The Dare – The Woman Who Sailed The World

Pandemi ini memang membuat banyak band kalang kabut. Banyak band yang memang lesu, seakan tak punya energi untuk bisa melakukan apa-apa. Maka akan sangat mungkin jika muncul anggapan bila saking sebuah band vakum tidak melakukan apa-apa, anggapan bubar pun muncul di kepala. Ini yang sempat terlintas di kepala saya ketika mendengar The Dare, kuartet indiepop cewek asal Lombok.
Pasca EP mereka di tahun 2018 silam serta berbagai macam kegiatan mereka dari mulai tur ke luar Lombok maupun gig-gig di seputaran skena Lombok yang melelahkan namun juga mengasyikkan, sejak 2019 akhir, nama mereka pun redup dan hilang dari peredaran saya, apalagi ditambah pandemi yang sudah hampir 2 tahunan.
Namun anggapan saya selama ini salah total. Tanpa tedeng aling-aling, Riri (vokal dan gitar), Yollanang (gitar), Meigaali (bass), dan Desita (drum) melepas EP kedua mereka dalam bentuk kaset. Mendengar ini saja saya sudah lega dan gembira, bukti mereka tidak bubar.
Dan kegembiraan saya tereskalasi begitu mendengar materinya yang berisi 4 lagu ini. Ada ekspresi baru yang mereka coba mainkan secara, tentunya, lebih dewasa. Dan ya, sembari saya mengulas ini, saya pun terlebih dulu mendengarkan ulang debut EP mereka terdahulu demi mencoba mengingat bagaimana gaya, warna dan sound yang mereka mainkan, dan elemen-elemen lainnya. Dan ketika coba bandingkan dengan EP kedua ini, jelas sekali perbedaannya.
Ketika atas nama kematangan usia, alih-alih saya akan mendengar sebuah tatanan musik yang lebih lambat dan terkonsep, saya malah disajikan kepada ekspresi ugal-ugalan yang bebas hambatan. Sedap!
Seperti ada bom yang meledak yang membuat The Dare gerah ingin teriak dan menghempaskan diri ke laut, berlari dari stereotipe dan bermain rock n roll. Spirit ‘masa bodoh’ itu yang mungkin ingin saya dengar. Tempo – tempo rasch dari drum yang membentuk warna yang riang pada “The Woman Who Sailed The World” menjadi single yang sangat kick-ass, pemantik crowd surfing yang pecah bilamana ada gig offline yang cepat terjadi.
Saya merasakan ‘Getar-getar indiepop’ ketika mendengar lagu dengan gelora seperti ini lagi setelah sekian lama, seolah seperti pertama kali mendengar Black Tambourine atau The Shop Assistants.
Hal-hal baru yang muncul seperti suara Desi dan Meiga di dua lagu dalam EP ini menjadi nilai lebih yang justru membuat mereka makin kompak dan demokratis secara grup. Plus, timbulnya rasa empati ketika mereka menulis lagu “7.0” sebagai reaksi dari gempa yang mereka rasakan di masa lalu itu menunjukkan bahwa mereka punya sesuatu di luar tema-tema self centered yang umum.
Munculnya banyak referensi baru sudah pasti berimbas kepada pemilihan sound yang makin ‘keluar’ dan makin matang di EP ini. Ini yang lantas menjadi kritik saya atas EP terdahulu yang punya sound yang terkesan ‘mendem, permisif dan malu-malu’ dan ya, introvert. Di EP terbaru ini mereka seperti cewek yang ingin bermain skateboard atau pergi surfing dan bermain rock n roll, semerdeka itu.
Congrats The Dare! Stay true!

Eksplor konten lain Pophariini
Dionaldy bersama Sang Anak Rilis Single Hujan
Solois Dionaldy melakukan hal baru untuk perilisan karya musik kali ini dengan mengajak sang anak Aubenaldy (Ben) ikut bernyanyi dalam single “Hujan”. Karya musik yang beredar hari Senin (14/04) dibuat untuk membuat kenangan antara …
Giaza. Asal Bengkulu Rilis Single But The Pains Keep On dan Ruby
Penyanyi dan penulis lagu asal Bengkulu, Giaza. resmi merilis dua single anyar sekaligus dalam judul “But The Pains Keep On” dan “Ruby” hari Jumat (18/04). Kedua single ini rilis di bawah naungan Shockss Record. …