5 Pertanyaan Scaller: Musik Rock dan Psikologi
Scaller, duo yang digawangi oleh duo Reney Karamoy dan Stella Gareth baru saja merilis album keduanya Noises & Clarity Berselang lima tahun dari album perdananya, Senses. Meskipun jedanya terbilang tidak sebentar, namun mereka berhasil membayarnya dengan album ‘kebisingan’ dan ‘ketajaman’ sebagai bagian dari keindahan musik mereka.
Salah satu album yang menjadi favorit kami di redaksi Pophariini ini juga menegaskan pilihan duo ini pada musik rock yang sedikit progresif dan konsistensinya dengan format duo. Simak obrolan Pophariini melalui lima pertanyaan singkat untuk pasangan yang baru merilis Noises & Clarity ini.
Selamat atas album keduanya. Kenapa masih setia dengan musik rock? Ada hubungannya dengan energi yang berlebih atau dengan hobi olahraga kalian?
Thank you! Sebenarnya untuk energi rock sendiri adalah output yang natural keluar dari kami. Di Scaller sendiri kami lebih fokus untuk bereksplorasi dan mengartikulasikan suara yang ada di kepala kami tanpa harus terbatas pada genre. Kalaupun ekspresi rock yang terpancar mungkin memang begitu adanya kami. Untuk hubungannya dengan olahraga yang kami geluti, kami tidak tahu. Tapi musik dan olahraga adalah cara kami berekspresi dan belajar mengenai hidup.
Apa hal-hal menarik yang baru dipelajari di album kedua ini?
Hal-hal menarik yang dipelajari dari album kedua ini adalah menguasai diri tapi tetap liar dalam berimajinasi. Dimana kami harus mempreservasi apa yang sudah cukup baik tanpa harus menambahkan banyak elemen paska produksi yang dapat mendegradasi charm dari sebuah lagu tersebut.
Di dalam album ini kami juga memutuskan untuk tidak mengedit apapun dari hasil rekaman. Jadi apa yang direkam saat itu harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi sound dan performance. Kami juga belajar membuat keputusan yang cepat, dimana itupun bisa terjadi karena sudah ada tahap pra-produksi sebelum masuk ke rekaman.
Itu bicara soal produksi, untuk proses kreatif kami berusaha sebebas mungkin berkespresi dan tidak meninggalkan studio sampai lagu selesai. Dari situ apa yang rasanya sudah baik, kami jaga.
Gimana proses sign dengan label luar negeri, dan kenapa tertarik bergabung dengan mereka. Ada keuntungan apa saja?
Proses sign dengan Golden Robots dan Archangel sebenarnya cukup menarik. Setelah kami selesai mengerjakan album, pihak mereka tiba-tiba menghubungi dan tertarik untuk menjadi bagian dari perilisan album baru kami.
Menurut kami tawaran dari mereka menarik karena lingkup pekerjaan yang tidak bisa kami handle secara worldwide, dibantu oleh mereka. Untuk master license juga masih milik kami. Hal-hal krusial yang harus kami jaga juga bisa dihormati oleh pihak label.
Gimana Scaller memandang fans kalian sejauh ini, dengan musik yang bisa dibilang niche apakah ada problem dalam memasarkan karya kalian?
Kami beruntung memiliki fans yang selalu mau memberikan waktu dan telinga mereka untuk berpetualang di dalam lagu kami. Menurut kami memiliki market yang niche sudah tepat. Karena pada dasarnya kami sadar tidak bisa membahagiakan semua telinga pendengar di dunia ini.
Sebagai full time musician gimana strategi Scaller untuk hidup dari musik sepenuhnya?
Hidup dari musik sepenuhnya adalah mimpi yang sedang kita jalani selama ini. Sebenarnya dalam musik dan band itu sendiri, jenis source of income banyak ragamnya. Bisa dari live gigs, royalties, merchandising, sinkronisasi. Yang perlu dijaga adalah authenticity-nya sehingga tidak perlu membandingkan dengan orang lain dan bermain di ladang sendiri.
Apa keuntungan dan kekurangan menjadi duo di musik Indonesia?
Keuntungannya adalah memiliki kepala yang tidak begitu banyak sehingga keputusan dapat dibuat lebih cepat dan tidak berbelit-belit. Kalau kekurangannya, mungkin terkadang kami merasa butuh pandangan lain yang berlawanan untuk men-challenge ide2 kami berdua sehingga bisa lebih matang lagi. Tapi selama ini kami jauh lebih marasakan keuntungannya 🙂
Di lagu “Chaos and Order” Stella bernyanyi, “I’m chaos in your order..” apakah itu curhatan rumah tangga atau hal yang lain?
‘Chaos and Order’ adalah lagu dimana kita menyadari bahwa kekacauan dan keteraturan hidup berdampingan dalam diri kita. Tidak ada keteraturan tanpa kekacauan. Banyak lagu kami mengkritisi diri sendiri. Jadi saat lirik ‘I’m a chaos in your order’ adalah Monolog orang pertama ke diri sendiri. Dimana dia menyadari dan mengakui bahwa dirinya adalah kekacauan di tengah keteraturan hidup yang ia bangun sendiri. Ini adalah proses integrasi diri yang dikenal dengan term ‘Individuation’ yang dipopulerkan oleh Bapak Psikologi Carl Gustav Jung.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Bising Kota Kuliner Jogja: Petualangan Selera, Lanjut Gosipin Skena Bersama Indra Menus
Rekomendasi kuliner di Jogja ditemani penjelajah kuliner yakni Martinus Indra Hermawan atau yang sering dikenal dengan nama panggilan Indra Menus
Setelah 2 Tahun, Dere Akhirnya Rilis Single Baru Berjudul Biru
Selang dua tahun dari kelahiran album penuh perdana Rubik, Dere akhirnya kembali menghasilkan karya terbaru dalam tajuk “Biru” yang dilepas hari Kamis (31/10). Single “Biru” menggambarkan pertemuan antara cinta dan ragu dengan …