20 Tahun Taman Langit: Peterpan Menuju Mimpi yang Sempurna

Dec 21, 2023

Akhir dekade 90-an hingga awal millenium baru menjadi salah satu periode penting dalam lanskap musik pop Indonesia. Band-band baru bermunculan dan satu demi satu merilis album yang seiring berjalannya waktu masuk dalam kategori klasik. Salah satunya adalah Peterpan dan album Taman Langit yang dirilis pada tahun 2003.

Etnomusikolog Jeremy Wallach di buku Modern Noise, Fluid Genres: Popular Music in Indonesia (2008) menyebutkan ada dua peristiwa penting yang mengubah lanskap sosio-kultural Indonesia di pertengahan dekade 90-an. Pertama adalah gelombang Reformasi ’98 yang menggulung rezim tiran Orde Baru yang telah berkuasa lebih dari tiga dekade. Kedua, siaran MTV di Indonesia.

Awal Mei 1995, MTV memulai siaran pertama di Indonesia sebagai blocking program di stasiun televisi swasta ANteve. Empat tahun berselang sejak siaran perdana MTV di regional Asia pada September 1991 dan empat belas tahun berjarak dari pertama kali MTV mengudara pada 1 Agustus 1981.

Video klip musisi-musisi luar negeri yang sebelumnya hanya bisa dinikmati lewat antena parabola yang saat itu masih menjadi barang mewah, kini leluasa untuk ditonton di ruang keluarga rumah-rumah Indonesia. Termasuk di sebuah rumah di Antapani, Bandung, Jawa Barat. Tempat seorang remaja yang baru beranjak gede terpaku melihat Kurt Cobain, Dolores O’ Riordan, dan Liam Gallagher dari belahan bumi lain bergantian hadir dalam klip-klip Nirvana, The Cranberries, dan Oasis. Tempat anak bungsu dari tiga bersaudara itu memahat mimpinya menjadi musisi. Nama anak itu: Ariel.

Bandung di awal milenium baru demam Britpop menjangkiti anak-anak muda Kota Kembang. Ariel dan kepingan perjalanan band terakhirnya, Peterpan, tidak ketinggalan dalam tren global tersebut. Coldplay lewat album debut Parachutes yang tengah jadi hits tentu saja masuk dalam setlist Ariel, Uki, Lukman, Reza, Indra, dan Andika saban manggung. Sebelumnya di Peppermint/ Cholesterol, Ariel bersama Uki serta Qibil dan Eric (keduanya personil The Changcuters), akrab dengan katalog dari eksponen Britpop lainnya seperti Oasis, Stone Roses, Shed Seven, sampai Pulp.

Di sebuah rumah di Antapani, Bandung, Jawa Barat. Tempat seorang remaja yang baru beranjak gede terpaku melihat klip-klip Nirvana, The Cranberries, dan Oasis dari belahan bumi lain bergantian hadir. Tempat anak bungsu dari tiga bersaudara itu memahat mimpinya menjadi musisi. Nama anak itu: Ariel.

Salah satu panggung Peterpan di tengah gelombang ini adalah di kampus Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) tahun 2001. Ariel pernah tercatat sebagai mahasiswa jurusan arsitektur di kampus ini meski tidak selesai. Ia lebih memilih masuk ke studio rekaman ketimbang studio gambar. Dimas Ario adalah salah satu penonton Peterpan dalam gig yang diadakan di Gedung Serbaguna(GSG)  Unpar. Lead Music Editor Spotify Indonesia ini masuk Unpar sebagai mahasiswa jurusan hubungan internasional tahun 2001.

“Di Unpar kalau malam minggu sering ada acara musik bulanan di GSG. Salah satu yang main namanya Peterpan. Mereka bawain lagu-lagu Britpop,” kata Dimas. Dalam ingatan Dimas, mereka membawakan “Yellow” milik Coldplay. “Gue juga suka lagu itu karena wara-wiri di MTV kan. Gue inget juga ada lagunya Radiohead” ujarnya. Senin saat hendak masuk kuliah, Dimas berpapasan dengan Ariel di kampus. “Kayaknya ini nih vokalis band yang kemarin gue tonton,” kata Dimas.

Selain panggung-panggung musik di kampus, kafe merupakan situs penting dalam lanskap perkembangan musik di kota Bandung. Fungsinya merentang mulai dari tempat para pelaku kancah musik nongkrong hingga pintu masuk ke industri. “Band-band Bandung yang orientasinya ke major label besarnya memang di kafe. Katakanlah Peterpan, Nineball, Protonema atau kalau lebih jauh lagi /rif dan Java Jive,” kata Irfan Muhammad penulis buku Bandung Pop Darlings (2019). Sebagai band kafe, Peterpan juga terbiasa dengan lagu-lagu dari band Top 40 yang merajai chart saat itu sembari tetap menyisipkan beberapa lagu-lagu Britpop.

Menurut Irfan, meski Ariel dan Uki pernah ada di kancah indies, namun kadarnya tidak sepekat band-band pop angkatan sebelumnya seperti Cokelat terutama di single “Bunga Tidur” yang jadi modal Kikan dan kawan-kawan masuk industri rekaman. “Peterpan itu kan penggalan sejarah di tiap personilnya yang dipersatukan oleh Andika. Bukan meneruskan sejarah dari tongkrongan yang sama dan akar musik para anggotanya seperti Cokelat yang berasal dari anak-anak kampus Sekolah Tinggi Seni Indonesia,” terang Irfan.

Di kafe Sapu Lidi, Peterpan akhirnya menemukan jalannya. Mochamad “Noey” Noerwana, bassist Java Jive, sedang mencari bakat-bakat baru sesuai permintaan Indrawati “Acin” Widjaja, bos Musica Studio’s untuk memperbarui line-up setelah Kahitna dan Base Jam  dirasa mulai kurang moncer

Di kafe Sapu Lidi, Peterpan akhirnya menemukan jalannya. Mochamad “Noey” Noerwana, bassist Java Jive, sedang mencari bakat-bakat baru sesuai permintaan Indrawati “Acin” Widjaja, bos Musica Studio’s untuk memperbarui line-up setelah Kahitna dan Base Jam  dirasa mulai kurang moncer. Apalagi saingan Musica, Sony Music, mulai memetik hasil panen dari benih-benih unggul bernama Padi, Cokelat, Wong, dan Caffeine yang sukses disemai di album kompilasi Indie-Ten.

Mochamad “Noey” Noerwana. Kredit foto: Avian Rinandhi

Noey bergerak cepat. Ia punya portfolio album kompilasi Indie Fame: Untuk Kalangan Terbatas berisikan band-band yang manggung di klab malam Fame Station. Juga sukses memproduseri album debut alumni Indie Ten, Caffeine. Dalam waktu singkat ia sudah punya sepuluh nama untuk masuk album kompilasi Kisah 2002 Malam seperti yang diminta Bu Acin. Tapi di menit-menit akhir keajaiban terjadi.

Album Kisah 2002 Malam. Kredit foto: Budi Warsito

Satu band mendadak mengundurkan diri. Noey waktu itu tengah mengawal Caffeine manggung di Sapu Lidi dalam rangka promosi album. Pembukanya adalah Peterpan yang menjadi home band kafe yang berada di daerah Cihampelas itu. “Saya paling inget vokalisnya. Yang paling menarik hati saya dia bawain lagu ‘Superman’-nya Five for Fighting. Langsung saya cari manajernya,” kata Noey sebagaimana dikutip dari podcast Rian Ekky Pradipta. Dari tangan Budi, manajer Peterpan saat itu, Noey mendapatkan kaset demo berisi tiga lagu. Salah satunya “Mimpi Yang Sempurna”. Naluri Noey mengatakan, Peterpan akan jadi mesin pencetak hits baru buat Musica. Dan setelahnya adalah sejarah. 

Single “Mimpi Yang Sempurna” tidak membutuhkan waktu lama untuk merangsek masuk ke jajaran tangga lagu radio. Track berdurasi tiga menitan ini punya modal kuat. “Lagunya memang radio friendly, easy listening, dan mudah dinyanyikan pendengar,” terang Prita Prawirohardjo, Group Music Director MRA Media. Prita menjelaskan, kehadiran “Mimpi Yang Sempurna” waktu itu menjadi warna lain di kancah musik  populer Indonesia yang tengah didominasi band-band pop rock.

Dan benar saja, lagu yang berasal dari catatan di buku harian Ariel semasa SMA ini mudah menancap di telinga dalam sekali dengar sekaligus mudah dimainkan lewat sekali genjreng. Indikatornya: pengamen. Mereka menjadi nubuat lagu-lagu yang berpotensi menjadi hits. Pun dengan “Mimpi Yang Sempurna” yang jadi top play di kalangan musisi jalanan.

 

Lalu bagaimana nasib band yang mengundurkan diri tadi? Band itu bernama After Sunset. Sama-sama berasal dari Bandung. Ariel bahkan sempat ditawarkan mengisi posisi vokal. Dalam artikel “Bukan Kerja Rodi” yang ditulis Soleh Solihun tahun 2008, After Sunset menolak tawaran masuk album kompilasi karena dikontrak untuk album penuh. Itupun dari label Sony Music. Tapi rezeki sekecil apapun memang pantang ditolak.

Peterpan seperti ketiban durian runtuh. Dari sepuluh band di kompilasi tadi, hanya Peterpan yang mendapat kontrak album penuh. After Sunset seperti menjilat ludah sendiri dengan ikut album kompilasi Indie Ten 3 produksi Sony Music tahun 2003. Gitarisnya belakangan malah menjadi kru gitar Peterpan setelah After Sunset memutuskan bubar.

Taman Langit menjadi debut Peterpan di tahun 2003. Memajang 11 lagu termasuk “Mimpi Yang Sempurna” versi piano dengan potongan cover version dari beberapa pengamen termasuk sound effect suara mesin dan klakson kendaraan. Di sampul album, mereka berterima kasih pada “musisi-musisi jalanan yang selalu bawain lagu kami.”Bahkan di album-album setelahnya para pengamen ini menjadi test case untuk menentukan lagu mana yang cocok dijadikan hits single, terang Noey.

Cover Taman Langit. Kredit: Discogs

Taman Langit menjadi debut Peterpan di tahun 2003. Memajang 11 lagu termasuk “Mimpi Yang Sempurna” versi piano dengan potongan cover version dari beberapa pengamen termasuk sound effect suara mesin dan klakson kendaraan. Di sampul album, mereka berterima kasih pada “musisi-musisi jalanan yang selalu bawain lagu kami

Sleeve Taman Langit. Kredit: KapanLagi.com

Kehadiran Taman Langit memupuskan keraguan Peterpan hanya akan mentok menjadi one hit wonder band. Secara keseluruhan Taman Langit mencoba mengisi celah-celah kosong di antara nama-nama yang sebelumnya sudah muncul.  Liriknya tidak sepuitis Dewa meski Ariel dan Ahmad Dhani punya ketertarikan pada Kahlil Gibran dan bahasa-bahasa metafor. Bahkan Dhani pernah mengkritik lirik-lirik yang ditulis Ariel dengan sebutan tidak jelas mau kemana dan menceritakan apa.

Walau sama-sama mengusung pop rock yang easy listening, Peterpan punya pendekatan aransemen yang lebih sederhana ketimbang Sheila on 7 yang tampak mulai rumit di album 07 Des. Ariel juga lebih “muda” ketimbang Andi Fadly Arifuddin vokalis Padi yang sama-sama menjadikan Eddie Vedder dan Thom Yorke sebagai referensi vokal

Liriknya tidak sepuitis Dewa meski Ariel dan Ahmad Dhani punya ketertarikan pada Kahlil Gibran dan bahasa-bahasa metafor. Bahkan Dhani pernah mengkritik lirik-lirik yang ditulis Ariel dengan sebutan tidak jelas mau kemana dan menceritakan apa.

Tengok “Semua Tentang Kita” yang intro-nya menjadi andalan anak-anak band untuk nyetem gitar. Majalah Trax edisi Agustus dan Desember 2003 menyebutkan deretan lagu di Taman Langit punya langgam yang enak dan melodius. Peterpan juga dinilai punya penampilan yang lebih keren dari Sheila on 7.

 

Prita Prawirohardjo yang saat itu menjadi Music Director di Hard Rock FM Jakarta memilih single “Aku Dan Bintang” untuk masuk di daftar putar Hard Rock FM.  Lagu bertempo medium ini dinilai Prita punya sound yang “lebih berciri jika dibandingkan dengan band-band lokal lainnya yang sudah lebih dulu populer sebelumnya.”

 

Meski kualitas rekamannya belum sebaik album-album setelahnya, di Taman Langit kita bisa mendengarkan karakter sound definitif para personilnya. Seperti sound drum “kering” dari Reza di “Yang Terdalam” juga bassline Indra di “Taman Langit” yang ikonik. Kita juga bisa melihat antusiasme Peterpan/Ariel-Uki pada Britpop yang tampil pada “Satu Hati” yang punya referensi “The Chemistry Between Us” dari Suede.

 

Sejarah selalu berulang, kata esais Philip Guedalla. Seperti Ariel yang bermimpi menjadi rockstar setelah melihat Kurt Cobain dalam video klip Nirvana yang tayang di MTV, kemunculan video klip “Mimpi Yang Sempurna” serta klip-klip lainnya dari album Taman Langit di MTV memicu anak-anak baru gede untuk ngeband.  

Tidak berselang lama setelah perilisan Taman Langit pada pertengahan 2003, Ariel dkk. menyambangi Malang untuk rangkaian tur promo album. Meski identik sebagai basis penggemar musik keras, publik Malang menyambut baik kehadiran barudak Bandung itu dengan terus menyanyikan bait demi bait lagu-lagu yang terhitung masih baru. Kepopuleran Taman Langit di Malang membuat Peterpan sejajar dengan senior-seniornya sebagai band yang lagu-lagunya sering dibawakan di festival-festival band pelajar. Salah satu yang sering membawakannya adalah Winda Carmelita yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Malang. Ia mulai main band bersama kawan-kawan sebayanya.

“Waktu SMP sekitar tahun 2003-2005 banyak banget acara festival band pelajar di Malang. Yang sering terdengar ya pada bawain lagu-lagu God Bless atau Cokelat. Tapi ada masanya pada bawain Peterpan,” ujar Winda Carmelita yang sehari-hari bekerja sebagai content writer ini. Saat Taman Langit dirilis Winda sudah mulai main band bersama kawan-kawannya di sekolah dasar. Ia awalnnya enggan membawakan lagu-lagu dari pemuda Antapani ini karena dianggap cemen dan pasaran. “Mungkin dulu itu mikirnya karena overhype ya. Semua TV, radio, sampe pengamen aja demam Peterpan,” kata Winda. Tapi pada akhirnya dirinya tetap mengulik lagu-lagu Peterpan. “Ada festival yang lagu wajibnya Peterpan. Kita aransemen ulang dan malah bisa jadi juara. Ternyata ya seperti kemakan omongan sendiri,” ujarnya.

Bagi Taufan Muhammad yang saat itu duduk di bangku SMP, “Mimpi Yang Sempurna” menjadi lagu untuk belajar gitar. Sampai ia kuliah, lagu-lagu di album Taman Langit masih ia pakai untuk jamming-jamming iseng sampai pendekatan untuk pacar. “Kita jamming lagu-lagu seperti ‘Satu Hati’, ‘Yang Terdalam’, ‘Aku Dan Bintang’,” kata Taufan. Mimpi Taufan menjadi musisi akhirnya terwujud lewat Manjakani grup folk-akustik asal Pontianak, Kalimantan Barat yang dibentuknya bersama Nabilla Syafani, pasangannya.

Taman Langit ibarat tarikan gas yang memulai lintasan Peterpan di sirkuit musik Indonesia. Setahun kemudian mereka merilis Bintang Di Surga, album paling sukses sepanjang karier bermusik Peterpan. Juga kontrak produk bernilai miliaran, tur puluhan kota, dan popularitas di titik paling tinggi.

Jika Taufan mulai mengulik Taman Langit saat album tersebut menjadi daftar putar teratas di radio dan televisi, lain cerita dengan Afif Amrullah dan Ahmad “Biting” Ikhsan. Dua personil Closure, band post-punk asal Malang ini baru pada tahun 2016 ngejam membawakan beberapa lagu dari Taman Langit. Tiga belas tahun berselang sejak album yang berhasil mencatatkan penjualan hingga 700 ribu kopi ini beredar di pasaran.

Awalnya mereka hanya ingin bernostalgia dengan mengulik playlist masa kecil. Namun setelah Closure terbentuk aura Peterpan ini masih terbawa. Bersisian dengan band-band Eropa seperti Human Tetris (Rusia), Motorama (Rusia) dan Soviet Soviet (Italia). “Kalau dengerin lagu Closure yang “I’m a Travelling Man” atau “Ressusciated” akan terasa aura Peterpan. Saya kalau bikin lagu cenderung lebih pop ketimbang Dheka dan Axel yang cenderung lebih progresif dan ngebut,” kata Afif.  Sementara bagi Biting, Taman Langit adalah album yang membuat dirinya ingin ngeband. “Album cukup kompleks buat dikulik. Mulai dari progresi chord, harmoni, dan isian-isian yang nyaman di kuping.”

Taman Langit ibarat tarikan gas yang memulai lintasan Peterpan di sirkuit musik Indonesia. Setahun kemudian mereka merilis Bintang Di Surga, album paling sukses sepanjang karier bermusik Peterpan. Juga kontrak produk bernilai miliaran, tur puluhan kota, dan popularitas di titik paling tinggi. Setelahnya, laju mereka makin ngebut dan nyaris tak terkejar lawan-lawannya sampai drama pergantian personil, perubahan nama band, dan kasus video seks yang melibatkan Ariel. Tren global konsumsi musik juga turut berubah. Namun Taman Langit punya caranya sendiri untuk tetap relevan di generasi-generasi setelahnya.

Hampir dua dekade kemudian, tepatnya di tahun 2021, Taman Langit dirilis ulang oleh dua anggota tersisa, Ariel dan Lukman, juga David yang masuk menggantikan Andika di album Hari Yang Cerah…(2007). Ketiganya menghadirkan aransemen baru serta kualitas rekaman yang jauh lebih baik dengan sound yang lebih “tebal” dan kaya. Mereka juga memoles ulang video klip “Yang Terdalam” yang digarap The Jadugar pada tahun 2003 silam.

 

Dalam buku The Jadugar: 15 Tahun Mengobrak-Abrik Video Musik Indonesia, Anggun Priambodo menyebutkan video klip ini adalah kali pertama The Jadugar menggunakan video seluloid untuk shooting. “Band besar, label besar, jadi kami tahu pasti ada budget-nya,” tulis Anggun. Mengambil referensi video klip “Bittersweet Symphony” milik The Verve, The Jadugar menggunakan konsep one-shot yang mengharuskan Ariel untuk berlari-lari di padatnya Jalan Sabang, Jakarta Pusat karena harus tampil di beberapa adegan kunci.

 

Versi re-make “Yang Terdalam” dipasrahkan pengerjaanya kepada Gianni Fajri. Lokasi yang sama dengan jalan cerita yang sama persis dengan video klip pendahulunya. Hanya saja Ariel diperankan oleh Iqbaal Ramadan. Ada juga Difki Khalif dan Rheno Poetiray. Mereka berperan layaknya para personil saat membintangi video klip “Yang Terdalam” terdahulu. Kemasan ulang klip ini kemudian direspon netizen dengan berbagai video parodi dan sempat menduduki posisi trending nomor satu di YouTube Music.

 

Taman Langit pada akhirnya tidak hanya membawa Peterpan mewujudkan mimpi yang sempurna. Namun juga membuat anak-anak muda di seantero negeri ini bermimpi selayaknya Ariel saat melihat Kurt Cobain tampil layar kaca.

 

Ilustrasi sampul oleh Agung Abdul Basith.


 

 

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Evan
Evan
9 months ago

tulisannya cakep. membawa pembaca kembali ke suasana tahun 2000-an awal. menyenangka sekali. terima kasih

Eksplor konten lain Pophariini

Catatan dari Trendy Taipei, Melihat Pesona Indonesia dari Konferensi Musik Asia di Taiwan

Tiga tahun ini pula saya melihat kancah musik Indonesia dari lensa yang berbeda: sebagai primadona yang bikin penasaran se-Asia.

5 Musisi Indonesia Favorit Sri Hanuraga

Festival Jazz Gunung Ijen berlangsung hari Sabtu, 17 Agustus 2024 di Taman Terakota Gandrung, Banyuwangi, bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-79 Republik Indonesia. Dengan tema “Merdekanya Jazz, Merdekanya Indonesia”, festival ini menghadirkan Indra Lesmana …