UFO Dan Musik Indonesia: Dari Harry Roesli Hingga Iwa K.

Sep 7, 2023
UFO Musik Indonesia

Sebelum membicarakan UFO dan musik Indonesia, pada akhir bulan Juli kemarin, Kongres Amerika Serikat menggelar sidang berisi tuntutan bagi pihak militer dan badan intelijen untuk mengungkap informasi soal keberadaan Unidentified Flying Object (UFO). Pada sidang tersebut, tiga veteran militer bersaksi, menuding bahwa Pemerintah AS telah menutupi temuan tentang kehidupan ekstraterestrial.

Terlepas dari sidang yang menghebohkan tersebut, bulan Juli memang “bulan UFO”. Hari UFO Sedunia diperingati setiap tanggal 2 Juli dan Hari UFO Nasional disepakati jatuh setiap tanggal 21 Juli. Keberadaan UFO, alien, dan kehidupan ekstraterestrial memang belum bisa dikatakan terungkap secara jelas sepenuhnya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan minat orang-orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk merayakan kemungkinan atas adanya benda dan makhluk luar planet bumi.

Alasannya, selain sudah terdapat banyak kesaksian tentang benda-benda menyerupai piring terbang, keberadaan kehidupan di luar bumi juga terdengar masuk akal. Masa iya, dengan jumlah galaksi yang mencapai milyaran bahkan trilyunan ini, hanya planet bumi yang memiliki kehidupan cerdas!

Keberadaan UFO, alien, dan kehidupan ekstraterestrial memang belum bisa dikatakan terungkap secara jelas sepenuhnya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan minat orang-orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk merayakan kemungkinan atas adanya benda dan makhluk luar planet bumi

Bayangan orang-orang tentang kehidupan cerdas di luar sana telah menjadi inspirasi bagi berbagai musik populer seperti “The Purple People Eater” dari Sheb Wooley, “Starman” (David Bowie), “Nobody Told Me” (John Lennon), “Aliens Exist” (Blink 182), dan banyak lagi. Bagaimana dengan musik populer di Indonesia? Adakah musik kita yang punya keterkaitan tema dengan fenomena UFO atau terinspirasi dari kehidupan ekstraterestrial?

Di Indonesia, terdapat beberapa kesaksian terkait penampakan benda asing di langit. Salah satu yang terbaru terjadi di Pasuruan pada bulan Juli 2023. Artinya, sebagian masyarakat kita cukup familiar dengan fenomena UFO. Beberapa musisi lokal bahkan menjadikan misteri kehidupan ekstraterestrial sebagai inspirasi bagi karyanya.

Sebelum kita bahas beberapa diantaranya, penting diketahui bahwa artikel ini setengah serius setengah main-main. Yuk kita bahas beberapa musik dan musisi lokal yang ada hubungannya, baik langsung maupun tidak langsung, dengan alien.

Piring Terbang” dari rapper Iwa K adalah salah satu lagu tentang UFO yang terkenal. Berasal dari album Mesin Imajinasi yang rilis tahun 1998, “Piring Terbang” bercerita tentang pengalaman Iwa K melihat piring terbang di halaman belakang rumahnya. Dalam salah satu wawancara, Iwa K mengaku sangat menggemari UFO dan seluk beluk kehidupan ekstraterestrial. Ia pernah nongkrong di atas genteng saban maghrib dengan harapan diculik alien.

Piring Terbang dari rapper Iwa K adalah salah satu lagu tentang UFO yang terkenal. Berasal dari album Mesin Imajinasi yang rilis tahun 1998, Piring Terbang bercerita tentang pengalaman Iwa K melihat piring terbang di halaman belakang rumahnya.

Karya lainnya adalah mini album berjudul Sacred Geometry dari Indra Lesmana Project (ILP). Indra Lesmana mengaku bahwa album yang berisi empat lagu instrumental tersebut disusun berdasarkan jalan cerita tentang alien yang turun ke bumi. Bernuansa progressive rock, album Sacred Geometry mengingatkan pada album Tarkus-nya Emerson, Lake & Palmer (ELP) yang kebetulan namanya agak dekat dengan ILP. Jika Sacred Geometrymenggambarkan sosok alien, Tarkus diinterpretasikan sebagai kisah tentang makhluk dengan wujud campuran antara trenggiling dan tank baja untuk mengalahkan musuh bernama manticore.

Jika dua contoh karya di atas menyandarkan pertanggungjawaban ke-alien-an pada lirik atau narasinya, maka timbul pertanyaan, adakah yang disebut dengan “musik khas alien”? Dalam sebuah artikal tahun 2014 berjudul Alien’s Auditory Atmosphere, Matthew Ducca melakukan analisis terhadap aspek audio dari film Alien (1979) yang disutradarai Ridley Scott.

Karya lainnya adalah mini album berjudul Sacred Geometry dari Indra Lesmana Project (ILP). Indra Lesmana mengaku bahwa album yang berisi empat lagu instrumental tersebut disusun berdasarkan jalan cerita tentang alien yang turun ke bumi

Menurut Ducca, pada beberapa bagian, musik yang dikomposisi oleh Jerry Goldman tersebut dibuat seolah-olah datar, “tidak terjadi apa-apa”, dan membuat kita membayangkan ritme perjalanan pesawat luar angkasa dengan tempo lambat di ruang hampa. Formula sound design semacam itu, yang kelihatannya menjadi semacam gaya wajib dalam film-film bertemakan science fiction, juga sudah lebih dulu dipraktikkan oleh Stanley Kubrick dalam film 2001: A Space Odyssey (1968) dengan tambahan sejumlah repertoar musik klasik dari György Ligeti dan Aram Khachaturian. Bedanya, pada film Alien, Goldman menambahkan suara-suara yang menimbulkan efek kecemasan dan horor untuk memperkuat adegan (misalnya, pada adegan “chestbuster” atau munculnya alien kecil dari dalam tubuh seseorang).

Pertanyaannya, musik Indonesia manakah yang cocok menggambarkan suasana ke-alien-an sebagaimana dideskripsikan oleh Ducca? Ini mungkin sangat subjektif, tapi bagian permulaan “Bali Ethnicity”-nya Igor Tamerlan cukup sesuai dengan gambaran musik alien-nya Ducca, tetapi dalam versi Nusantara, seolah-olah makhluk luar angkasa tersebut turun di Pulau Dewata dan dipandang dengan penuh rasa heran oleh warga lokal. Lagu lainnya yang punya kesan demikian mungkin “Chopin Larung”-nya Guruh Gypsy dengan beberapa sentuhan akor-akor disonan dan juga “Tengah Malam Di Puncak Bukit Yang Sepi Di Utara Bandung Yang Dingin”-nya Harry Roesli.

Ini mungkin sangat subjektif, tapi bagian permulaan Bali Ethnicity-nya Igor Tamerlan cukup sesuai dengan gambaran musik alien-nya Ducca, tetapi dalam versi Nusantara, seolah-olah makhluk luar angkasa tersebut turun di Pulau Dewata dan dipandang dengan penuh rasa heran oleh warga lokal

Jika beberapa kriteria musik Indonesia di atas cukup serius dikaitkan dengan ke-alien-an, sekarang tiba bagian cocoklogi-nya. Konsep “alienasi” memang berasal dari kata “alien” yang berasal dari bahasa Latin yaitu aliēnus yang berarti “orang asing”. Alienasi kemudian diartikan sebagai perasaan keterasingan atau merasa menjadi orang asing di tengah kelompok masyarakat. Sebagai contoh dalam lagu “Englishman in New York”, Sting menuliskan: I’m an alien / I’m a legal alien / I’m an Englishman in New York untuk menggambarkan betapa ia merasa terasing dalam statusnya sebagai orang Inggris di sebuah kota di Amerika.

Pertanyaannya, adakah lagu Indonesia yang punya nuansa alienasi semacam itu? Kita mungkin bisa mengambil contoh “Jakarta Ramai” yang ditulis dan dinyanyikan oleh Maudy Ayunda. Salah satu potongan liriknya persis menggambarkan perasaan alienasi: Jakarta ramai / Hatiku sepi / Jangan kau tanya, mengapa sedih / Aku tak tahu, aku tak tahu, apa arti resah ini? / Entah apa yang ku mau, penuh tanya dalam diri.

Lagu lainnya yang punya kesan demikian mungkin Chopin Larung-nya Guruh Gypsy dengan beberapa sentuhan akor-akor disonan dan juga Tengah Malam Di Puncak Bukit Yang Sepi Di Utara Bandung Yang Dingin-nya Harry Roesli

Dalam lagu tersebut, Maudy merasa kesepian di tengah hiruk pikuk kota. Apa yang membuatnya kesepian, ia juga tidak paham persisnya apa. Hanya saja mungkin baginya, meski penduduk kota Jakarta padat, masing-masing orang tampak sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, tanpa benar-benar peduli satu sama lain.

Jika dikembalikan pada gagasan tentang kehidupan ekstraterestrial, sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara alien dan alienasi. Mungkin kita membayangkan kehidupan UFO dan alien, karena kita diam-diam merasa kesepian di tengah semesta ini. Kita mengidamkan kehidupan yang terdapat di planet lain, yang mungkin lebih bersih, lebih ramah, sehingga tidak sedikit orang-orang (termasuk Iwa K), yang berharap diculik oleh mereka. Sebaliknya, alien pun mungkin berpikiran hal yang sama. Mereka merasa begitu kesepian hingga harus sesekali berkunjung ke bumi, menampakkan piring terbangnya ke warga-warga lokal untuk sekadar didadahi.

Jika dikembalikan pada gagasan tentang kehidupan ekstraterestrial, sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara alien dan alienasi. Mungkin kita membayangkan kehidupan UFO dan alien, karena kita diam-diam merasa kesepian di tengah semesta ini

Cocoklogi terakhir, adalah konsep alien sebagai segala sesuatu yang “tidak mungkin berasal dari planet ini” karena saking asingnya atau bahkan saking kerennya. Konsep ini salah satunya kita sematkan pada pemain sepakbola seperti Lionel Messi yang saking jagonya, kita menganggap pemain Argentina tersebut bukanlah dari planet ini.

Untuk definisi alien semacam itu, coba dengarkan part solo-dari “Gadis Metal-nya Symphony. Sungguh tak terbayangkan bahwa bagian njlimet semacam itu datang dari musik yang dikategorikan populer dari planet bumi. Selain itu, lagu “Licik”-nya Delly Rollies juga tergolong brilian dengan menebalkan bagian vokal dengan synthesizer hampir di sepanjang lagu. Delly tampak cocok untuk memainkan lagu dengan cara demikian di sebuah festival musik di planet Acheron, bersanding bersama Usman Bersaudara yang memainkan lagu “Bocah Pinter”.

Persoalan kehidupan ekstraterestrial masih merupakan misteri yang sepertinya masih akan menarik minat banyak orang ke depannya. Sembari menunggu SETI benar-benar menemukan bukti kehidupan cerdas atau piring terbang datang ke bumi dan mendarat di salah satu provinsi di Indonesia, para musisi akan terus berkarya untuk memenuhi kepenasaranannya. Kalaupun UFO dan alien belum juga turun, mereka tetap “menghantui” kita lewat perasaan-perasaan alienasi dan keinginan untuk mencipta ide yang sedemikian aneh sampai-sampai dianggap berasal dari planet lain.

 

Ilustrasi oleh Agung Abdul Basith.


Penulis
Syarif Maulana
Pengajar di Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, mahasiswa doktoral di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dan inisiator kelas belajar filsafat Kelas Isolasi
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Vinyl The Jansen Keluaran 4490 Records dan Demajors, Ini Dia Perbedaan Keduanya

The Jansen merilis album ketiga Banal Semakin Binal dalam format vinyl hari Jumat (26/04) via jalur distribusi demajors. Beberapa hari sebelumnya, band lebih dulu merilis dalam format yang sama melalui 4490 Records, sebuah label …

Inis Rilis Album Mini Berbahasa Indonesia Pertama

Berjarak hampir 2 tahun dari perilisan single “D.A.D”, Inis akhirnya kembali dengan materi anyar berupa album mini berjudul Rumah & Seisinya yang dilepas hari Jumat (19/04). Album berisi 3 lagu ini merupakan karya perdana …