5 Band Indonesia Tanpa Bassist
Umumnya, band konvensional terdiri dari format klasik: dua gitaris, satu bassist , satu drummer dan satu vokalis yang juga kadang merangkap gitar rhythm. Format ini sudah dilakoni oleh banyak band legendaris dunia, dari The Beatles, Rolling Stones sampai di Indonesia dari Koes Plus atau Panbers dan masih banyak lagi.
Perkembangan tren musik yang dinamis menyebabkan banyak modifikasi teknis, salah satunya adalah format line up personil. Kita lihat band seperti Green Day atau Nirvana dengan 3 format (bass, gitar merangkap vokal, drum) sebagai penerus dari band-band enampuluhan yang ada seperti The Jimi Hendrix Experience dan Cream.
Perkembangan musik di Indonesia juga menemukan kondisi yang menarik. Di era 70-an, kita mengenal Guruh Gypsy, band rock progresif dengan format yang super kompleks: vokal, drum, bass, synthesizer, piano/organ, gitar dan gamelan. Kemudian ada band seperti The Rollies dengan format ‘brass-band’ ramai yang terdiri dari keyboard, saksofon, trombon, gitar, drum, bass dan trumpet.
Jika kita lihat pola-pola formasi band konvensional, peran bass sebagai instrumen sangat penting. Hampir semua dari band Indonesia dalam semua dasawarsa hadir dengan bass sebagai elemen dasar dari keutuhan sebuah band, seperti layaknya gitar.
Meski demikian, ternyata ada juga band yang punya pandangan berbeda soal instrumen yang satu ini. Meski mereka menganggap penting frekuensi suara bass, namun beberapa band hadir meniadakan unsur bass secara fisik sebagai sebuah instrumen.
Pophariini merangkum beberapa band yang muncul tanpa menghadirkan bass secara fisik sebagai sebuah instrumen ke dalam lini musiknya.
Scaller
Scaller adalah duo yang digawangi oleh Stella Gareth (synthesizer) dan Reney Karamoy (gitar) yang eksis membawakan lagu-lagu alternatif rock dengan pendekatan eksperimental. Untuk live, mereka biasanya tampil dengan menambah drum sebagai unsur ritmis. Frekuensi bass dimainkan Stella hanya lewat synthesizer. Somehow, ini menjadikan kekuatan dan keunikan mereka di atas panggung.
Hursa
Pendekatan progresif juga dilakukan oleh band yang digawangi Gala (vokal, kibor), Pandji (gitar), Goldy (drum), dan Irvan (synthesizer). Untuk jenis musik kompleks yang mereka mainkan, mereka meyakini bahwa bass dalam bentuk fisik tak berpengaruh secara besar sehingga kehadirannya bisa digantikan oleh frekuensi rendah di synthesizer.
Batavia Collective
Batavia Collective. Band yang digawangi Elza Zulham pada drum, Doni Joesran di keyboard, serta Kenny Gabriel memainkan bass synth dikenal sebagai grup yang memadukan ragam genre – terutama jazz dan pengaruh musik house, hip hop, soul – ke dalam sebuah aransemen musik yang intensif. Jika disimak baik-baik saja, sebetulnya peran bass secara fisik bisa dengan mudah dipakai dalam setiap komposisi mereka, namun entah mengapa frekuensi bass synthesizer justru terdengar lebih menarik ketika dileburkan bersama instrumen lain.
Normatif
Musik rock dengan tidak memakai instrumen bass sebagai pendukungnya sepertinya adalah mustahil. Namun nyatanya anggapan ini dipatahkan oleh duo yang hanya beranggotakan Adri (gitar) dan Ical (vokal) saja. Mereka mungkin bisa saja menambahkan pemaian bass ke dalam jajaran musisi additional selain dari backing vocal dan drum, namun mereka justru memilih menambahkan synthesizer yang juga mengatur sampling music ke dalam format live mereka.
Duo yang digawangi oleh Anda Perdana (gitar) dan Reza Achman (drum) melengkapi daftar band yang tak memasukkan instrumen bass secara fisik ke dalam lini musik mereka. Jujur, saya sendiri awalnya bertanya-tanya darimana asal frekuensi bass yang terdengar dalam setiap penampilan live mereka. Namun, jawabannya ada kepada pedalboard yang dikendalikan Anda lewat gitar akustiknya. Kelihaiannya dalam mengendalikan setiap frekuensi gitarnya, kemudian mensikronisasikan dengan timing beryanyi dan kekompakannya dengan beat drum menjadikan band ini terdengar kompleks.
___
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …