Foolish Commander, yang Terhangat dari Semarang

Jan 5, 2019

Menarik melihat fakta yang ada dari tahun kemarin bahwa musik-musik bagus tak hanya datang dari musisi ibukota. Bisa jadi ini dampak terbaik dari makin mudahnya akses musisi kepada layanan musik streaming juga penggunaan sosial media. Satu lagi, seringnya band-band ibukota manggung di daerah-daerah membuat musisi-musisi muda di daerah lebih berani berekspresi tanpa takut dikritik atau tidak populer.

Coba tengok Coldiac, unit R&B /urban music asal Malang, juga Sade Susanto, penyanyi debutan dari dari Semarang yang kini hijrah ke Yogyakarta. Terlepas populer atau tidaknya mereka, keduanya memiliki materi lagu yang bagus, bahkan kami tak ragu-ragu untuk memasukkannya dalam 10 Album Terbaik kami.

Bicara soal kota Semarang, di balik enaknya lumpia Semarang ternyata skena musiknya sangat hidup dan dinamis. Ini tak lain karena peran besar Hills Collective, sebuah kolektif musisi dan produser yang kerap merilis rekaman-rekaman dari debutan segar asal Yogyakarta, Semarang dan sekitarnya. Kanina, vokalis juga produser dari trio Foolish Commander, berbicara kepada saya soal kolektif ini.

“Pertama dimulai itu Februari 2017, awalnya dibentuk oleh Tiad Hilm (rapper) Luthfi Adianto yang sekarang juga produser dan rapper di Foolish Commander. Kalau sekarang ada Tiad Hilm yang September kemarin abis rilis EP LONESOME, terus ada Sade Susanto, ada Moe Hummid yang abis rilis EP 99 Missed Calls, sama Foolish Commander, ” ungkapnya.

Foolish Commander sendiri digawangi Luthfi Adianto (produser/rapper), Kanina Ramaniya (produser/vokal) dan Alditya Rafi (drummer). Band ini awalnya berdiri akhir 2017, namun baru aktif merilis album sejak 2018.

“Visi awalnya kami memang pengen bikin hip hop elektronik sih, tapi ya karena banyak fusion dari selera kami masing masing, jadi ada rock-nya juga,” ungkap Kanina.

Beberapa musisi seperti Twenty One Pilots, Gorillaz, Jay-Z sampai pengaruh musisi lokal seperti Scaller, dan Kimokal masuk dalam pengaruh yang membentuk DNA mereka, meski demikian Foolish Commander berusaha menciptakan suaranya sendiri.

The Undying Recital, debut album Foolish Commander

Dari musik yang diperkenalkan kepada saya, saya dibuat kaget akan fusi dari banyak warna musik di sana, dari rock alternatif, elektronik, hip hop, dan math rock semua diaduk jadi satu, jenius. The Undying Recital, debut album Foolish Commander menghadirkan sebuah rekaman lintas genre yang jarang dicoba oleh banyak musisi di Indonesia, ini yang lantas menarik untuk disimak. Ada banyak emosi yang menumpuk di sana yang somehow bisa dipilah dan ditampilkan dengan proporsional. Kami tak sabar untuk mengulas album yang berbicara soal kritik atas konflik yang kerap terjadi di masyarakat, sekaligus krisis coming of age ini.

Berbekal musik yang bagus, tak dipungkiri bahwa jika mereka konsisten dan tahan kritik, mereka bisa jadi sesuatu, jika tidak di Indonesia mungkin di kota mereka sendiri. Acung jempol untuk Foolish Commander! Tertarik mendengarkan Foolish Commander? Silakan mampir ke laman Spotify mereka.

Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir

Eksplor konten lain Pophariini

Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian

Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW.     …

Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024

Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11).  Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …