Coldiac, kuartet asal Malang ini kembali dengan album ketiganya, Lemons Made Lemonade. Diambil dari pepatah penyemangat, “When life gives you lemons, make lemonade” album ini tidak hanya berhasil membangkitkan rasa positif dan semangat, namun juga menghadirkan musik pop-cerdas yang jitu.

Semenjak album perdana, Heartbreaker (2016), album kedua, O (2018), disambung dengan album mini No Make Up (2020), berbagai singles, dan single viral “Beautiful Day” (2019) yang hingga kini menjadi lagu dengan jumlah stream tertinggi, Coldiac membuktikan kalau mereka tidak hanya teridiri dari musisi dengan musikalitas tinggi, tapi juga piawai menulis lagu-lagu pop yang jitu. 

Album ketiga yang berisi 14 lagu dengan dua buah lagu instrumental ini dibuka dengan intro musik orkestra instrumental, “Pictures”. Lalu berturut-turut, “Hello To Goodbye” dan “I’m Breathless” menggasak telinga dengan nyaman. Ramuan pop Coldiac yang menjadi benang merah keseluruhan album ini langsung menyapa. Terutama kekuatan dari duo vokalis sekaligus gitaris Mahatamtama dan Sambhada yang bisa bernyanyi bergantian dengan sangat baik bahkan di nada-nada tinggi. 

Lagu berlirik Indonesia “Cari”, yang punya hook kuat dan reffrain catchy membuktikan kepiawaian Coldiac meramu lagu berlirik Indonesia yang bagus. Hook kuat dan reffrain catchy ini kembail terulang dengan baik dalam lagu Indonesia lainnya,  “Mendekat Menjauh” yang lebih bernuansa Indonesiana. Pengaruh musik Indonesia lama dan nuansa Indonesiana dari kuartet Sore dominan terasa. Untuk katalog Coldiac warna ini adalah hal yang sangat menarik.

Kalau bicara warna khas Coldiac kita harus memberi sorotan pada lagu “I Don’t Mind”. Lagu pop dengan aransemen dan musikalitas yang tidak main-main. Musik funk bertempo medium, berteknik tinggi tapi teramat catchy. Favorit saya hadir lagi di lagu “Forever”  yang bernuansa Jamaika dan nge-pop. Formula lagu Jamaika ini sebenarnya juga pernah hadir di album sebelumnya dalam lagu yang jadi favorit saya, “Heart Desire” dalam album mini, No Make Up (2019). Meskipun begitu output-nya hadir jauh berbeda dan tetap jitu.

“Whisper” yang bernuansa vaporwave juga harus diberi sorotan lebih. Siapa sangka lagu lama dari era album pertama Heartbreaker (2016) ini mendapatkan nyawanya ketika diaransemen ulang dengan sentuhan musik kekinan ala musik video game mobil balap era 80an. 

Masalah album ini masih serupa dengan EP sebelumnya, No Make Up (2019). Dominan  lagu-lagu bertempo medium yang terdengar serupa satu sama lain. Namun eksplorasi groove musik funk yang membasahi mayoritas lagu-lagu berhasil menghidupkan dinamika album ini. Terlebih Coldiac juga terbukti handal menulis nomor-nomor balada seperti “Summer Breeze” yang folk-ish, “I’ve Got Let You Go” yang cocok untuk dimainkan di radio adult commercial rock (AOR) dan “Hurts Like Hell” yang sangat mellow.

Paska tiga album dan album mini serta single viral, Coldiac terbukti masih piawai mengolah kesemua unsur dan karakter musik pop khas mereka. Saya pribadi semakin menyukai konsep musiknya yang semakin tegas. Sangat guitar driven, duo vokalis yang bersahutan, serta nuansa pop urban -mengesampingkan istilah city pop– yang sangat kekinian. Yang utama tentunya adalah musikalitas serta kelihaian menulis lagu pop yang kuat. Dengan semua itu, Lemons Made Lemonade, jelas salah satu album favorit saya di 2023 ini.