Bintang di Surga, Bintang Terang Peterpan

Sep 17, 2021
Peterpan Bintang di Surga

Ada masa saat keseragaman jadi keniscayaan serta dirayakan. Ketika tangan-tangan Artist and Repertoire label rekaman arus utama dan Music Director stasiun radio populer begitu digdaya. Ketika radio, televisi, dan majalah musik jadi satu-satunya akses informasi dan pembentuk selera. Bintang Di Surga adalah penanda zaman yang paling sahih. Album kedua Peterpan ini adalah titik pertemuan mesin label rekaman yang bekerja di level paling maksimal, terang benderangnya lampu-lampu sorot publikasi media di derajat paling menyilaukan, juga momentum yang berpihak buat Ariel, Lukman, Uki, Andika, Indra, dan Reza.

Peterpan menjejak dengan langkah perdananya dengan mantap lewat sepotong  single “Mimpi Yang Sempurna” di album kompilasi Kisah 2002 Malam keluaran Musica Studios. Album debut Taman Langit menjadi semacam alarm kemunculan the new emerging artist yang akan membentuk tata dunia baru dari dominasi Dewa, Sheila On 7, Padi, dan Jamrud yang sejak tahun 2000 berkejaran mencetak rekor penjualan.

Musica menyiapkan album kedua Peterpan sebagai tambang uang baru dengan pesta peluncuran kolosal: konser di 6 kota di Jawa dan Sumatera dalam waktu 24 jam pada tanggal 18 Juli 2004. Konser bertajuk Breaking The Record, Konser Untuk Sahabat ini dimulai di Medan, lalu dilanjutkan ke Padang, Pekanbaru, Lampung, Semarang, dan diakhiri di Surabaya. Lalu  deretan video klip berbiaya mahal dengan model-model kelas atas mengantri, termasuk Tamara Bleszynski dan Masayu Anastasia . Total ada delapan lagu dari total sepuluh lagu yang dibuatkan video klipnya. Salah satunya “Bintang Di Surga” garapan Rizal Mantovani yang menampilkan personel Peterpan dalam set adegan film laga khas Hollywood lengkap dengan aksi tembak-tembakan dan mobil polisi berstiker L.A.P.D!

 

Momentum menjadi salah satu kunci keberhasilan anak-anak Bandung ini. Di periode itu the big four sudah melewati masa puncak. Padi baru saja merilis Save My Soul setahun sebelumnya. Materinya jauh lebih rumit ketimbang Sesuatu Yang Tertunda yang mengantar jebolan Indie Ten ini masuk ke jajaran one million copies band. Dewa tengah menyiapkan album baru selepas rentetan kesuksesan Bintang Lima dan Cintailah Cinta. Pun Jamrud. Setelah Ningrat dan Sydney 090102 yang mendulang penjualan sampai sejuta kopi, Azis M.S dan kawan-kawan masuk studio untuk menggarap album BO18+, album yang menurut Log Zhelebour selaku produsernya memang  dikhususkan untuk kalangan dewasa. Bisa dibilang di album keenamnya ini, Jamrud hanya mengulang-ulang formula kesuksesan.

Sheila On 7 yang dianggap sebagai pesaing terdekat Peterpan juga tidak memberi “perlawanan” yang cukup berarti. Setelah sukses dengan rentetan penjualan di atas satu juta kopi selama tiga album berturut-turut, cah-cah Jogja ini kemudian mengeluarkan album eksperimental Pejantan Tangguh pada bulan Juni 2004. Album ini sangat jauh berbeda dengan cetak biru musik Sheila On 7. Penggemar tidak siap dengan perubahan yang begitu drastis. Hasilnya sudah bisa ditebak. Album ini gagal secara komersia. Sheila On 7 selanjutnya lebih disibukkan persoalan internal selepas keluarnya penggebuk dum Anton Widiastanto, hanya  beberapa bulan setelah perilisan.

Musica menyiapkan album ini sebagai tambang uang baru dengan pesta peluncuran kolosal: konser di 6 kota di Jawa dan Sumatera dalam waktu 24 jam pada tanggal 18 Juli 2004

Praktis Peterpan melesat sendirian. Bahkan Dewa dan Jamrud yang sama-sama merilis album baru di bulan November pun tidak berdaya. Laskar Cinta yang jadi album baru Dewa malah lebih banyak menuai kontroversi mulai dari desain logo dan sampul album sampai musiknya yang dinilai melenceng jauh. Hanya perlu waktu seminggu setelah peluncuran album studio kedua Peterpan ini sudah menyabet predikat satu juta kopi. Total jenderal, Bintang di Surga berhasil mencapai angka penjualan tiga juta kopi, dan meraih penghargaan demi penghargaan. Tak kurang dari 13 penghargaan dari dalam dan luar negeri diraih. Di antaranya tujuh penghargaan AMI Awards, 2 SCTV Music Award, Triple Platinum Award, dan Platinum Berkembar Enam dari Malaysia, serta MTV Music Award pada tahun 2005. Hanya lewat album yang dikerjakan dalam waktu tiga minggu. Sekali lagi, tiga minggu saja.

Tanpa mengecilkan peran personel lain, kekuatan Peterpan harus diakui ada pada persona Ariel sebagai frontman,vokalis, penulis lagu, sekaligus newsmaker. Sebagai penulis lagu, kekuatan Ariel ada pada kemampuan menciptakan lagu-lagu dengan akor sederhana, hook-hook yang mudah menancap, serta lirik mengawang yang mampu mengombang-ambingkan perasaan. Ariel juga lihai melompat dalam berbagai sudut pandang (seperti di “Ada Apa Denganmu” atau “Ku Katakan Dengan Indah”) meski kadang harus mendobrak kaidah tata bahasa. Menjadikan  apa yang disebut penikmat musik Budi Warsito sebagai sebuah kekikukan puitis 

 

 

Bisa dibilang materi-materi Bintang Di Surga memang berorientasi untuk jadi pencetak hits seperti ‘Ada Apa Denganmu”, “Mungkin Nanti”, atau “Diatas Normal”. Tom Pepinsky, dalam sebuah tulisan di blog-nya menyebut Peterpan adalah sebuah band pop-rock standar dan tidak ada alasan cukup kuat mengapa mereka bisa lebih menonjol ketimbang band-band lainnya selain kenyataan bahwa Bintang Di Surga selalu didengarnya di setiap toko atau warnet yang ia sambangi selama berada di Indonesia. Profesor Kajian Pemerintahan di Cornell University ini menyebut “Ada Apa Denganmu” adalah versi Indonesia “Hey Ya!” milik duo hip hop Outkast: sama-sama tak bisa dihindarkan dan pada akhirnya mengakar dan mendarah daging dalam pendengaran dan ingatan.

Hanya perlu waktu seminggu setelah peluncuran album studio kedua Peterpan ini sudah menyabet predikat satu juta kopi

Dari setumpukan hits single tadi, komposisi “Ku Katakan Dengan Indah” mungkin yang terbaik. Aransemen yang ditawarkan jauh lebih kompleks dengan referensi sound yang mendalam pada band-band Britpop seperti Coldplay, Keane, hingga Travis yang tampak pada tumpukan layer-layer gitar dan sytnh. Pada sektor lirik, Ariel mampu mengiris kepedihan sampai titik paling getir. Kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi. Kau hancurkan hatiku ‘tuk melihatmu. Kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi. Kau hancurkan hatiku ‘tuk melihatmu. Ariel seperti terus menerus memberi kucuran jeruk nipis pada perasaan yang sudah penuh sayatan tak karuan sampai akhirnya membuat kita terjatuh dan terjatuh lagi. Dengan tarikan vokalnya yang berat, dalam dan penuh gumaman, yang mengingatkan pada gaya vokal Eddie Vedder (Pearl Jam), John Rzeznik (The Goo Goo Dolls), atau yang lebih nge-pop dan sepantaran, Alex Band (The Calling).

 

Pengalaman-pengalaman personal saya jadi validasi betapa kuatnya pengaruh Peterpan selepas Bintang Di Surga. Lebih tepatnya pengaruh Ariel. Infotainment nyaris tiada henti menguliti ujung kepala sampai ujung kaki Pangeran Antapani ini. Sosoknya ibarat the boy next door. Ariel bukan sosok kelewat flamboyan ataupun liar bin urakan seperti stigma anak band. Ia tidak lebih seperti anak tetangga berwajah cukup rupawan dan fisik lumayan yang sesekali membalas sapaan dengan anggukan kecil dan senyum seperlunya. Tapi tidak dengan kisah petualangan cintanya serta segala gosip yang mengelilinginya. Kontradiksi ini yang jadi nilai berita dan televisi terus menerus memaksa kita memelototi Ariel (beserta lagu-lagu Peterpan sebagai pengiring) di setiap jengkal, termasuk tas pinggangnya.

Tas pinggang Ariel menjadi aksesoris fashion terbaru anak-anak baru gede sampai pria-pria paruh baya yang ingin tetap tampil gaya. Sekejap menjadi komoditas dagang strategis toko-toko busana sampai lapak pedagang kaki lima, bersisian dengan lagu-lagu Peterpan yang terus diputar dalam volume maksimal oleh toko rekaman sampai pedagang CD bajakan. Padahal tas pinggang kecil ini awalnya tidak sengaja tetap terpakai saat Ariel naik panggung, seperti yang ia akui dalam buku Kisah Lainnya: Catatan 2010-2012.. Lambat laun tas pinggang tersebut menjadi semacam trademark dari manajemen Peterpan untuk penampilan-penampilan Ariel. Saya berusaha mencari apakah di periode tersebut Peterpan membuat tas pinggang sebagai salah satu merchandise namun tak kunjung menemukannya sampai tulisan ini diserahkan ke editor.

Tom Pepinsky, Profesor Kajian Pemerintahan di Cornell University menyebut “Ada Apa Denganmu” adalah versi Indonesia “Hey Ya!” milik duo hip hop Outkast

Sementara lagu-lagunya lebih dahsyat lagi. Peterpan punya posisi yang begitu unik. Tidak serumit Dewa, belum cukup “berumur” seperti Padi, jauh dari segala distorsi macam Jamrud, namun juga tak kelewat lugu seperti  Sheila On 7. Saya selalu ingat sebuah komentar di jejaring media sosial Multiply yang kini sudah wafat kalau Peterpan adalah bentuk obsesi Bu Acin bos Musica untuk mencari Sheila On 7 dengan wajah para personel yang jauh lebih ganteng!

Lepas dari komentar konyol tadi, Peterpan tetap punya ciri kuat yang menjadi modal penting menggeber popularitas sampai di atas normal: menapak namun mengawang, terlihat tinggi namun sebetulnya mudah direngkuh. Memadukan  Britpop sampai dreampop ala Mew dengan kearifan lokal Melayu. Menciptakan citra baru tentang konsep keren dan cool. Jeremy Wallach dalam Exploring Class, Nation, and Xenocentrism in Indonesian Cassette Retail Outlets menjelaskan kemunculan band-band seperti Dewa, GIGI, Padi, Sheila On 7, juga Peterpan yang tumbuh seiring kehadiran MTV mampu menaikkan kelas musisi-musisi lokal yang sebelumnya identik dengan musik kelas bawah.

Hanya dengan sekejap single “Ada Apa Denganmu” tiba-tiba mampu disenandungkan anak-anak ingusan yang untuk kencing pun harus diantar ibunya ke peturasan. Pernah pula dalam semalam saya melihat berbagai wujud Ariel lewat penampilan pengamen di terminal Muntilan, Magelang, Secang, Ambarawa, Ungaran, hingga Banyumanik saat melakukan perjalanan bus malam Magelang-Bogor di suatu hari antara tahun 2004-2005. Ini adalah bukti sahih kalau lagu-lagu Peterpan memang mudah dimainkan dan akhirnya begitu cair untuk lebur dalam berbagai kemasan. Musica yang tidak mau kehilangan potensi sepeser pun merilis Bintang Di Surga dalam berbagai versi. Mulai dari house music sampai campursari!

Tas pinggang Ariel menjadi aksesoris fashion terbaru anak-anak baru gede sampai pria-pria paruh baya yang ingin tetap tampil gaya

Saking lenturnya sampai kemudian hari memunculkan deretan impersonator yang ingin turut kecipratan tuah, baik di atas panggung maupun setelah lampu-lampu dipadamkan. Dari dandanan, gaya penulisan lirik, sampai cara bernyanyi. Termasuk tatapan mata yang berusaha tampil sayu, namun justru lebih mirip pemadat nekat yang baru saja menghisap satu blek lem Aibon sendirian.

Dari yang berhasil masuk label rekaman arus utama seperti D’ Bagindas, The Titans, Hijau Daun, sampai Kangen Band (saya mencoba mengurutkan sesuai level kemiripan) atau yang terserak di belantara dunia maya seperti Asoka. Yang mengherankan, para epigon ini baru muncul setelah bintang Peterpan mulai habis terang. Setelah Peterpan ditinggal dua personel pada pada tahun 2006, disusul kasus video seks yang menimpa Ariel di tahun 2010.

Namun saya baru betul-betul menyadari betapa silaunya bintang Peterpan ketika teringat momen suatu siang di kisaran tahun 2004-2005. Saat duduk di kelas 3 SMA negeri di salah satu kecamatan di kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Teman sebangku yang termasuk dalam kriteria cool kids SMA (punya sepeda motor modif, mahir bermain sepak bola dan voli, juga hobi nge-band) tiba-tiba bercerita tatanan rambut barunya. Ia bercukur di salon murahan dekat kantor kecamatan alih-alih di pangkas rambut Madura seperti yang sudah-sudah. Bahkan secara khusus ia meminta kapster untuk memangkas rambutnya dengan gunting sasak. “Ben koyo Ariel! (biar seperti Ariel!, -pen),” tukasnya dengan penuh percaya diri. Saya lebih baik tak mendebatnya, agar tetap mendapat tumpangan gratis selepas bel pulang menyalak.

 


Bintang di Surga, Peterpan (2007, Musica Studio’s) . Peringkat ke 05 dalam daftar 20 Album Terbaik Label Arus Utama 2000-2020

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/
2 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Yogi Aristiawan
Yogi Aristiawan
2 years ago

Relate sekali mas 🔥

trackback

[…] pesta peluncurannya dahulu pun, Bintang di Surga melalui konser di enam kota di Jawa dan Sumatera dalam waktu 24 jam pada tanggal 18 Juli 2004, […]

Eksplor konten lain Pophariini

Banyak Bocoran tentang Festival Musik dalam Bising Kota Depok

Bising Kota Jabodetabek melanjutkan perjalanan dengan singgah di Monty’s Kitchen & Coffee, Depok hari Senin (18/03). Diskusi kali ini menghadirkan 2 narasumber yaitu Gerhana Banyubiru selaku Founder The Sounds Project dan Nikita Dompas yang …

Telah Berpulang Firza Achmar Paloh SORE

Berita duka menyelimuti musik Indonesia pagi ini. Vokalis, gitaris, sekaligus penulis lagu band SORE, Firza Achmar Paloh atau dikenal Ade Paloh meninggal dunia di usia 47 tahun hari Selasa (19/03). Informasi muncul pertama kali …