-mastering ulang rekaman ini, Riko pun tidak terlalu yakin itu akan dilakukan mengingat kondisi pita yang menurutnya sudah tidak layak dipakai.

 

Riko pernah jadi bassist The Milo

kika: Aji The Milo dan Riko / dok. Aji Gergaji

Sebetulnya di luar Mocca, Riko memang sempat membentuk band bernama The Triangle di tahun 2010. Di sini Riko bermain bass. Namun menurutnya, The Triangle hanya sekadar proyek musik yang bukan dibawa serius, sama seperti ketika ia pernah didaulat menjadi bassist dari The Milo di tahun 2014, tiga tahun setelah album kedua Photograph dirilis di 2011. Pada saat itu, Riko masuk menggantikan Suki, former bassist The Milo yang pindah ke Jakarta untuk bekerja. Bersama The Milo, Riko pun membantuk mengisi beberapa gig dari Bandung sampai ke Malang. Keterlibatannya bahkan tak hanya sebatas manggung, ia juga sempat mengisi satu lagu yang direkam The Milo. Meski demikian lagu tersebut masih tersimpan dan belum pernah dirilis.

 

Lagu Mocca – “Simple I Love You” terinspirasi dari lagu “Little Joy” milik Kurosuke

 

Kurosuke / dok. @kurosuke.san (instagram).

Sering terjadi situasi dimana ada banyak lagu bisa mempengaruhi lagu lainnya, entah itu dari liriknya, notasi musik maupun secara aransemen. Hal ini terjadi juga pada Mocca. Riko menceritakan bagaimana “Little Joy” menjadi pemantik lahirnya lagu “Simple I Love You” yang kemudian dirilis dan masuk dalam album Day by Day. Saat itu, semua lagu yang dirilis terdengar sedih dan punya tema yang seragam, tentang mental health. Suasana homogen inilah yang menjadikan “Little Joy” menjadi percikan menarik buat Riko yang mendengarkan lagu tersebut di sebuah Jumat. “Gue seneng banget dengerin track itu di suatu hari jumat. Pas lagi maen di Bandung, gue minta kru gue bawain gitar dari gudang alat, terus nulis lagu itu di hotel. Besoknya ke kantor Mocca sekalian manggil Arina buat nyamain nada dasar dan jreng, langsung “duduk” gitu not-nya,” kenangnya. 

 

Lagu “I Remember” dibuat setelah membaca naskah film Catatan Akhir Sekolah dan terinspirasi dari lagu Stone Temple Pilots yang berjudul “Daisy”

Dalam menulis lagu, Riko punya pendekatan yang menarik. Bagaimana ia menggali referensi dari lagu yang notabene menyimpang dari Mocca dan dituangkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Salah satu contoh menariknya adalah lagu “I Remember” yang sangat melegenda ini. Siapa sangka bahwa lagu piano-driven pop ini ternyata lahir dari lagu “Daisy” milik grup alternative rock, Stone Temple Pilots (STP)? Diakui Riko bahwa di era-era penulisan lagu tersebut, Riko memang intens mendengarkan album Tiny Music … Song from the Vatican Gift Shop-nya STP. Dari sini intro yang awalnya dibuat dengan gitar, kemudian diganti piano oleh Riko dengan harapan akan lebih lebar range melodinya. Pendekatan ini juga ternyata pernah dilakukan Riko pada lagu “Life Keeps on Turning” yang ditulis justru saat Riko tengah intens mendengarkan Korn dan ingin membuat lagu ala “Got a Life”.   

 

Setelah menggelar konser terakhir di 2011, sebenarnya setelah itu Mocca mau bubar

Mocca Last Show bertajuk “Annabelle and the Music Box” di Jakarta, Jumat (15/7/2011) / dok. antarafoto.com

Cerita tentang band niat mau bubar menjadi cerita umum. Banyak yang akhirnya kejadian, namun tidak sedikit yang tetap bertahan dan terus lanjut. Di tahun 2011, Arina memutuskan pindah ke negeri Paman Sam karena menikah. Di banyak media, isu bubarnya Mocca ditampik Riko dkk dengan vakum sebagai jawaban finalnya. Namun di benak Riko justru sebaliknya. Setelah menggelar Mocca Cabaret Musical Concert: Annabelle and the Music Box pada 15 Juli 2011 silam yang sempat disebut-sebut sebagai akhir dari karier Mocca setelah 12 tahun berkarya, hal ini sempat diamini Riko dkk. Namun hal ini diurungkan mereka setelah melihat perkembangan positif fans yang makin banyak dan aktif kumpul di taman bareng, belajar lagu-lagu Mocca hingga timbulnya Kelas Mocca. Ada banyak cara yang dilakukan personil Mocca yang lain untuk kembali menggairahkan dirinya termasuk menghibur fans yang kangen. Salah satunya adalah acara Karaoke bertajuk Swing & Sync with Mocca, sebuah karaoke night disusupi konser virtual antara ketiga personil Mocca di Bandung dan Arina di US menjadi kesan membekas di hati baik para personil Mocca maupun fans mereka. Mocca sendiri mulai resmi jalan kembali setelah merilis single “Bandung (Flower City)” pada 25 September 2014, bertepatan dengan hari jadi kota Bandung yang ke-204 dilanjutkan dengan dirilisnya album Home di tahun yang sama.  

_____

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms

Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan.     Album Asian Palms …

Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers

Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …