Di Balik Panggung RRREC Fest In The Valley 2023

Oct 9, 2023

RRREC Fest In The Valley 2023 sukses berlangsung tanggal 6 – 8 Oktober di Tanakita Five Star Camp, Situgunung, Sukabumi. Area berkemah ini sudah menjadi tempat penyelenggaraan festival sejak tahun 2014 lalu.

Selama 3 hari RRREC Fest menyuguhkan berbagai aktivitas kesenian yang bisa diikuti para peserta, seperti pertunjukan musik, performing art, workshop, talkshow, dan lain sebagainya.

Panggung festival ini masih menggunakan konsep yang sama seperti perhelatan tahun lalu. Total ada 7 panggung, yaitu Pos Gazebo, Rumamera, rururadio Lounge, Warung Petromaks, Pondok Kipas, Gang Senggol, dan Panggung Lembah.

Perubahan yang cukup terlihat di rururadio Lounge. Area yang tahun lalu menyatu dengan Rumamera ini menjadi lebih mapan berkat konsep panggung leveling. Mereka yang tampil Rimba, Grrrl Gang, dan The Kuda yang lokasinya masih berada di sekitar Rumamera.

Tahun lalu area Lembah RRREC Fest hanya menghadirkan Pondok Kipas, namun kali ini penyelenggara menambahnya dengan Panggung Lembah untuk menjadi tempat mementaskan lagu-lagu dari Mother Bank, Rani Jambak, dan Theory of Discoustic (ToD).

Jika di festival lain akses masuk belakang panggung atau green room sarat dengan segala restriksinya, RRREC Fest malah seakan membuang jauh-jauh kesan eksklusif tersebut dengan meleburkan peserta, penampil, tim festival, dan semua partner pendukung untuk menghabiskan akhir pekan bersama di alam terbuka.

Bagi Indra Ameng, Festival Director RRREC Fest In The Valley, acara ini semacam ajang mendapatkan wawasan dan jaringan perkenalan baru bagi semua yang terlibat.

“Jadi memang festival ini tempat untuk kita merayakan bersama segala macam perbedaan, dari mulai bunyi, statement, kemudian juga tentunya kalau ngomongin festival musik, ya kita merayakan kelahiran musik-musik yang baru, dan jadi tempat tumbuhnya regenerasi ya,” kata Ameng saat ditemui Pophariini di hari pertama RRREC Fest (06/09).

Konsep membaur antara peserta dan penampil juga sangat dirasakan oleh Ameng. Selain memiliki peran yang mengharuskan ia berhubungan langsung dengan para penampil di RRREC Fest, seniman kontemporer yang juga manajer White Shoes & The Couples Company ini mengaku punya pengalaman bertemu hingga kenal dekat dengan idola karena keintiman yang diusung festivalnya.

“Kalau saya misalnya, sekarang jadi dekat banget sama salah satu idola saya, Margie Segers,” ungkap Ameng.

Indra Ameng, Festival Director RRREC Fest In The Valley 2023 / Dok. Syauqi Ibrahim

Menggunakan konsep tanpa sekat tersebut, kami jadi memiliki kesempatan untuk menangkap banyak momen interaksi antara berbagai pihak di RRREC Fest In The Valley 2023.


Festival Meeting menjadi salah satu yang menarik di RRREC Fest tahun ini. Pasalnya, semua pelaku festival dari berbagai kelompok dan daerah diberikan kesempatan untuk menceritakan kegiatan di perhelatan mereka masing-masing.

Adapun festival yang berkesempatan membagikan cerita, adalah Bandung Photography Month (Bandung), Bangsal Menggawe (Lombok), Festival Film Purbalingga (Purbalingga), Festival Budaya Lembah Baliem (Wamena), Festival Rimbang Baling (Riau), Festival Sastra Banggai (Makassar), Jagakali Art Festival (Cirebon), Kula Worldwide (Mumbai), Penta Klabs (Semarang), Rampak Genteng (Majalengka), dan Synchronize Fest (Jakarta).

Para penyelenggara festival / Dok. Syauqi Ibrahim

Warung Petromaks adalah panggung pertama yang menghadirkan pertunjukan musik. Penampil yang mengawali rangkaian festival ini adalah Mama Djana, musisi tradisional Cirebon yang merupakan maestro musik Tarling.

Narif, cucu dari Mama Djana yang ikut tampil malam itu sempat menjelaskan apa itu musik Tarling kepada para penonton. Ia mengatakan, Tarling merupakan gaya musik yang memang didominasi oleh gitar.

“Tarling ini adalah adaptasi dari musik gamelan, kalian bisa memahami dan mendengar, di (permainan) gitar ini mungkin ada sedikit (meniru) suara saron, gong, kendang,” jelas Narif tentang musik Tarling.

Mama Djana bersantai dengan para pengiringnya di pinggir Warung Petromaks / Dok. Syauqi Ibrahim

Usai penampilan Mama Djana, para peserta bergegas menyeberangi lembah menuju rururadio Lounge untuk menyaksikan Rimba. Bertepatan dengan hari penampilan mereka, Rimba juga merilis single baru “Kampiun” yang menampilkan Bilal Indrajaya sebagai kolaborator.

Hari kedua RRREC Fest jadi hari di mana panggung-panggung musik paling sering berbunyi. Kesempatan tersebut pun saya gunakan untuk menebus kesalahan melewatkan penampilan Mother Bank di festival lain beberapa waktu sebelumnya.

Grup musik Ibu-ibu yang identik dengan pakaian berwarna merah muda menyala ini memakai Panggung Lembah sebagai area pertunjukan perdana mereka untuk membawakan single baru “Babanton”.

Salah satu vokalis Mother Bank, Yanti menjelaskan, bahwa “Babanton” adalah tradisi saling membantu antar warga desa untuk menyambut acara-acara seperti pernikahan, sunatan, dan lain-lain.

Mother Bank berfoto di tenda belakang Panggung Lembah / Dok. Syauqi Ibrahim

Bukan RRREC Fest kalau tidak menampilkan musisi yang namanya belum familiar di telinga para penonton. Di edisi tahun ini, penyelenggara mendatangkan rapper asal Bukittinggi bernama Tomy Bollin yang berkesempatan mengoceh di rururadio Lounge.

Penampilan Tomy saat itu sangat interaktif, seperti beberapa kali turun ke area penonton untuk membawakan lagu sambil mengajak mereka berjoget bersama. Kami bertemu Tomy usai ia manggung untuk berbincang kesannya bermain di RRREC Fest.

“Dari saya tiba sampai perform itu sangat luar biasa sekali. Berbagai (musisi) dari kota-kota di Indonesia, seperti Makassar, Cirebon, dan Majalengka dengan berbagai genre sangat akrab sekali. Di sini saya melihat, bahwasannya Indonesia itu memang kaya dengan keanekaragamannya,” ucap Tomy.

Tomy Bollin berpose setelah tampil di rururadio Lounge / Dok. Syauqi Ibrahim

RRREC Fest 2023 juga jadi momen yang cukup membahagiakan bagi saya yang suka musik keras. Pasalnya, The Kuda, band punk dari Bogor hadir jadi salah satu penampil di festival ini.

RRREC Fest menjadi panggung perdana The Kuda setelah merilis album Butakala. Selain itu, momen tersebut juga menjadi penampilan terakhir Ahong sebagai drumer, sebelum ia beralih posisi menjadi pemain gitar kedua dalam band.

Adipati (vokalis) memijit Ahong beberapa saat sebelum panggung terakhirnya sebagai drumer The Kuda / Dok. Syauqi Ibrahim

Selain nama-nama di atas, panggung musik hari kedua juga diisi oleh Grrrl Gang yang baru saja mengeluarkan album perdana Spunky!. Lalu ada Rani Jambak, seniman soundscape asal Sumatera Barat, dan terakhir Sukatani, yang membuat penonton berdansa di Gang Senggol dengan alunan musik post-punk mereka.

Di hari ketiga, kami terpaksa melewatkan penampilan R-E-M (Rien Djamain, Ermy Kullit, Margie Segers) yang menjadi puncak festival ini karena harus pulang lebih dulu untuk sebuah keperluan.

Meski begitu, kami sempat mengikuti talkshow bersama 3 penyanyi wanita legendaris tersebut beberapa saat sebelum mereka menghibur penonton di Warung Petromaks. Dalam sesi ini, mereka bercerita tentang perjalanan bermusik dengan candaan khas yang ternyata masih bisa membuat penonton muda tertawa.

Suasana check sound R-E-M, yang dilanjutkan dengan talkshow / Dok. Syauqi Ibrahim

RRREC Fest selalu menjadi festival yang sangat berkesan. Saat kami bertanya kepada Ameng tentang rencana berikutnya, ia memberikan jawaban yang cukup mencengangkan. Mari nantikan apa yang terjadi untuk RRREC Fest tahun depan.


 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Siapkan Album Baru, Mitty Zasia Rilis Single Pada Akhirnya, Berkawan Berlalu

Penyanyi kelahiran Kotamobagu, Sulawesi Utara yang saat ini menetap di Jogja bernama Mitty Zasia resmi meluncurkan single baru berjudul “Pada Akhirnya, Berkawan Berlalu” hari Jumat (03/05).   Sang solois sebelumnya banyak dikenal karena lagu …

Band Post-rock Surabaya, Metafore Rilis Album Mini Perdana

Metafore asal Surabaya resmi merilis album mini perdana dalam judul The Anatomy of Destructiveness hari Jumat (03/05). Sebelumnya, band post-rock yang berada di naungan Loverman Records ini sudah mengantongi 2 single yaitu “Waktu-Waktu Batu” dan “Cahaya …