Tetap Mengobati Rindu, Konser Sheila On 7 Anti Klimaks

Jan 29, 2023

Sejak pertama kali diumumkan pada Oktober tahun lalu, euforia para penikmat musik sudah sangat tinggi menyambut konser Sheila On 7 bertajuk “Tunggu Aku Di Jakarta”. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tiket yang habis terjual dalam hitungan menit pada hari penjualan, tepatnya 7 November 2022.

Meski disambut meriah, konser ini juga sempat menuai kritik saat mengumumkan adanya dua band pembuka yang akan ikut tampil pada ‘konser tunggal’ itu. Dua nama yang didaulat untuk membuka penampilan band pop legendaris asal Yogyakarta itu adalah Cokelat dan Perunggu.

Naik ke atas panggung pukul 17.30, penampilan Cokelat seakan mengetuk palu mulainya konser “Tunggu Aku Di Jakarta”. Penampilan Cokelat yang baru-baru ini kembali ke formasi asli, memberikan rasa nostalgia era 90-an akhir hingga 2000-an awal kepada para penonton yang tumbuh mendengarkan mereka dan Sheila On 7 di era tersebut.

Cokelat membuka panggung Tunggu Aku di Jakarta / Foto: Narend

Senyum bahagia tidak dapat disembunyikan para personel Cokelat saat membawakan lagu-lagu hit mereka di atas panggung. Mewakili rekan-rekan bandnya, Kikan mengungkapkan rasa senangnya membuka panggung Sheila On 7 bersama teman-temannya tersebut.

“Satu lagu untuk Indonesia!” teriak Kikan penuh semangat seraya membawakan lagu “Bendera” sebagai lagu penutup penampilan Cokelat petang itu.

Konser “Tunggu Aku Di Jakarta” juga dijadikan sebagai ajang pemenuhan mimpi oleh opening act kedua, Perunggu. Band asal Jakarta yang tahun lalu ‘meledak’ lewat album perdananya, Memorandum.

Mengaku sebagai ‘Sheila Gank Jabodetabek’ saat tampil, estetika musik Perunggu memang kerap disamakan dengan band idola mereka tersebut oleh para pendengar musik. Walau begitu, Perunggu terlihat bersungguh-sungguh dalam menyajikan penampilan terbaik mereka lewat lagu-lagu seperti “Prematur”, “Canggih”, dan “33x”.

Namun sayang, saat penampilan mereka, antusiasme penonton rasanya kurang lepas. Entah karena demografi usia yang sudah tidak menyimak musik baru, atau hal lain, seperti rasa tidak terima para pembeli tiket yang masih mengganjal dengan kehadiran band pembuka pada konser yang awalnya diumumkan sebagai konser tunggal ini.

“Terima kasih sudah menyaksikan kami mencapai mimpi,” ucap Maul yang bersama rekan bandnya tetap mampu menyelesaikan set dan berhasil mencoret salah satu daftar di bucket list mereka.

Maulana Ibrahim dari Perunggu / Foto: Fotokonser

Selepas Perunggu beranjak dari panggung, tampak kain putih raksasa diturunkan untuk menutup panggung besar tersebut. Para penonton yang sudah berdiri di barisan terdepan nampak mantap untuk tetap di posisi mereka.

Waktu hampir menunjukan pukul 20.00, yang jika menurut rundown adalah saat di mana band yang ‘ditunggu Jakarta’ itu tampil. Konser pun dibuka dengan versi instrumental “Tunjuk Satu Bintang” yang tak ada dalam setlist dan dilanjut dengan munculnya siluet para personel Sheila On 7 dari balik tirai putih raksasa tadi, sambil memainkan lagu pertama, “Pejantan Tangguh”.

Detik-detik menuju munculnya Sheila on 7 di panggung / Foto: Narend

Jeritan kegembiraan penonton tak terbendung saat tirai diturunkan, menampilkan sosok Duta, Eross, dan Adam dengan lebih jelas kepada para penonton. Sungguh cara masuk yang spektakuler.

Tata panggung yang megah / Foto: Narend

Duta dengan bucket hat yang membuatnya terlihat seperti Jay Kay dari Jamiroquai, Eross yang dengan gagah menggendong Fender Telecaster berwarna kuningnya, dan Adam yang tampil ‘nyeni’ dengan rambut gondrong dan pakaian etniknya, nampak siap mengobati kerinduan Sheila Gank akan penampilan mereka.

Momen yang ditunggu-tunggu / Foto: Narend

Usai membawakan “Pejantan Tangguh”, Sheila On 7 langsung melanjutkan dengan track ketiga dari album perdana mereka, “J.A.P”. Dua lagu pertama yang dibawakan nampak sudah berhasil untuk mengobati rindu penonton. Tapi, pertunjukan masih panjang.

“Selamat malam Jakarta, apa kabar semua? Kami mengucapkan terima kasih pada kalian karena sudah menunggu kami di Jakarta,” sapa Duta kepada penonton, dilanjut dengan lagu “Film Favorit” yang seakan menjadi ‘penyelamat’ Duta dan kawan-kawan dari kebuntuan dalam berkarya pada 2018 lalu.

Mengingat hengkangnya Brian pada April tahun lalu, kekosongan posisi drummer dalam Sheila On 7 malam itu diisi oleh Bounty Ramdhan. Ia juga sempat menampilkan skill solo drumnya pada akhir lagu “Seberapa Pantas”.

Selain Bounty, Sheila On 7 juga diperkuat oleh Vicky pada keyboard dan Elang Nuraga pada gitar akustik untuk penampilannya pada konser “Tunggu Aku Di Jakarta”.

Bounty Ramdhan mengisi posisi drum / Foto: Fotokonser

Untuk para penonton di Festival B yang terletak di belakang, pihak promotor sudah menyiapkan layar untuk tetap bisa menyaksikan konser. Namun, selain menampilkan orang-orang di atas panggung, layar tersebut juga beberapa kali menampilkan musisi yang juga ikut menyaksikan gelaran tersebut. Sebut saja ada, Iga Massardi, Kunto Aji, hingga Fiersa Besari.

Saat sudah bermain satu jam, para personel Sheila On 7 beranjak meninggalkan panggung. Penonton dibiarkan beristirahat sejenak, sembari menyaksikan video persiapan dari konser yang mereka hadiri tersebut.

Usai video, para personel kembali ke atas panggung dengan kostum berbeda dan siap menghibur penonton di sesi kedua. “Sahabat Sejati” pun berkumandang mengawali paruh kedua dari penampilan Sheila On 7.

Duta dengan kostum keduanya malam itu / Foto: Fotokonser

Walau diakui Duta bahwa usia mereka tak muda lagi, namun mereka nampak masih sanggup tampil atraktif. Misalnya Eross, yang memainkan solo gitar pada lagu “Melompat Lebih Tinggi” di belakang kepalanya bak Jimi Hendrix.

Aksi panggung Eross / Foto: Fotokonser

Lagu “Dan” dan “Sebuah Kisah Klasik” yang dibawakan di akhir set juga sudah pasti memantik paduan suara massal dari para penonton. Set ditutup dengan “Tunggu Aku Di Jakarta”, yang menurut beberapa penonton kurang pas menjadi lagu terakhir.

Histeria penonton di barisan depan / Foto: Narend

Lebih dari 20 nomor dibawakan oleh Sheila On 7 malam itu. Tercatat bahwa album Kisah Klasik Untuk Masa Depan adalah penyumbang lagu terbanyak pada gelaran tersebut, dengan total lima lagu yang dibawakan. Seperti, “Sahabat Sejati”, “Bila Kau Tak Di Sampingku”, “Sephia”, “Sebuah Kisah Klasik”, dan “Tunggu Aku Di Jakarta”.

Banyak penonton yang merasa anti klimaks dengan setlist konser “Tunggu Aku Di Jakarta” karena dinilai kurang mampu mewakili era keemasan Sheila On 7. Gimmick yang dibangun sedemikian luar biasa di awal dengan menampilkan video perjalanan seseorang dari Jogja ke Jakarta, lengkap dengan suara telkomsel veronica yang sering terdengar di era 2000an, seakan lewat begitu saja saat menyaksikan lagu-lagu yang dibawakan.

Harus diakui, nilai nostalgia dari konser tersebut tetap terasa kuat. Kerinduan penonton pun tetap bisa diobati, walau mungkin tidak maksimal.

Kabarnya konser ini akan berlanjut ke kota-kota lain di waktu mendatang. Semoga ketidakmaksimalan setlist pada konser di Jakarta, bisa ditebus di kota lainnya.


 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Kusuma
Kusuma
1 year ago

Percayalah bang, setlist Sheila On 7 tidak akan pernah memuaskan. Akan selalu kurang. Akan selalu ada lagu2 yg harusnya dimainkan tp lewat. Yaaa, karena hampir semuanya jadi hits dan enak utk dinyanyikan. 😅

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar

Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini.  …

5 Alasan rumahsakit Enggak Bubar

Dalam perhelatan Kabar Bahagia: 30 Tahun Perjalanan rumahsakit beberapa waktu lalu, kami sempat bertemu dan berbincang dengan para personel rumahsakit di balik panggung hari Sabtu (14/12) di Bali United Studio, Jakarta Barat. Selain membahas …