Densky 9 Soal Instrumental Hip hop: Lebih Dari Sekedar Relaksasi
Saat artikel ini ditulis, setidaknya hampir 50 ribu akun Youtube secara bersamaan sedang digunakan untuk masuk ke dalam kamar dua dimensi. Di sana seorang gadis remaja duduk di tepi jendela. Dengan headphones sebagai mahkotannya, ia menulis untuk selamanya.
Video itu berjudul ‘lofi hip hop radio – beats to relax/study to’. Konten ungggahan ChilledCow tersebut begitu digemari karena memutarkan seleksi lagu Lofi Hip hop yang menenangkan selama 24 jam, serta membantu banyak orang dalam mendefinisikan bentuk serta fungsi dari gaya musik tersebut.
Konten itu saya putar ulang karena beberapa hari sebelumnya saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Miftahus Surrur, seorang produser dan beat maker asal Jambi yang dikenal lewat moniker Densky9. Dia beranggapan bahwa konten-konten video seperti itu dapat menjadi gerbang atas lahirnya banyak bed room producer baru.
View this post on Instagram
“Dengan banyaknya lagu-lagu yang diberi label Lofi Hip hop atau Chillhop di channel kayak Majestic Casual gitu, akhirnya terbuka fakta bahwa kalian bisa diapresiasi walaupun cuma bikin musik yang istilahnya sekedar looping,” ungkapnya.
Di sisi lain, Densky9 juga mengomentari bagaimana konten-konten tersebut bisa berdampak baik untuk para penikmatnya. “Akhirnya pendengar enggak lagi “takut” ngeliat istilah Hip hop. Karena masih banyak sebenarnya yang menganggap itu (Hip hop) tuh musik yang sifatnya keras, jalanan, atau hanya club oriented, gitu.”
Tapi beat maker super produktif ini telah jauh mengeksplorasi rasa yang ditawarkan oleh instrumental Hip hop – alih-alih melihatnya hanya sebagai musik latar yang menenangkan. “Ada satu album saya yang judulnya ‘Retrospecto’, di situ sound saya terasa lebih gelap dari karya-karya yang lainnya. Semua itu terjadi karena refleksi dari situasi dan ide saya saat itu. Pasti bisa kedengeran, lah. Lebih marah, gitu,” ceritanya. Ia juga menyebut album lainnya yang bertitel ‘Godok’. Baginya album tersebut berisikan nomor-nomor instrumental di spektrum yang lebih kasar. “Jadi sebenarnya Instrumental Hip hop ini sama aja kayak musik instrumental lainnya. Yang berbeda hanya kami pakai sampler sebagai mediumnya.”
Bagi Densky9, teknik sampling yang ia kuasai adalah buah cintanya dengan musik itu sendiri. Semua bermulai dari kegemarannya mengoleksi piringan hitam saat ia studi di Bandung, 2012 silam. Dari situ ia menemukan bahwa satu bagian lagu – jika diolah sedemikian rupa bisa menciptakan satu track yang baru. Hal itu ia pertegas ketika kami berbicara tentang kompetisi di antara beat maker. Untuk Densky9, luasnya perbendaharaan musik di kepala adalah poin kompetisi yang paling menarik. Membuatnya selalu ingin mendengarkan musik lebih banyak lagi.
Tahun-tahun berlalu, Densky9 makin tenggelam dalam kenikmatan mengolah sample. Pikirnya bahkan sampai di titik bahwa instrumen musik tidak akan bisa sepenuhnya menggantikan sampling. “Walaupun vice versa, ya. Sample itu kan ngambil dari sesuatu yang organik. Tapi tetap aja beda, gitu,” ungkapnya.
Namun meski sudah sangat mantap, Densky9 masih membuka ruang untuk hal yang baru. Ia menyatakan ketertarikannya ketika datang sebuah tawaran untuk berkolaborasi dengan Doni Joesran, sosok di balik departemen keyboard dan synthesizer sederet proyek musik.
“Saya sih udah tau mas Doni. Soalnya saya suka sama kolaborasi dia dengan Lacos, produser dari Jogja,” katanya saat menceritakan awal mula ide kolaborasi ini. Kongsi jarak jauh pun dicoba. Densky9 dan salah satu member Batavia Collective tersebut bersama mengolah sebuah track tanpa pertemuan secara langsung.
Hasilnya adalah ‘Bluegrey’, komposisi instrumental berdurasi 4 menit lebih. Di mana notasi piano yang manis khas Doni Joesran berkelindan dengan beat bergaya Boom bap yang jadi pondasinya.
“Kolaborasi ini merubah persepsi saya. Ternyata memang kolaborasi sampling dan instrumen itu harus saya coba. Apa lagi kami berdua sudah menetapkan pondasi yang sama, ya itu Hip hop,” ungkapnya lugas. “Setelah berkolaborasi dengan mas Doni juga saya melihat kalau dia tuh memang punya thoughts yang gila lah soal Hip hop.”
‘Bluegrey’ mungkin terdengar sederhana, dan hanya cocok sebagai stimulan relaksasi. Namun sama halnya dengan konten Youtube sejuta umat yang memutarkan Lofi Hiphop, ia mampu melahirkan gagasan-gagasan baru bagi pendengar dan penciptanya. “Gara-gara project ini, saya jadi kepikiran buat bikin karya yang lebih organik lagi. Saya mau coba lepas dari sampler dan semampu saya bikin sesuatu dengan instrumen,” tutupnya.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …