We The Fest 2023: Berkesan Selamanya
Berkesan Selamanya menjadi judul yang tidak berlebihan untuk penyelenggaran We The Fest tahun ini. Selama 3 hari berada di GBK Sport Complex, Jakarta, banyak cerita yang tercipta, bahkan indah untuk dikenang.
Tak ada perjalanan dalam hidup ini yang mulus, begitu pula festival ini. Meski sempat menjadi korban pembatalan salah satu penampil internasionalnya, festival tetap berjalan dengan semestinya, penuh warna, dan keceriaan yang mengiringi.
Hari pertama We The Fest 2023
Pemandangan menarik tampak jelas di hari pertama festival. Tidak hanya anak muda dengan rentang umur yang sama, namun juga terlihat beberapa wajah paruh baya dengan kaus band idolanya yang malam itu akan mentas pertama kali di Indonesia.
Kunto Aji menjadi nama yang membuka festival. Ia tampil sore hari dan rupanya sudah banyak penonton yang memadati bibir panggung. Walau Jumat masih terhitung hari kerja.
Tidak lama setelahnya, penonton ‘dipaksa’ untuk memilih antara panggung We The Fest Stage atau This Stage is Bananas lantaran jam tampil Yura Yunita dan The Changcuters bentrok.
Satu momen unik terjadi, penampilan Efek Rumah Kaca di Another Stage yang berada di dalam Tennis Indoor merupakan venue resmi dari Konser Rimpang yang diselenggarakan Kamis (27/07).
Layaknya sebuah latihan, Efek Rumah Kaca menyanyikan gabungan materi lama dan baru serta permainan visual yang mendukung dan juga mengingatkan untuk hadir di konser nanti.
Tidak banyak penampil lokal yang mentas di hari pertama dan tersisa Kahitna, Barasuara, serta David Bayu yang cukup disayangkan, tidak banyak yang menyaksikan pentolan NAIF itu karena jam manggungnya berdekatan dengan The Strokes.
Hari kedua We The Fest 2023
Jika sempat berkeliling di area venue, beberapa program dibawa oleh We The Fest tahun ini. Salah satu yang baru adalah We The Kids, play care atau bisa dibilang sebagai mini pre-school di dalam festival. Program ini berjalan selaras dengan tema We The Fest yang merupakan festival untuk semua usia.
Wish list tree pun kembali hadir di salah satu sudut festival. Sebuah tembok memanjang ini memberikan kesempatan bagi pengunjung menuliskan harapan penampil-penampil yang diinginkan untuk We The Fest mendatang.
Solois pendatang baru, Aruma berkesempatan untuk membuka hari kedua. Tepat jam 4 sore, ia bernyanyi di This Stage is Bananas. Baru memiliki dua lagu di katalog musiknya, Aruma sempat membawakan lagu-lagu cover dari Sheila on 7 hingga Billie Eilish untuk memaksimalkan durasi penampilan.
Sore lebih berenergi ketika The Adams langsung menggeber distorsi di We The Fest Stage. Sama seperti hari sebelumnya, penonton sudah memadati lokasi sejak matahari masih terlihat.
Pemandangan menyenangkan juga terjadi tidak lama setelahnya, ketika GIGI naik ke panggung. Meski terhitung sebagai band senior dan mempunyai rentang umur cukup jauh dari penonton, masih banyak di antara mereka yang turut bernyanyi bersama. Visual megah pun tak luput dari perhatian. Salah satunya statement besar “The Best of GIGI Road to 30th Anniversary”.
Bicara visual, para penampil lokal tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyuguhkan yang terbaik dari segi tersebut. Salah satunya adalah Lomba Sihir dengan visual yang sama menariknya.
Hari Sabtu ditutup dengan sebaran kabar bahwa The 1975 bakal membatalkan penampilan mereka di We The Fest karena kejadian yang berlangsung di Malaysia beberapa hari sebelumnya. Sebuah kabar yang akhirnya benar diumumkan secara resmi pada Minggu (23/07) pagi.
Hari ketiga We The Fest 2023
Setelah resmi mengumumkan, bahwa The 1975 batal tampil di Jakarta dan Taiwan, banyak penonton yang memutuskan untuk menjual tiket mereka via media sosial. Keputusan menjual tiket yang rasanya salah karena hari ketiga ini ternyata menjadi momen tak terduga dan terbaik dari We The Fest.
Sebelum akhirnya pengumuman mengejutkan datang di sore hari, festival dimulai oleh Syarikat Idola Remaja, Mikha Angelo, hingga Hindia yang di momen ini sempat membawakan materi baru dari album penuh keduanya, Lagipula Hidup Akan Berakhir.
Menjelang malam, kejutan tiba. We The Fest secara mendadak mengumumkan, Sheila On 7 akan mentas. Layaknya sebuah supersub dalam konteks sepakbola. Penyelamat yang ditunggu-tunggu di saat injury time, Sheila On 7 pemainnya.
Media sosial otomatis ramai, namun tidak di lokasi. Mengingat sinyal telepon yang tidak bisa diharapkan, kabar dari mulut ke mulut berujung menumpuknya manusia di panggung paling besar festival dengan raut wajah yang sumringah.
Sheila On 7 naik ke panggung tepat pada pukul 20.55 WIB, usai Cokelat memainkan set nostalgia dan penampilan memorable Kikan dengan pianonya.
Bagaimana sebuah festival musik bisa melangsungkan last-minute decision dengan band legendaris yang jadwal panggungnya jarang diketahui banyak orang. Ini lah sejarah tercipta. Sebuah momen yang rasanya tidak akan terulang dalam waktu sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan, mungkin begitu komentar berlebihannya.
Melalui laman Instagram-nya, Sarah Deshita selaku Program Director We The Fest sempat bercerita, kepastian Sheila on 7 mentas itu terjadi jam tiga sore, lima jam sebelum akhirnya mereka memberikan senyuman terlebar untuk semua yang hadir di depan panggung.
Sembilan nomor dibawa oleh mereka. Hit seperti “Kita”, “Betapa”, hingga “Seberapa Pantas” tak luput mereka bawakan, diselingi dengan bercandaan yang menyenggol sang band asal Inggris.
Cerita lain dari penampilan Sheila on 7 bisa disimak di sini.
Malam makin larut, Sheila on 7 resmi mengakhiri set. Energi tidak hilang begitu saja, karena penonton masih mondar-mandir untuk menyaksikan idola mereka. Setelahnya masih ada penampilan dari Tiara Andini hingga Ali yang masing-masing naik ke panggung dengan performa terbaiknya.
Perhelatan We The Fest tahun ini menjadi salah satu yang terbaik dari sejarah penyelenggaraan mereka. Sebuah cerita yang patut untuk dikenang dan dibicarakan dari masa ke masa, bagaimana last-minute decision bisa mengubah segalanya.
Salam hangat untuk tim sukses We The Fest, Ismaya Live sang penyelenggara, serta orang-orang yang berperan penuh. Tidak sabar menanti We The Fest tahun depan!
Foto oleh Raka Dewangkara dan Syauqi Ibrahim.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …