Konser Scaller Noises & Clarity Tinggalkan Kesan Haru
Berselang setahun setelah rilisnya album Noises & Clarity, akhirnya Scaller resmi merayakan kelahiran sang sophomore dengan sebuah showcase yang diadakan di M Bloc Live House, Jakarta Selatan.
Menuju lokasi di atas ojek online, saya mencoba mengingat kapan pertama kali menyaksikan Scaller. Ingatan membawa saya ke 2016, tepatnya di sebuah acara bertajuk Ampera Ria Safari yang digelar oleh majalah Rolling Stone Indonesia.
Saat itu aksi mereka meninggalkan kesan yang cukup dalam, semua berkat tidak umumnya musik yang Scaller bawa di rentang tahun tersebut dan aksi panggung yang memukau di sore hari. Setelahnya, tidak ada panggung-panggung dari duo ini yang meninggalkan kesan lain untuk saya.
Sesampainya di M Bloc, saya bertemu dengan Ferdinand, pemuda yang rela mengendarai motornya bersama seorang kawan dari Bogor ke M Bloc untuk menyaksikan Scaller. Ia menyampaikan, belum pernah sama sekali menyaksikan Scaller.
“Kebetulan belum pernah nonton Scaller sebelumnya, tapi sudah dengerin dari lama. Malam ini di Noises & Clarity Concert jadi pengalaman pertama nonton, jadi pengen punya pengalaman pertama yang berkesan dengan Scaller,” tutur Ferdinand.
__
Pukul 19.30 WIB, panggung dibuka oleh Logic Lost dengan set elektronik yang bising, seakan sebuah sinyal ajakan mengundang penonton yang masih di luar untuk segera masuk. Selesai dari set mereka, giliran Scaller langsung membabat panggung dengan tiga lagu tanpa jeda di pukul 20.45 WIB.
Tidak hanya ganas berdua, Stella dan Reney ditemani oleh Bagas Sigit Nugroho (gitar) dan Usman Pranoto (drum). Tidak banyak kata-kata yang keluar dari mulut Stella dan Reney, selain rangkaian lirik-lirik yang diiringi oleh kencangnya musik mereka.
“Selamat malam semuanya, ini our first guest star, our favorite pianist, please welcome Sri Hanuraga” menjadi kalimat pertama yang terucap oleh Stella, beberapa saat sebelum sang duo membawa Sri Hanuraga sebagai kolaborator pertama ke atas panggung.
Sri Hanuraga sendiri unjuk gigi di dua nomor, yakni “Born and Die” serta “Music All We Have” yang masing-masing terdapat di album terbaru Scaller.
“Mulai panas ya? Are you guys having fun? [tertawa]. Masih lama guys, santai saja,” ujar Reney setelahnya.
Sri Hanuraga selesai, pertunjukan sempat melewati break. Untuk mempertahankan euforia, mereka menayangkan video yang berisi kumpulan footage Scaller saat berlatih untuk malam tersebut.
Charita Utami yang menjadi kolaborator selanjutnya dipercaya untuk mengisi vokal di “Chaos and Order”. Sementara momen paling haru yang terjadi di pertunjukan, saat Scaller memperkenalkan Dhani Siahaan.
Sedikit kilas balik, Dhani adalah drummer yang menemani panggung-panggung Scaller di tahun-tahun awal karier mereka.
“Ada secret guest star malam ini, wajah tidak asing. Kalian yang menonton set kami di tahun 2016 – 2017 pasti familiar,” ujar Stella saat memperkenalkan Dhani.
Tidak butuh waktu lama bagi Dhani untuk menghantam drum lagu “Flair”. Sebuah nostalgia singkat yang ternyata menjadi tepat guna sebagai sajian di pertunjukan. Sama seperti sebelumnya Sri Hanuraga dan selanjutnya John Paul Patton yang hadir sebagai kolaborator di lagu “Inside My Head” dan “Concrete & Plastic”, sebelum akhirnya pertunjukan ditutup dengan “The Youth” oleh Scaller.
__
Selesai pertunjukan, saya bertemu kembali dengan Ferdinand. Baginya, pertunjukan barusan meninggalkan kesan yang menyenangkan.
“Rasanya cukup happy, karena ada beberapa kolaborator juga yang buat gue pribadi lumayan membekas, di antaranya Charita Utami dan Dhani. Tadinya berharap bawain set yang lebih panjang sih [tertawa], but it’s okay, still love your energy guys!”, ujar Ferdinand.
Mirip-mirip dengan Ferdinand, penonton bernama Rico juga mengamini suksesnya kehadiran Dhani sebagai kolaborator kejutan.
“Secara pertunjukan, Scaller sudah pasti berhasil membakar suasana publik untuk menikmati nada mereka yang progresif. Yang paling menarik itu ketika Sri Hanuraga dan Charita Utami sebagai penampil kolaborator mereka, dan secret guest-nya Dhani (Siahaan) sebagai drummer Scaller di era-era 2016 menarik banget,” terang Rico.
Namun, ia juga menambahkan, dari segi artistik pertunjukan ini masih menyisakan banyak ruang yang harusnya bisa lebih diimprovisasi.
“Kalau gue yang pakai kacamata pertunjukan, masih banyak banget aspek artistik baik itu dari motion, penampil teatrikal, bahkan artistik panggung masih bisa banget,” tutupnya.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …