6 Lagu Dangdut Klasik Pilihan Pop Hari Ini

Feb 23, 2021

Sebelum Via Vallen, Didi Kempot, Feel Koplo dan Prontaxan yang memeriahkan lanskap musik masa kini Indonesia dengan musik dangdut eklektiknya kita harus ingat lima dekade ke belakang musik dangdut sempat mengalami jalan berliku yang penuh jatuh bangun dalam musik Indonesia.

Dari musik India di film Bollywood, disuntikan dengan pengaruh irama gambus, diterima rakyat luas, hingga dicap musik kampung, lalu berujung perseteruan antara rock dan dangdut di 70an, di 80an bertranformasi menjadi lagu berlirik ultra-pilu, di 90an menjadi erotis dan bertaburan goyangan fenomenal, lalu naik kelas menjadi musik pembuka Asean Games 2018.

Dari semua kisahnya yang berliku ini musik dangdut menjadi satu-satunya musik populer yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Atau seperti yang Project Pop bilang, “dangdut is the music of my country” Hingga kini banyak musisi yang bukan dangdut pun merasa perlu menyelipkan musik bernuansa dangdut dalam karya mereka.

Ini panduan untuk bisa sedikit mengerti tentang dangdut klasik di era 60an-90an. Pada masanya, begitu populernya lagu-lagu ini hinga lazim terdengar dengan volume keras di bis atau angkutan kota, di gang-gang padat penduduk, hingga di berbagai acara perkompleksan.

Mengingat luasnya lanskap musik dangdut, mustahil menyertakan semua lagu-lagu dangdut ke dalam daftar ini. Tapi sementara ini bisa disimak dulu sebagai pembuka. Silahkan disimak enam lagu dangdut klasik pilihan Popharini berikut ini:

 

Boneka Dari India – Ellya Khadam (1960an)

Salah satu pemantik genre musik dangdut dari era 50an. Menjadi penting karena menjadi bagian dari sejarah dangdut yang dipengaruhi oleh musik India yang masuk ke Indonesia melalui film Bollywood pada eranya. Lagu ini kemudian menjadi cetak biru lagu dangdut ke depannya. Meskipun kemudian disempurnakan oleh Rhoma Irama dengan lengkingan gitar elektriknya. Karier Ellya Khadam dimulai sebagai penyanyi dalam Orkes Melayu Kelana Ria pimpinan Adi Karso dan Munif Basuan. Orkes inilah yang melahirkan beberapa penulis lagu Melayu populer pada tahun 1960an yang kemudian berkembang menjadi tonggak awal musik dangdut kelak. Ellya Khadam sendiri sebagai penyanyi dan penulis lagu ini kemudian banyak merilis album dan juga bermain film layar lebar.

 

 

A. Rafiq – Pandangan Pertama (1970an)

Salah satu legenda yang turut membesarkan musik dangdut di era keemasannya. Ahmad Arafiq yang gemar bergaya Elvis Presley dijuluki Elvis Dangdut-nya Indonesia di 70an. Dengan hits pertamanya “Pandangan Pertama” yang juga merupakan lagu dari filmnya yang berjudul sama,. Lagu pertama milik penyanyi sekaligus aktor ini langsung meledak menjadi hits di tahun 1978. Dan menjadikan lagu ini salah satu lagu terpenting dalam lanskap musik dangdut klasik. Legacy lagu ini bisa dilihat ketika Slank membawakan ulang lagu “Pandangan Pertama” ini bersama aktris Nirina Zubir sebagai musik untuk film Get Married, 2

 

Evie Tamala – Dokter Cinta (1980an)

 

Jauh sebelum Flowers menggebrak di akhir 90an dengan “(Tolong) Bu Dokter”, di akhir 80an, penyanyi dangdut belia pada masanya Evie Tamala telah berdendang tentang dokter cinta yang bisa menyembuhkan perasaan patah hati. Dengan gitar elektrik dan synthesizer yang menyengat di antara kendang dangdut dan liukan suling bambu dan cengkok dangdut dan lagu yang dinyanyikan sambil berdesah seksi membuat lagu minta tolong karena patah hati ini terdengar begitu meriah!

 

Termiskin Di Dunia – Hamdan ATT (1980an)

Dari tahun 1980an, Hamdan ATT adalah salah satu penyanyi dangdut asal Maluku yang melejit karena lagu “Termiskin Di Dunia” yang mengeksploitasi kemiskinan yang kemudian menjadi benang merah kebanyakan lagu dangdut pada saat itu. Ditulis oleh Endang Raes. Dengan melodi vokal syahdu, lirik merana dan musik yang membuat badan bergoyang terasa menjadi kekuatan untuk semangat dengan kemiskinan. Urusan lirik nelangsa ini juga yang membuat lagu ini menjadi terkenal. Simak saja liriknya di bawah ini. Beda agama dalam hubungan cinta sih, ngga ada apa-apanya dibandingkan lirik ini.

“Bukan ku menolakmu untuk mencintai ku/ tetapi lihat dulu siapa diriku / Karena engkau dan aku sungguh jauh berbeda / kau orang kaya aku orang tak punya // Sebelum terlanjur pikir-pikirlah dulu / Sebelum engkau menyesal kemudian”

 

Kudaku Lari – Emillia Contessa (1970an)

 

Dari penyayi yang pernah dijuluki Singa Panggung Asia oleh penikmat musik skala ASEAN. Menjadikannya sedikit dari penyanyi Indonesia yang telah mengharumkan nama Indonesia di area Asia sejak 70an. Nur Indah Cintra Sukma Munsyi atau lebih dikenali sebagai Emilia Contessa (lahir 23 September 1957) merupakan seorang penyanyi dan aktris yang aktif dari era 60an hingga 90an. Di era 70an ia merilis album Pop Melayu Vol.2 yang memuat lagu “Kudaku Lari” yang bahkan pada saat itu belum dilabeli genre musik dangdut. Karena nama dangdut dipopulerkan oleh sang raja dangdut Rhoma Irama.

 

 

Begadang – Rhoma Irama/Soneta – Oma Irama (1973)

Lagu sang raja dangdut, Bang Rhoma Irama. Kemahirannya dalam merangkai lirik adalahnya salah satu yang membuat dirinya dijuluki sang raja. Banyak lagunya yang tetap bisa relevan hingga saat ini. Termasuk tema yang satu ini di tengah kita mengalami badai informasi era internet. Begadang di depan laptop, begadang terpaku di depan layar ponsel pintar. Diambil dari album perdana milik grup Soneta, O. M. Soneta vol. 1 (1973). Yang merupakan album dangdut pimpinan Oma Irama sebelum berganti nama menjadi Rhoma Irama. Selain Begadang, beberapa contoh lainnya yang temanya tidak lekang oleh jaman adalah Judi, Mirasantika dan Bujangan. Tidak berlebihan bila menyebut Rhoma Irama sebagai salah satu penulis lirik sosial terbaik Indonesia

 

Penulis
Fari Etona
Pendenger musik pop dan rock, serta pecinta binatang dan pemakan buah-buahan.

Eksplor konten lain Pophariini

Bank Teruskan Perjalanan dengan Single Fana

Setelah tampil perdana di Joyland Bali beberapa waktu lalu, Bank resmi mengumumkan perilisan single perdana dalam tajuk “Fana” yang dijadwalkan beredar hari Jumat (29/03).   View this post on Instagram   A post shared …

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …