Album yang Mengubah Hidup: Fadli ‘Awan’ Fikriawan (.Feast)
.Feast tengah siap-siap meluncurkan mini album berjudul Uang Muka dengan single utama “Komodifikasi” yang sudah beredar akhir Agustus 2020. Sang bassist Fadli Fikriawan alias Awan mengatakan album yang kali ini berbeda.
“Kalo biasanya satu lagu dirembukin rame rame, ini draft lagunya kita bikin sendiri sendiri. Masing-masing orang jadi produser juga untuk lagunya dia. Jadi, ada lima lagu yang diproduserin masing-masing personil,” kata Awan.
Awan mendapat giliran, ia membuat lagu yang diberi nama “Cicilan 12 Bulan (Iklan)”. Lagu ini kurang lebih dibuat berdasarkan pengalaman pribadinya tentang mengoleksi barang.
“Gue pusing memenuhi hasrat kebendaan gue. Dikit dikit jajan HAHAH.”
Sebelum mendengarkan rilisan terbaru .Feast, Pop Hari Ini penasaran soal cerita satu album yang mengubah hidup seorang Awan. Awan membeberkan cerita ini dilengkapi kisah pertemuannya dengan sang idola.
Sebenarnya, ada dua album yang mengubah hidup yang dipilih Awan. Satu lagi milik The SIGIT, Visible Idea of Perfection. Awan mengaku ini pilihan yang sulit karena dua album tersebut membuat ia pengin jadi anak band, membentuk pola permainan bas dan penulisan lagu.
“Kalo disuruh pilih salah satu sulit juga hahaha. Tapi mungkin karena gue tau The Brandals duluan, gue pilih The Brandals – The Brandals deh sebagai album yang mengubah hidup gue.”
Awan pertama kali mendengarkan album The Brandals saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Era mengenal tontonan MTV dan majalah musik Hai. Momen di mana ia juga baru pertama kali belajar main gitar.
“Suatu hari gue nonton TV diputarlah Lingkar Labirin dengan video klip yang buat gue waktu itu catchy banget. Ditambah sound gitar yang menggugah buat gue. Nempel lah itu lagu sampe akhirnya gue maksa nyokap gue nemenin ke distro daerah Jl. Bumi sampe Lamandau buat nyari kaset sama merchandisenya The Brandals.”
Album The Brandals mengubah pandangan Awan, yang selama ini dijejali musik ala The Beatles oleh Ibunya. Hingga terucaplah dalam hati ‘wah anjir musik bisa gini ya’.
“Setelah dengerin album itu gue jadi mulai ngedalemin rock n roll sama garage rock sampe dititik gue bilang ke guru gitar klasik gue ‘Mas, saya bosen main klasik saya mau main rock n roll hahaha’. Ya itu semua gara-gara album The Brandals – The Brandals sih.”
Dari sebelas nomor di album, Awan memilih “Lingkar Labirin” yang terfavorit. Lagu juga masih ia dengarkan sampai sekarang dan terbayang energinya.
“Raw tapi seksi. Liriknya juga ternyata canggih banget, dulu pas SD gue mana paham artinya, pas udah gede gue baca liriknya. Buset mantep banget Eka Annash hahaha. Idola gue sih dia dari dulu. Saking ngefansnya gue sampe pengen masuk agensi periklanan karena doi dulu kalo diinterview selalu bilang punya kerjaan di agensi hahaha.”
“saya bosen main klasik saya mau main rock n roll, Ya itu semua gara-gara album The Brandals”
Bertahun-tahun album The Brandals dijagokan, akhirnya Awan benar-benar berada di satu lingkungan yaitu musik. Ia masih ingat kapan pertama kali ngobrol panjang sama Eka Annash, akhir 2018 di Sentral Senayan.
“Gue posisinya jadi copywriter di Ogilvy, dia itu Creative Director di Geometry. Kantornya satu grup di bawah WPP. Cuma dia selalu ditaro di kantor klien jadi ga pernah ketemu sampe suatu hari ketemu di lobby bawah Sentral Senayan dan ngobrol lumayan panjang hahaha. Itu di hari dia mau pindah kantor dan gue posisinya juga udah mau resign hahaha. Lucunya orang-orang lama Ogilvy, pas gue bilang gue resign karena mau fokus ngeband selalu bilang ‘Lo tau Eka The Brandals kan? Nah sama nih dia dulu juga ceritanya kayak lo gini, pas bandnya lagi aktif-aktifnya dia resign dulu dari Ogilvy’.”
Awan selalu dapat energi begitu nonton The Brandals secara langsung. Walau ia menganggap The Brandals sudah tidak seugal-ugalan dulu. “Tapi tetep aja idola sih buat gue. Sempet kolaborasi juga di satu acara, itu gue pertama kali latihan degdegan parah hahahaha,” kenang Awan.
Kepergian Rully Annash meninggalkan kesedihan pula bagi Fadli ‘Awan’ Fikriawan. Ia tak memilih mana yang lebih baik di posisi drum The Brandals dan menganggumi Firman.
“Sedih banget gue itu pas doi ga ada. Nah untungnya ketemu Firman sih, doi gila juga main drumnya. Gue juga ngefans sama Teenage Deathstar soalnya hahaha. Energinya The Brandals ga ilang menurut gue setelah sama Firman pun, tapi legacy- nya Alm. Rully ga akan pernah ilang sih buat gue.”
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …