5 Hal yang Menggambarkan Nino Kayam ‘RAN’
Dalam karier solonya, Nino Kayam ‘RAN’ baru saja merilis single terbaru berjudul “Jam Rawan” kolaborasi bareng Marion Jola. Lagu menceritakan tentang waktu; bulan jadi saksi bisu, tulisnya di Instagram beberapa waktu lalu.
Tidak ada yang berubah dari kegiatan yang biasa ia lakukan kecuali hal manggung di masa pandemi. Kondisi ini membuat Nino tetap aktif meramu karya musik, baik untuk RAN, karier solonya, maupun bersama Lale dan Ilman.
Manusia tak lepas dari segala kekurangan, Nino sosok yang selalu berusaha menjadi dirinya sendiri. Hal-hal yang menggambarkan biasanya sulit diutarakan seseorang. Tidak bagi Nino, simak berikut ini:
1. Gue nggak bisa berhenti ngomong
“Karena gue itu kata nyokap gue adalah anak kecil yang bisa mulai ngomong sebelum saatnya. Jadi kayak di usia berapa bulan, gue udah bisa ngomong beberapa kata. Dulu nih, waktu gue di Condet, di rumah gue dulu, gue tuh secerewet itu. Sampai kalau misalnya gue lewat di depan rumah orang, orangnya masuk rumah. Dibilangnya radio bodol (radio rusak, red). Jadi orang-orang pada bilang, ‘Eh radio bodol, radio bodol masuk rumah’. Se-gengges itu. Tapi lama-kelamaan dalam perjalanan gue menjadi dewasa seperti sekarang secara umur ya, bukan secara sikap [tertawa]. Gue melihat bahwa kayak, ‘Oh ternyata itu cara Tuhan buat ngasih tau ‘loe harus bisa hidup dengan suara loe’. Gue siaran pakai suara, gue bikin lagu, sumbangsih terbesar gue lirik, pasti harus gue suarakan ketika memberikan contohnya, sama jadi penyanyi.“
2. Gue nggak percaya dengan kata menyerah
“Ini at least dari kacamata gue secara pribadi ya. Gue nggak percaya sama kata menyerah karena menurut gue, loe menyerah ketika loe udah nggak bisa ngelakuin itu. Tapi ketika Tuhan masih ngasih loe tenaga, mungkin loe bisa tanya juga sama Lale, sama Ilman, keseharian gue itu pun tanpa adanya Laleilmanino juga udah cukup banyak tersita waktunya. Ngurusin RAN, siaran. Belum urusan yang lain-lain. Tapi nggak tau kenapa, gue nggak suka aja gitu kalau ‘ah capek ah’, gue nggak suka kata capek. Buat gue, kalo gue bisa ngasih 1000, kenapa gue harus ngasih 100 persen.”
3. Gue nggak susah untuk bisa ketemu sama lingkungan, orang atau dunia baru
“Gue cukup open sama apapun. Supel-man. Gue senang gitu, kayak ketemu tiba-tiba. Maksudnya orang pasti mengasosiasikan RAN itu sebagai band tanda kutip kanan. Tapi gue senang ketemu sama orang-orang yang dalam pandangan orang lain tuh bertolak belakang sama hal itu. Gue suka ngobrol sama orang baru, siapapun. Jadi menurut gue, kayak gue sebagai penulis lagu banyak banget mendapatkan inspirasi tuh justru dari obrolan dan kisah-kisah sama orang lain.”
“Kayak “Dekat di Hati” tuh teman gue yang LDR- an. Terus banyak lagunya Laleilmanino tuh, cerita tentang salah satu. Si Lutfi, asisten manajer kita. Setiap gue bingung mau bikin lagu apa. Gue suruh dia cerita dong, dia cerita terus bikin lagu. Bukan pengin taking benefit dari cerita orang ya. Tapi buat gue peran orang-orang di sekitar gue itu besar banget dalam gue membuat karya. Jadi semakin banyak ada orang di sekitar gue. Semakin besar pula kemungkinan gue menciptakan karya-karya yang lain.”
4. Gue doyan makan
“Gue sehari makan bisa delapan kali. Gue nggak pernah ngabisin duit gue buat hobi. Kayak mungkin ada yang suka beli motor, beli sepatu. Buat gue apalah itu, mending jadi daging. Tapi sayangnya, gaya hidup gue makan daging itu bisa ngalahin orang beli sepatu. Soalnya kan dari kecil kan, orang tua kita juga ‘eh jangan malas loe ntar nggak bisa kerja cari makan’. Ujung-ujungnya cari makan kan.”
5. Gue minderan
“Gue itu sebenarnya menutupi minder gue dengan cara gue ngomong, salah satunya. Gue tuh sebenarnya takut banget. Bahkan ada masa-masa di mana gue ngerasa insecure banget. Sampe gue tuh nggak bisa ke tempat ramai. At least bersekat aja. Jadi kalo kata orang tuh ambivert. Kadang gue bisa menyerap energi dari orang banyak. Terkadang gue butuh diri gue sendiri aja untuk mengumpulkan energi itu kembali.”
“Jadi waktu pertama kali, kalau gue nggak kecemplungan ada di dunia hiburan bareng sama RAN mungkin gue akan jadi orang yang takut sih sama publik. Tapi karena gue udah ditonjok terus sama penonton, gue udah pernah ditimpuk pipis, gue udah pernah di- f*ck in. Gue udah pernah, ya macam-macam lah gitu. Dilirik-lirik dengan mata sinis. Itu bikin gue pelan-pelan tuh bisa bangun dari keminderan gue itu dan lebih siap menghadapi segala macam jenis orang.”
“Jadi ini berhubungan lagi kan. Gue jadi senang ketemu orang baru. Karena pada dasarnya menurut gue, semua seniman itu sensitif yah. Kayak yang modal utamanya seniman tuh rasa sama untuk bisa melahirkan karya tuh dari rasa. Gue sama sekali nggak malu dengan keminderan gue. Di saat gue minder, terus gue pasti akan membutuhkan waktu untuk diri gue sendiri, merenung. Di situ pula banyak hal-hal yang bisa tercipta dari kepala gue.”
______
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …