10 Jurnalis Musik Favorit Pophariini

May 13, 2022

Sosok jurnalis musik menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dalam eksistensi industri musik secara utuh. Apa jadinya seorang musisi dan karya musiknya tanpa peran jurnalis musik?

Dari jaman ke jaman, jurnalisme musik berkembang mengikuti teknologinya. Dari jaman media cetak sampai hari ini, jurnalisme musik hadir dalam bentuk dan ruang yang baru dari mulai website sampai podcast. Pelaku-pelakunya pun mengalami regenerasi. Umumnya mereka berangkat dari latar belakang jurnalis cetak/penulis atau radio hingga tidak sedikit yang masuk dalam ruang podcast dan mengasuh siarannya sendiri dalam medium yang beragam.

Dalam rangka Hari Kebebasan Pers Sedunia, Pophariini merangkum 10 nama jurnalis musik favorit Pophariini yang namanya patut disimak.


Shindu Alpito

Nama Shindu Alpito tidak bisa dipisahkan dari jurnalisme hari ini. Berangkat dari wartawan sekaligus fotografer di situs Rolling Stone Indonesia, orang juga kerap menemukan reportasenya soal musik di metrotvnews.com. Hari ini, Shindu yang bekerja sebagai content manager MedCom membawa jurnalisme ke bentuk terkini lewat Shindu’s Scoop, vlog/podcast yang menampilkan wawancara dirinya dengan banyak nama penting di industri musik.

 

Teguh Wicaksono


Teguh Wicaksono adalah seorang jurnalis dan music enthusiast yang luar biasa. Salah satu karya yang dihasilkannya adalah Archipelago Festival, festival musik dan diskusi yang dinisiasinya sejak 2018. Ketertarikannya di dunia jurnalisme membawanya kepada tulisan-tulisannya di Jakarta Post dan Rolling Stone Indonesia. Sounds From The Corner adalah salah satu produk jurnalisme terkini dari video pengarsipan panggung sampai forum diskusi yang layak untuk disimak.

 

Rio Tantomo

Rio bukan nama baru di industri musik. Mengawali karier jurnalismenya di Gitar Plus kemudian Trax Magazine, tulisan-tulisannya berkembang dari sekadar tulisan jurnalisme umum sampai ia menemukan gaya gonzo yang tidak banyak dipakai dalam jurnalisme 10 tahun terakhir. Hari ini, produk jurnalismenya ditarik dalam seri podcast yang ia asuh di Rock Nation.

 

Pramedya Nataprawira

Mengawali karier jurnalismenya sebagai wartawan di Rolling Stone Indonesia, nama Pram justru bersinar ketika ia membuat Agordiclub, media musik independen menaungi grup siniar agordipod (agordiclub podcast), dengan berbagai programnya adalah Punggung Panggung, SVVARA, Melabur, dan Daftar7 yang layak disimak. Meski kenyataan pahit bahwa Agordiclub tengah vakum, namun karier Pram tak berhenti. Hari ini ia masih aktif membantu Sounds From The Corner bersama Teguh dalam ruang-ruang diskusi di media sosial.

 

Nuran Wibisono

Buku Nice Boys Don’t Write Rock N Roll membawa nama Nuran di skena jurnalisme musik. Buku yang sudah lima kali dicetak ulang ini menghadirkan tulisan-tulisan musik rock ‘n roll Nuran, sebagian naskahnya telah duluan terbit semasa ia aktif di website Jakarta Beat. Kini, editor di Tirto.id ini masih melanjutkan perjalanan musiknya di sini juga aktif menulis di media lain.

 

Marcel Thee

Sama seperti Rio Tantomo, meski bukan nama baru di skena jurnalisme musik, namun Marcel layak masuk daftar ini. Jurnalis juga penulis yang menulis dari musik, budaya, lifestyle dan lainnya ini telah berkenala dari Jakarta Globe, Rolling Stone, VICE sampai hari ini ia menjadi managing editor di Jakarta Post. Menilik sejarah tulisannya, jurnalis yang juga musisi di berbagai proyek musik termasuk Sajama Cut ini punya sudut pandang menarik dalam mengulas musik.

 

Raka Ibrahim

Boleh dibilang, jurnalisme musik menemukan bumbunya ketika jurnalis Raka Ibrahim muncul ke permukaan terutama lewat Jurnal Ruang. Tulisan-tulisan kritik musiknya menjadi cermin untuk eksistensi karya musik dan musisi 5 tahun terakhir. Sudut pandangnya menarik karena tak hanya menulis soal musik, ia juga mengeksplor dirinya lewat tulisan-tulisan politik dan budaya yang terbit di berbagai media. Tahun 2021, kita menemukan tulisannya di kolom khusus di Kumparan.

 

Aris Setyawan

Kekuatan Aris sebagai jurnalis adalah tulisan-tulisannya yang mengakar dalam perspektif budaya, mengingat latar belakang pendidikannya sebagai sarjana Etnomusikologi di ISI (Insitut Seni Indonesia). Aris adalah seorang Pemred di situs perspektif seni dan budaya, Serunai.co. Di sana ia dan awak redaksinya mengulas banyak hal, termasuk musik. Sebelumnya, ia pernah menulis di banyak media dari Jakarta Post, Koran Kompas, Kedaulatan Rakyat, Jurnal Ruang dan masih banyak lagi. Kariernya sebagai penulis terasa lengkap dengan tiga buku yang telah ia buat yaitu Pias: Kumpulan Tulisan Seni dan Budaya serta Wonderland: Memoar dari Selatan Yogyakarta, dan Aubade: Kumpulan Tulisan Musik.

 

Rian Pelor

Farid Amriansyah atau yang dikenal dengan nama Rian Pelor adalah satu dari sekian banyak contoh perpaduan yang baik antara jurnalis dan musisi. Kariernya sebagai vokalis band menjadikan tulisan-tulisannya semasa menjadi jurnalis di majalah Trax terasa dalam karena ia bisa menulis dari perspektif musisi. Hal ini dibawanya terus pada hari ini ketika ia menjadi jurnalis di Play FM, salah satu radio swasta di Palembang. Di sana ia mengasuh siaran Play Out Loud yang mengulas nama-nama besar di musik rock serta wawancara dengan musisi lokal.

 

Eka Annash

Selain Rian Pelor, sosok Eka Annash adalah nama yang patut diperhitungkan dalam dunia jurnalisme musik. Mengawali kariernya sebagai jurnalis radio di MTV Sky dan di beberapa radio, kini pria yang juga aktif menjalani bandnya The Brandals ini mendirikan Diskas Media, media online yang fokus kepada video podcast. Bersama Diskas ia aktif mengulas nama-nama penting di musik tanah air.


 

2 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
gurlgang
gurlgang
1 year ago

🤮🤮🤮🤮

shivamantic
shivamantic
1 year ago

emang ga ada sama sekali jurnalis musik perempuan apa penulisnya emang bias gender aja?

Eksplor konten lain Pophariini

Bank Teruskan Perjalanan dengan Single Fana

Setelah tampil perdana di Joyland Bali beberapa waktu lalu, Bank resmi mengumumkan perilisan single perdana dalam tajuk “Fana” yang dijadwalkan beredar hari Jumat (29/03).   View this post on Instagram   A post shared …

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …