Eksplorasi Bermusik: Sebuah Momok Bagi Musisi?

Jun 20, 2019

The Beatles butuh sekian tahun untuk mengubah total musik mereka di Sgt Peppers, Brian Wilson menjadi liar di album Pet Sound. Sementara Velvet Underground kadung nakal sejak lahir, lebih tepat lagi di album debutnya. Eksplorasi menjadi momok sekaligus mimpi basah para musisi. Mengapa banyak musisi takut untuk bereksplorasi?

Lewat Masa-masa, The Adams melakukan eksplorasi dalam pendekatan musiknya, salah satunya lewat notasi dan melodi yang keriting atau aransemen yang belak-belok. Iyalah, menunggu 13 tahun, mengapa hanya membuat album yang biasa-biasa saja?

The Adams, 2019 / foto: Pohan

Lewat Mantra Mantra, musisi Kunto Aji justru menjadi amat santai dan layu (baca: laid back), ibarat mengajak kita duduk sofa, sekadar bermalas-malasan, meski demikian notasinya masih bisa ketebak. Namun dibandingkan dengan Generation Y, eksplorasi musik di Mantra Mantra sudah tepat guna (jangan lupa permainan frekuesi suara yang aduhai). Keren maksimal!

Cover album Kunto Aji – Mantra Mantra.

Ada banyak bukti eksplorasi musik yang dibuat musisi Indonesia dari jaman ke jaman. The S.I.G.I.T. lewat album konsep Detourn yang sangat ‘tak sing-along‘ itu membuka mata fans bahwa mereka enggan dicap sebagai band yang crowd pleaser belaka, rocker-rocker kota Kembang ini sejatinya adalah musisi yang haus akan percobaan-percobaan yang hacep. Jauh sebelum itu, kebanggaan Bandung lainnya seperti Pure Saturday lewat album Utopia menjadi tak populer dengan sound-sound shoegaze yang dibawa band yang kadung ngetop lewat sound jangly ala The Cure dan Ocean Blue.

Bicara soal eksplorasi yang keren, saya harus angkat topi kepada Musik Pop dari band jazz/groove Maliq & D’Essentials. Album yang ‘bukan Maliq’ menurut definisi pribadi saya ini adalah contoh dari langkah sebuah band yang resah mencari batasan-batasan kemampuan menggurat-gurat komposisi musik tanpa batas. Membawa tinggi musik mereka sampai ke ubun-ubun bumi. Sayangnya, meski kemudian Musik Pop sudah digrafir sedemikian kerennya, band ini masih belum pede untuk memamerkannya ke atas panggung (perkecualian untuk “Himalaya”-satu track yang paling easy listening di album ini). Saya geregetan!

1
2
Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …