WYAT, The Skit, Teori, dan Barmy Blokes Turut Menyukseskan Latihan Pestapora Solo

Setelah rangkaian workshop dan talkshow berlangsung tanggal 12-14 Juni 2025, Latihan Pestapora Solo persembahan Boss Creator akhirnya terlaksana hari Minggu, 15 Juni 2025 di Pamedan Mangkunegaran.
Latihan Pestapora Solo kali ini berhasil mengumpulkan sekitar 6.598 penonton sejak pintu masuk dibuka pukul 15.00 WIB. Dua panggung Main Stage dan Bising Kota X Sasana Karya bergantian bunyi untuk menampilkan musisi-musisi asal luar dan Kota Solo seperti HIVI!, WYAT, The Skit, Teori, Rony Parulian, Barmy Blokes, Tulus, dan JKT48.

WYAT di panggung Bising Kota Pophariini X Sasana Karya Latihan Pestapora Solo / Dok. Boss Creator
“Harapannya musisi Solo dapat dikenal dari audiences yang datang ke Latihan Pestapora ini dan mendapatkan support serta harapan besar akan karyanya dari kota asal mereka berdiri,” kata Sekarima Qonitah selaku Program Manager Boss Creator kepada Pophariini (17/06).

The Skit di Main Stage Latihan Pestapora Solo / Dok. Boss Creator

Teori di panggung Bising Kota Pophariini X Sasana Karya Latihan Pestapora Solo / Dok. Boss Creator
Tahun ini Latihan Pestapora menyasar 2 kota di Indonesia yaitu Solo dan Pekanbaru, kemudian 1 kota di Malaysia yaitu Kuala Lumpur. Seka pun berharap tahun depan kota-kota lain khususnya Indonesia juga mendapat giliran, “Ya, tidak menutup kemungkinan kami akan jalan di beberapa kota lainnya. Melihat banyak potensi yang besar dari market Pestapora itu sendiri di luar Pulau Jawa.”

Barmy Blokes di panggung Bising Kota Pophariini X Sasana Karya Latihan Pestapora Solo / Dok. Boss Creator
Ada sejumlah booth dengan berbagai jualan dan aktivasi yang menghiasi area Latihan Pestapora Solo. Booth kolaborasi Bising Kota Pophariini dan Sasana Karya yang terletak dekat panggung menyediakan tenda curhat bersama Eko Ribut, ruang bermain PlayStation, ruang mendengarkan musik bersama Main Audio, dan photobox.
Selain itu hadir Tukang Doa yang dilakukan LemuLucu yang menemui orang-orang untuk mendoakan segala hal baik di hidup mereka termasuk Kiki Ucup, founder Boss Creator.

Ki-ka: Booth Sasana Karya (photobox), Main Audio, Bising Kota, dan Pophariini / Dok. Pohan

Tukang Doa (LemuLucu) bersama Kiki Ucup / Dok. Pohan
Eko Ribut seorang supeltas (Sukarelawan Pengatut Lalu Lintas) yang biasa bertugas di Kalitan sempat kami wawancara di booth Pophariini. Pria yang mengaku umur 31 tahun ini menceritakan latar belakang penamaan Eko dari sang Ayah yang sudah tiada.
“Dia itu pengen, Eko itu mencerahkan keluarga. Sekarang ada yang nyebut Ribut, ada yang nyebut nama Eko dan ada lagi, dari pimpinanku, Satlantas sini kalau manggil aku bukan Eko atau Ribut tapi Megaloman. Itu khusus dia doang,” jelas Eko.

Eko Ribut berpose di meja booth Bising Kota Pophariini / Dok. Pohan
Biasanya mengatur lalu lintas, di booth Pophariini Eko mendengar curhatan pengunjung yang ternyata momen seperti ini bukan hal baru di hidupnya. Ia pernah jadi tempat curhat orang random.
“Mas, aku kan abis putus sama pacarku. Caranya gimana ya biar aku bisa balikan? Kata orang itu. Aku bilang gampang, belikan bunga langsung kasih ke cewekmu,” cerita Eko menasehati orang tersebut.
Menariknya, ketika ditanya siapa musisi solo favorit. Ia menjawab dua nama yang bukan berasal dari Solo, Kangen Band dan Tipe-X. Hmm, langka!

Firman Rafiandy alias Man Osman di booth Sasana Karya / Dok. Pohan
Sebelum menemui Eko Ribut, sore harinya kami juga berbincang dengan Firman Rafiandy alias Man Osman selaku pendiri Sasana Karya. Sasana Karya dibentuk tahun 2018 karena ia merasa musisi-musisi Solo susah mendapatkan panggung terutama emerging artist yang baru rilis 1-2 lagu.
“Bahkan kita kan kalau lihat sering banget penertiban pengamen-pengamen di jalanan. Nah itu awalnya saya merasa kayak, wah seniman-seniman itu pekerjaan yang mulia, tapi sering dianggap remeh karena tidak berada di lingkungan yang tepat,” ungkap Firman.
Sebelum pandemi melanda tahun 2020, Firman sempat menonaktifkan Sasana Karya karena harus fokus kuliah dan alasan belum ada uang operasional untuk menjalankan. Di mana posisi Sasana Karya bukanlah komunitas, melainkan organisasi nirlaba.
“Fun fact-nya, yang bikin aku lanjut jalanin Sasana Karya lagi adalah Siniar Pop episodenya Mas Iga Massardi dan Mas Denboi. Mas Iga ngomong, orang yang meninggal tuh yang diingat cuma dua, lo mau dikenang sebagai apa atau meninggalkan siapa. Jadi itu yang buat aku mikir seharian. Akhirnya setelah nonton itu aku izin ke istri, boleh gak kalau aku lanjut lagi. Dan yang bikin unik dari Sasana Karya adalah kami sama sekali gak mau ada profit. Jadi satu banding satu, kami buat laporan secara transparan setiap sponsor yang masuk sama pengeluarannya itu buat apa aja,” tegas Firman.
Firman juga merasa senang melihat panggung-panggung Latihan Pestapora Solo diisi musisi-musisi asal kotanya bahkan sampai pekerja di hari penyelenggaraan 50% warga Solo. “Kayaknya Respati Ardi Wali Kota pertama Solo yang berani untuk memperjuangkan ini. Di era Mas Gibran, nggak ada kayak gitu,” tutupnya.

WYAT di depan panggung Bising Kota X Sasana Karya Latihan Pestapora Solo / Dok. Pohan
Wyat sebagai band pembuka panggung Bising Kota X Sasana Karya tampil memukau. Abdul (vokalis), Danis (pemain bas), dan Adil (pemain synthesizer) yang kami temui sebelum beraksi melihat Bising Kota bisa menjadi wadah bagi musisi-musisi berbagai kota di Indonesia.
“Kalau kita bicara nasional udah banyak, tapi mungkin di kota-kota seperti Solo dan sekitarnya mungkin masih butuh sekali yang namanya wadah kayak Bising Kota. Jadi bisa mewadahi karya mereka. Ketika ada kolaborasi antara Bising Kota dengan event tertentu bisa ngajakin mereka, ngasih kesempatan mereka buat ikutan kolaborasi dan manggung,” kata Danis yang berharap bandnya segera bisa main di festival nasional seperti Pestapora, Synchronize, atau The Sounds Project.

Suasana di balik panggung Latihan Pestapora Solo / Dok. Pohan
Usai menemui WYAT, kami menghampiri tenda HIVI! yang ternyata belum turun panggung. Tak lama kemudian Febri muncul dengan sapaan hangat sambil memegang sepiring makanan. Ia mewakili rekan-rekan bandnya menjawab pertanyaan-pertanyaan Pophariini.
Febri memuji Kota Solo itu adem banget karena banyak pohon dan tentang apa yang paling berkesan ia langsung menjawab makanan. “Soto, gudeg basah, dan apa pun yang berbau kambing,” jelasnya.
Tak selalu musisi bisa menyempatkan diri untuk berkeliling area festival selesai dari pemanggungan, namun Febri melakukan hal ini. Ia cukup lama beredar di area panggung Bising Kota X Sasana Karya, menerima ajakan foto bareng hingga berbincang dengan siapa pun yang ditemui.

Barmy Blokes di belakang panggung Bising Kota X Sasana Karya Latihan Pestapora Solo / Dok. Pohan
Barmy Blokes yang menginjak usia satu dekade tahun ini mendapat kesempatan untuk menutup panggung Bising Kota X Sasana Karya. Pemandangan crowd surfing hanya kami saksikan dalam permainan Wiki Setyawan, Chafidz Hidayat, Ilham Zaki, dan Rafi Herliyanto.
Wiki berpendapat Latihan Pestapora Solo garis mulai yang oke untuk kota asalnya karena kreatifnya semua tumbuh. “Maksudnya, mungkin 1-2 tahun terakhir ini banyak banget band-band bagus yang akhirnya juga mentas di Jakarta. Hijrah ke Jakarta juga banyak. Mungkin Latihan Pestapora Solo ini bisa jadi kayak monumen. Kan Pestapora juga punya follower yang nationwide, bisa jadi orang melirik Solo ternyata dianggap,” kata Wiki.

Tiga personel Teori di samping panggung Bising Kota X Sasana Karya Latihan Pestapora Solo / Dok. Pohan
Teori yang saat kami temui tersisa 3 personel karena 1 personelnya sudah balik mengaku manggung di Latihan Pestapora Solo adalah pengalaman yang tak terlupakan. “Di kepalaku cuma happy, heavy. Pokoknya buat Teori, pengalaman yang gak terlupakan pastinya. Ini termasuk wishlist yang kecentang sih,” ungkap Ichsandy Nugraha.
Berhasil menemui sejumlah musisi, yang sangat disayangkan kami tak sempat bertatap muka dengan The Skit yang selama unjuk gigi di Main Stage aksi mereka tak kalah maksimal.
Oke, Latihan Pestapora Solo terbukti sukses dan sampai jumpa tahun depan ya!

Eksplor konten lain Pophariini
Santamonica Suarakan Perlawanan Perempuan di Single SIN
Jeda 2 tahun dari perilisan album Reminisce 189, duo elektronik-pop, Santamonica kembali melepas karya terbaru bertajuk “SIN” (12/06). Tertulis dalam siaran pers, lagu ini diproduseri oleh Joseph Saryuf (Santamonica, Showbiz), yang ditulis pertama kali …
Jimi Multhazam Bikin Proyek Solo Perdana untuk Rayakan 3 Dekade Berkarya
Memasuki tiga dekade berkarya di industri musik Indonesia, Jimi Multhazam melangkah ke babak baru lewat materi proyek solo perdana bertajuk “Kilauanlara” yang hadir dalam dua versi (09/06) via Bandcamp. Kilauanlara (Satu) by Jimi …