Wawancara Eksklusif BAP.: Tentang Album Ketiga dan Mempromosikan Musik di Era Ini
Setelah merilis album mini buangan berisi 3 lagu tahun lalu, BAP. siap mengeluarkan album penuh ketiga bertajuk m. album tiga hari Jumat, 27 September 2024.
Tim Pesona Experience, booking agent yang menaungi musisi bernama asli Kareem Soenharjo ini mengundang Pophariini untuk melakukan wawancara eksklusif bersama sang musisi hari Senin (02/09) di La-La Records, Jakarta Selatan.
View this post on Instagram
Kareem menyambut saya yang mewakili Pophariini dengan hangat usai turun dari transportasi online dan perbincangan dimulai dengan menanyakan bagaimana proses penggarapan m. album tiga. Ia menjawab semua tahapan pengerjaan dijalani dengan pelan-pelan. Selain karena bekerja sendirian, problema internal juga menjadi alasan mengapa album baru selesai setelah 3 tahun dikerjakan.
“I was dealing with a lot of depression, I still am. Cuma kayak gue sadar, ada saat-saat di mana bikin lagu dengan depresi itu membantu. Ada saat-saat di mana malah jadi alasan kenapa depresi. Gue rasa strategi yang harus dilakuin tuh memang take my time making it aja. Dan make sure i don’t go insane in the process,” kata Kareem.
Sebelum melanjutkan pembahasan soal album ketiga Kareem, tiba-tiba kami teringat bahwa di hari wawancara, label rekaman bentukannya juga baru menelurkan materi perdana. Label yang dinamakan BOSAN Records tersebut merilis album kedua milik Enola, unit doomgaze asal Surabaya bertajuk Commit Death.
View this post on Instagram
Musisi berusia 28 tahun satu ini juga mengungkapkan alasannya membentuk BOSAN Records adalah untuk merilis proyek musik teman-temannya yang dirasa ‘aneh’ bagi pendengar musik pada umumnya.
“Bisa jadi rumah untuk Commit Death is great. Kayak akhirnya bisa rilis. Anak-anak (Enola) juga lega, dan mereka bisa lanjut lagi berkreasi,” jelas Kareem yang mengaku sudah mendengar materi album jauh sebelum memutuskan membuat label dan ia juga terlibat dalam penulisan trek terakhir album berjudul “I Will Never Recover”.
Lanjut membahas m. album tiga. Kareem mengaku ada sekitar 85 sampai 90 lagu yang ia tulis sampai akhirnya memilih hanya 12 lagu untuk diselesaikan dan masuk ke daftar. Kareem mengatakan proses kurasi lagu yang berlangsung sampai 1 tahun ini dilakukan untuk mengejar narasi albumnya.
“Makanya kalau nanti kalian dengar albumnya tuh sebenarnya awalnya tuh rusuh banget. Ending-nya tuh, it gets more simple. Everything. Komposisinya, liriknya, segala hal,” ucapnya.
Berbicara soal kebiasaan mendengarkan karya melalui layanan streaming musik di era ini membuat Kareem merasa bahwa apresiasi pendengar terhadap album secara berurutan mulai sirna. Fenomena itu membuat ia memakan waktu lama dalam hal kurasi.
“This is my way of kinda like making sure that listening to the whole album is worth it. Sebagai pendengar awam atau musisi juga. It’s a journey. Itu makanya lama banget,” tegas Kareem.
Sesi wawancara bersama Kareem Soenharjo alias BAP. berlanjut ke banyak topik. Tentu seputar album m. album tiga sampai bagaimana strategi mempromosikan musik sebagai seorang yang pernah menjalani studi marketing saat perkuliahan. Simak lengkapnya di bawah ini.
Di wawancara bareng Pophariini sebelumnya, lo bilang kalau agak menjauh dari genre hip hop di album ini. Apa sebenarnya narasi yang lo bawa di album ini?
I feel like, gue tidak mau membatasi diri. Lebih ke situ aja. I love hip hop, I still listen to it. You know most of the time. Tapi dari dulu kan, dari upbringing gue ya dicekokinnya juga bukan lagu-lagu hip hop doang dan gue selalu beraspirasi untuk bisa bikin apa saja. Mungkin album selanjutnya juga (genre) jazz, who knows. Jadi bukannya gue kayak sayonara juga terhadap hip hop, tapi kayak, ‘Okay, I kinda want more right now. Apa yang bisa gue lakuin?’.
Gue melihat musical heroes gue juga mereka tidak stop di satu palet. Walaupun di album ini juga ada (lagu) yang bisa dikonstitusikan sebagai rap. Jadi mungkin gak jauh-jauh amat dari zaman-zaman (album) Monkshood, tapi lebih rusuh aja sih.
Apa yang lo pahami tentang musik hip hop dan pergerakannya. Apa di Indonesia akan terus berkembang?
I feel like, I’m always going to be observer. Pelaku juga gak bisa dibilang iya gitu. Because, I feel like I’m not a good mascot for that. Sebenarnya hip hop Indo I’m sure it’s in good hands. Dari dulu kan gue juga tidak menempatkan gue sebagai top of the food chain atau sebagai orang yang bakal merubah hip hop. I just do what I can and just go on and move forward. Gue observer aja di sini.
Di postingan Instagram, lo sering nampilin musisi-musisi pendukung buat bawain lagu-lagu di album ini. Gimana lo nentuin nama-nama itu? Apa mereka ngisi di rekaman atau hanya buat perform live?
Gak, mereka buat live semua. Kayaknya tidak bisa dipungkiri kalau lagu-lagu gue repot ya semuanya [tertawa]. Kayak I trust these people to bring a certain dimension to the songs. Nanti live-nya gak bakal percis juga, tapi at least these people have the ability to convey something different, while still bringing true sense of the album.
Kayak misalnya Almas (Makitsuna) dari eleventwelfth atau Chika (Olivia) dari Littlefingers. Ya semuanya lah, Alfath (Arya), Raissa (Faranda), Haryo ‘Oyob’, everybody does their thing, I trust them with the music, dan they like the album aja yang penting. Soalnya sebelum gue ngajak, gue sudah kasih dengar albumnya, dan ngomong, ‘Kalau menurut kalian ke-rebek-an gak apa-apa. Tapi kalau masih tertarik, ayo. Cuma tuntutan gue banyak’. Gue ngomong gitu. Soalnya ini repot lagunya. Mau drum, piano, bas, gitar, semuanya repot. It’s not very straightforward lagu-lagunya.
View this post on Instagram
Pada akhirnya gue perlu consent mereka untuk kayak kerepotan bareng-bareng. Yang penting itu, and we’re good friends now. Sudah latihan berapa kali, bisa ngobrol, sharing-sharing juga, and it’s been a real privilege bisa menjadi inkubator untuk musisi-musisi ini ngerjain lagu-lagu gue.
Di setiap album lo pendekatan desainnya selalu iconic, terus gimana pendekatan di album ini dari segi visual?
So the album is very intimate. Topik-topiknya banyak yang kayak bisa gue bandingin sama Mr. Morale & the Big Steppers-nya Kendrick Lamar. Kayak pas lo dengerin gak nyaman sebenarnya, soalnya lo kayak dengerin sesi psikolog orang, dan album ini bisa dibilang kayak gitu juga.
I talk about a lot of things, mau itu detail atau selewatnya. Talk about death in the family, my eating disorder, suicide, and a lot of heavy topics aja. Dan hal-hal ini semua kan berakar di masa kecil, jadi artwork cover-nya tuh Kakak gue gambar waktu dia umur 6 atau 7 tahun gitu. Itu gambar lama. Sebenarnya gambarnya tuh ada gue dan Kakak gue, tapi gue crop jadi gue doang. Itu gue umur 3 tahun. Dan kayaknya gue jadikan itu sebagai jimat aja kali ya di album ini, bahwa a lot has change I suppose from when I was little until to now. Dan gue rasa impact gue melihat artwork sambil dengerin lagu-lagunya sama kayak pas zaman Miasma Tahun Asu atau Monkshood. It’s a weird artwork. Gue merasa it draws you in aja sih, in one way or another.
Sebagai lulusan marketing, gimana lo melihat musisi dalam mempromosikan karya mereka saat ini?
Sejak belajar marketing, gue sebenarnya jadi lebih pesimis. Lebih sinis. Soalnya semua hal tuh ada agendanya gue rasa. Jadi kalau seorang artis sudah bisa jujur dengan karyanya, kalau bisa gimmick-nya ditakar. Tapi gue ngerti kalau zaman sekarang tuh harus pakai gimmick. I wish we live in a world where the music can speak for itself, but we do not. Dan semua orang pengin kok sukses dengan karya yang mereka buat. I won’t judge them, cuma I don’t like that.
Makanya sebenarnya gue gak mau banyak gimmick. Soalnya menurut gue kalau banyak gimmick lo kayak ‘meludahi’ karyanya aja sih. Harusnya dimensi karya udah antara lo dan pendengar aja, apapun yang terjadi setelah itu ya di luar tangan lo. Makanya gue senang sebenarnya kayak meme-meme Miasma Tahun Asu dan Monkshood, gitu-gitu. Soalnya itu kan sudah di luar tangan gue. It’s the truth. It’s what people think of the album, you know. That’s what I feel.
Cuma ya bisa aja gue merasa lain juga ke depannya. Gue juga manusia, mungkin opini gue berubah dari saat ini nanti. Tapi dari apa yang gue rasain sekarang, memang sebaiknya fokus di musiknya doang. Kalau musiknya bagus, harusnya lancar menurut gue.
Seperti apa sih bermusik yang sukses menurut sudut pandang lo?
Lagunya bagus. Itu aja sudah cukup. Sesimpel itu. I mean, I grew up listening to bands yang kayak they barely made it out of their hometown juga gitu loh, you know. Atau kayak umurnya pendek. Bands like Discordance Axis, Charles Bronson, walaupun sekarang sudah international fame ya, tapi kan pada zaman itu they didn’t care juga kan. Ya kayak Slint, you know how small Kentucky is, man? That shit is small. Dan mereka bisa buat itu menurut gue contoh willpower manusia sebenarnya. I really admire about that. It’s just to share willpower of making something out of nothing aja, in a place where there’s literally nothing juga.
Ya itu, tapi suatu romantisasi aja sebenarnya. But at the end of the day, you have to be you, in accordance of what you make. Menurut gue, tidak boleh jauh-jauh dari kebenaran hidup lo aja lagu-lagu yang lo buat.
Album lo sebelumnya, MOMO’S MYSTERIOUS SKIN bisa dibilang cukup sukses karena banyak diomongin. Kalau yang ketiga ini gak sesukses itu?
Ya mau gimana. There’s nothing much I can do, right? I feel like apa yang sudah gue presentasikan itu sudah cukup. Tidak ada hal lain yang bisa gue lakuin. Mungkin lucunya di situ aja sih, kayak mau orang siap atau gak dengan karya ini, bukan tanggung jawab gue. Ada rapper nih namanya MAVI, dia pernah nulis, ini gue parafrase ya, ‘Gue gak bisa nulis lagu banyak, soalnya gue gak bisa bohong’, and I resonate with that. I can’t speak lies in my song. Mungkin zaman-zaman dulu pas Yosugi, masih ada gitu-gitu lah ya. Tapi at the end of the day, it’s not really important kalau gak selaras dengan kejujuran diri lo. Jadi harus terima aja kalau albumnya gak nyambung sama orang. Mau gimana? Ini kebenaran dan kenyataan hidup gue. Kalau gak bisa menerima area ini, ya mungkin lo gak bisa menerima hidup gue juga. And that’s okay, my life is not for you, and your life is not for me. Harus terima aja gak sih sebagai musisi.
Apa strategi yang lo siapkan dan akan lakukan bersama album ini selain promosi?
Ngeband sih. It’s a very simple formula that I want to do. I like simplicity sih sebenarnya. Gue dan band gue bisa membuktikan diri dengan menyajikan performance yang bagus dan berkualitas. Soalnya gue sudah di titik, di mana kayak, ya sudah this is me. This is all I have man. Album ini is all I’ve been working on for 3 years. Dan capek gimmick gitu loh. Kalau ada pun, gue harus bertanya lagi, ini manfaatnya buat gue dan orang sekitar gue tuh apa? Itu yang penting menurut gue. I guess it’s the reason why mungkin masih banyak orang merasa gue misterius gitu kali ya. Soalnya gue gak banyak gimmick [tertawa]. Walaupun gue merasa bacot juga ya sebenarnya di social media.
Cuma, I like where things are headed. I don’t feel like changing anything. Gue pengin bisa established myself as an artist aja dan gue rasa yang penting musiknya bagus. Gue bangga dengan album ini. I feel it’s a great album, it’s my best work yet, and I think that’s enough. Mau orang bilang bagus sekarang atau 5 tahun lagi, bukan urusan gue. Yang penting, gue buat ini, ‘Oke abis ini gue bisa ngelakuin apa lagi. Oh, ngeband? Ya sudah kita fokus ngeband yuk abis ini’. Nanti kalau ngeband sudah selesai, I’ll think of another thing.
Namanya hidup juga kayak harus dijalanin aja sih sebenarnya. Susah gak sih mikir masa depan zaman sekarang? Lumayan suram kan? We need to be present aja, and now my present is this album, my band, and it’s just my hopes and dreams of hopefully people can relate to this album.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Fraksi Penemu Sepeda Bercerita tentang Hobi di Single Gocapan
Setelah merilis single “Olahgaya” 2023 lalu, Fraksi Penemu Sepeda asal Bogor resmi meluncurkan karya terbaru berupa single dalam tajuk “Gocapan” hari Rabu (23/10). Lagu ini menceritakan serunya pengalaman bersepeda sambil mencari sarapan pagi. …
Beltigs Asal Bandung Menandai Kemunculan Lewat Single Pelican Cove
Bandung kembali melahirkan band baru yang menamakan diri mereka Beltigs. Band ini menandai kemunculan mereka dengan menghadirkan single perdana “Pelican Cove” hari Kamis (07/11). Beltigs beranggotakan Naufal ‘Domon’ Azhari (gitar), Ferdy Destrian …