8 Lagu Indonesia Pilihan The Jansen
Bulan November 2022 akan terus diingat oleh seluruh personel The Jansen sebagai bulan yang spesial. Bagaimana tidak? Di sepanjang bulan tersebut, kuartet yang beranggotakan Cintarama ‘Tata’ Bani Satria (vokal, gitar), Adji Pamungkas (bas), Aduy (drum), dan Nina Karina (gitar, vokal latar) ini baru saja menjajal rangkaian tur bertajuk Banalwisata yang melewati beberapa titik di rentang waktu tersebut.
Rangkaian tur tersebut, dimaksudkan sebagai sebuah perkenalan lebih lanjut atas hadirnya album ketiga mereka, Banal Semakin Binal di bulan April silam. Beberapa titik yang mereka kunjungi di tur Banalwisata lalu adalah Yogyakarta, Solo, Semarang, Ambarawa, Magelang, Surabaya, dua panggung di Bali, serta menutup perjalanan di Lombok.
Praktis, rentang waktu tersebut mereka habiskan di perjalanan, jauh dari rumah serta lusinan cerita yang menumpuk di memori masing-masing. Mengenai Banalwisata, Tata menyampaikan bahwa banyak sekali yang The Jansen lalui sebagai sebuah unit musik.
“Melakukan perjalanan berkoloni dalam waktu yang tidak singkat merupakan hal yang baru pertama kali dirasakan. Dan hal tersebut telah menciptakan situasi-situasi absurd bermunculan di luar dugaan. Ada corak komedi yang disuguhkan di tengah lelahnya perjalanan, di sela-sela keheningan. Ada coretan kecewa yang nantinya bisa dibanjur kelegaan rasa bangga. Di mana ada kalanya merasa ramai dan esoknya tiba-tiba merasa sepi. Hal yang wajar ketika meminta waktu untuk menyendiri. Dengan temperatur yang tidak menentu, melapangkan dada rasakan gersang, lembab, dan dinginnya udara. Ingat betul seperti tanda kedatangan rombongan hujan selalu tiba dengan senyum hangat menyapa, dan ketika rombongan pergi hujan melambaikan tangan dengan sambil menahan air mata”, tuturnya.
Lanjutnya, ia juga bertutur bahwa perjalanan panjang tersebut merupakan satu pengalaman yang tak akan pernah dilupakan.
“Gotong royong dan sifat manja. Ada yang gagah dan ada pula harus istirahat karena sakit memeluk raga. Memandang wajah yang sama di waktu yang cukup lama adalah sebuah pengalaman keren yang sulit dilupa. Kamu bisa merasakan hal aneh di dada seperti hampa ketika berpelukan seraya berkata ‘kita jumpa lagi ya!’”, lanjut Tata.
Dari titik-titik yang mereka hampiri, tentu masing-masing personel punya cerita spesialnya masing-masing. Bagi Adji, panggung The Jansen di Yogyakarta, Ambarawa dan Bali menjadi favoritnya.
“Semua titik memiliki kesan masing-masing. Jika harus memilih tiga, Yogyakarta sebagai titik pertama tur yang langsung disambut dengan geloranya, soraknya seperti dalam tribun stadion. Ambarawa dengan sekelilingnya sawah, bermain dengan alat sederhana, drum mixer dan speaker PA di dalam gudang padi yang penuh sesak, semua bernyanyi dengan lantang. Bali dengan nuansa Hate5six, semua naik stage lalu crowdsurfing ke arah moshpit dari awal sampai akhir set list”, tutur Adji.
Cerita tak berhenti di situ saja, karena tur Banalwisata juga menjadi momen bagi The Jansen untuk ‘berubah’ format dari trio menjadi kuartet. Mereka memperkenalkan Nina Karina sebagai personel terbaru yang didapuk untuk mengisi departemen gitar dan vokal latar menemani Tata.
Selain itu, titik di Lombok merupakan kali perdana “Planetarium” dibawakan secara langsung bersama kolaboratornya, Mirakei. Single tersebut sejatinya hadir dalam format cakram padat dari sang album yang The Jansen lepas beberapa waktu lalu, hingga akhirnya disusul dengan kehadiran dalam format digital di bulan November.
Selagi menunggu cerita lainnya dari The Jansen, simak dulu delapan lagu Indonesia pilihan mereka di bawah ini.
Pilihan Adji
Rrag – Violet
Karena lirik berbahasa Indonesia dengan nuansa romansa pop yang terdengar manis.
Christine Panjaitan – Katakan Sejujurnya
Salah satu lagu tembang kenangan favorit yang menggambarkan romansa pada zaman itu.
Pilihan Tata
Irama Ombak Duren – Hore Hore Ho
Lagu bandel, influence dalam penulisan lirik.
Koes Plus – Kelelawar
Lagu yang sering dinyanyikan Ibu untuk saya.
Pilihan Aduy
Tur Banalwisata menimbulkan banyak kesan bagi Aduy, drummer The Jansen. Selama perjalanannya, ia sering memutar dua lagu dari Amerta dan Masakre.
“Lagu yang menemani saat tur Banalwisata”, tutur Aduy.
Amerta – Dagga
Masakre – Abolished Realms
Pilihan Nina
Sempat kebingungan ketika ditanya mengenai dua lagu Indonesia pilihannya, akhirnya Nina menjatuhkan pilihan kepada lagu milik Mooner dan Elephant Kind berikut.
“Kedua lagu itu mewah saja sih buat Nina”, ujar Nina singkat.
Mooner – Umara
Elephant Kind – Montage
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual formula kisah patah hati kasihan dan rasa …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …