5 Pertanyaan OKAAY: Sukses Besar di Tahun Pertama Karier
Cepat atau lambat karya yang dihasilkan oleh musisi segera bertemu dengan pendengarnya. OKAAY termasuk duo yang beruntung sukses besar di tahun pertama karier. Bermodalkan dua buah single “Peneman Malam Sepi” dan “Lupa Nama Ingat Rasa”, disusul satu album penuh berjudul Together We Are OKAAY.
Setelah hanya melihat di pemberitaan, saya akhirnya berkesempatan menonton aksi mereka untuk pertama kalinya di We The Fest September lalu. Bukan sebagai lineup utama festival, melainkan kolaborator bagi Laleilmanino, trio produser yang terlibat dalam penggarapan enam lagu untuk albumnya.
Kemunculan Okin dan Kay di panggung We The Fest dapat dikatakan paling mendapat sambutan dari penonton LIN dengan teriakan histeris. Sebut saja keberhasilan ini memang pantas mereka terima dengan segala perjuangan sebelumnya di belakang.
Simak jawaban duo OKAAY untuk edisi 5 pertanyaan spesial KaleidosPOP 2022 sebagai berikut.
1. Setelah menjalani pertemanan sejak 2015, sekarang kalian lebih intens bertemu. Bagaimana kalian saling menjaga profesionalitas dalam bermusik?
Okin: Kadang memposisikan terlalu seperti partner kerja terlalu kaku, memposisikan terlalu teman juga tidak baik. Gue menganggap seluruh tim seperti keluarga kedua. Bagaimanapun kami berdebat, kami yakin itu yang terbaik untuk keluarga. Sampai kapanpun kami tidak akan terpisah karena kami adalah bagian dari keutuhan sebuah keluarga.
Kay: Selain keluarga kedua, jadikan wadah OKAAY ini sebagai playground dan kantor. Jadi berangkat senang, pulang pun refill vitamin E a.k.a endorphins.
2. Tahun 2022 ini menjadi awal kalian memulai segalanya dan sukses. Ceritakan perasaan kalian saat berhasil meraih semua itu!
Okin: Tentunya sangat senang di tahun pertama kami berkarier bisa disambut baik oleh pendengar musik di Indonesia. Punya album, masuk nominasi AMI & IMA awards, main di event-event besar karena apresiasi adalah hal yang penting agar kami terus semangat untuk berkarya.
Kay: Semua tentunya berkat Kun Fayakun-nya Allah SWT. Semua dari Tuhan kembali ke Tuhan. Perjalanan masih sangat panjang dan masih banyak mimpi yang harus dicapai. Senangnya sudah, puas belum. Red Hot Chili Peppers dan Iggy Pop pun masih berkarya sampai sekarang.
3. Kalian juga sukses melaksanakan tur mandiri. Bisa diceritakan kisah-kisah yang menarik selama tur?
Okin: Waktu itu betul-betul baru banget event dimulai pasca pandemi dengan SDM yang terbatas, pitching sponsor sana sini, dan hasilnya 0 yang dapat karena memang agak mepet. Tapi dengan modal nekat kami berhasil melewati 15 titik Jawa – Bali – Lombok. Perjalanan kurang lebih 2 minggu bersama teman-teman dalam 1 bus. Pait-paitnya di situ semua menjadi manis karena hal yang patut disyukuri saat itu adalah akhirnya setelah 2 tahun bisa kayak gini lagi.
Kay: Terlalu banyak kisah menarik selama tur karena selama perjalanan intense yang kita jalani, bertemu banyak orang, menyambangi berbagai kota, dan sebagainya. Paling riweuh-nya pas prepare mau manggung karena touchdown, langsung dandan prepare manggung, hapus makeup, packing, lalu lanjut pindah kota lagi. Tapi itu bukan suatu beban. Justru suatu proses yang sangat nikmat untuk dijalani.
4. Apa tips buat musisi lain yang ingin mencoba tur mandiri seperti yang kalian lakukan?
Okin: Keuntungan dari tur bukan hanya sekadar materi, baik penjualan tiket atau sponsor. Tapi bisa juga naiknya streams. Lagu “PMS” dan “Lupa Nama Ingat Rasa” jadi naik di TikTok karena hasil dari tur promosi yang kita lakukan kemarin.
Kay: Selagi masih ada tenaga dan keinginan, lakukan apapun yang kita mau termasuk tur. Kita enggak akan pernah tau hasil apa yang akan kita gapai kalau enggak pernah coba. Takdir itu bisa kita yang jemput. Mimpi merupakan sentral kita untuk menaklukkan apapun yang kita inginkan. Dibantu dengan ikhtiar. Jadi kalau pengin, ya jalani.
5. Saat ini bermusik bukan sekadar untuk mendapatkan jumlah streaming besar. Menurut kalian apa yang bisa dibanggakan menjadi musisi?
Okin: Tentu diapresiasi. Bukan hanya oleh lembaga penghargaan, namun diapresiasi oleh satu orang saja sudah menjadi suatu hal yang dibanggakan karena banyak juga musisi yang tidak memiliki jumlah streaming besar tapi memiliki community penikmat lagunya yang sangat solid.
Kay: Balik ke jawaban no. 2, masih banyak yang harus dicapai. Perjalanan masih panjang.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Alasan Superman Is Dead Enggak Bubar
Pophariini berkesempatan untuk meliput Festival 76 Indonesia Adalah Kita Solo di De Tjolomadoe, Karanganyar pada Sabtu (26/10). Acara ini dimeriahkan beberapa band punk-rock tanah air, salah satunya Superman Is Dead (SID). Kami berkesempatan menemui …
5 Kolaborasi yang Wajib Disimak di Jazz Goes to Campus 2024
Jazz Goes to Campus akan digelar hari Minggu (17/11) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Tahun 2024 merupakan pergelaran ke-47 festival tahunan ini. View this post on Instagram A post …