Bumi Jangan Marah: Memahami Bencana Lewat Musik
Album ini diproduksi sebanyak 5 ribu keping. Selain dibagikan sebagai bonus majalah Hai, album ini juga dibagikan ke sekolah-sekolah di daerah rawan gempa dan tsunami sebagai bagian program kesiapsiagaan bencana. Mulai dari Aceh, Padang, Bengkulu, Pangandaran, Cilacap, Yogyakarta, Bali, Maumere, sampai Biak.
Sayangnya, proyek ini kemudian berhenti begitu saja seperti kisah klasik program-program pemerintah yang aspek keberlanjutannya seringkali masih jadi pekerjaan rumah. Beberapa musisi kemudian bergerak sendiri, seperti Navicula.
The Green Grunge Gentlemen dari Bali ini dikenal konsisten dalam isu-isu seputar lingkungan dan kebencanaan. Baik lewat musik maupun dalam kegiatan-kegiatan sosial. Saat band-band lain menikmati tur lewat kursi empuk bus berpendingin udara, mereka membelah rimba Borneo dalam perjalanan jarak dua ribu kilometer mengendarai sepeda motor trail. Tur ini mendapat pendanaan lewat mekanisme pengumpulan dana di kickstarter.com dan patungan.net. Upaya penggalangan dukungan publik itu menghasilkan sekitar 3500 dolar AS untuk membiayai tur. Dari perjalanan 12 hari itu tercipta album kompilasi Kami No Mori. Kompilasi ini berisi 12 track bertema lingkungan yang disarikan dari 6 album Navicula dan beberapa materi baru.
Ditarik lebih jauh ke belakang, bencana alam menjadi pemantik karya bagi beberapa musisi. Selain Ebiet G. Ade yang lagunya “Berita Kepada Kawan” atau “Untuk Kita Renungkan” jadi semacam soundtrack wajib stasiun televisi untuk pengiring bencana, ada beberapa lagu yang tercipta dari kepekaan musisi dalam melihat bencana.
Saat Galunggung meletus tahun 1982, Iwan Fals menulis “Tolong Dengar Tuhan” yang liriknya sedikit jenaka jika dibandingkan dengan tipikal lagu-lagu bertema bencana alam lainnya yang cenderung murung.
Oh Tuhan
Katanya engkau maha bijaksana
Tolong Galunggung pindahkan ke kota
Dimana tempat segala macam dosa
Sebelumnya Bang Iwan juga punya lagu “Bencana Alam”. Lagu ini masuk kedalam album ‘Perjalanan’ yang rilis pada 1979.
Letusan dahsyat Gunung Agung di Bali tahun 1963 yang menewaskan 608 menjadi inspirasi komponis perempuan senior Trisutji Djuliati Kamal untuk menciptakan komposisi musik balet dalam double album berformat kaset, Gunung Agung Meletus.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …