Hindia – Lagipula Hidup Akan Berakhir
Empat tahun berselang dari album solo perdana Menari Dengan Bayangan (2019), dua tahun dari Selamat Datang di Ujung Dunia (2021) milik Lomba Sihir, setahun dari Abdi Lara Insani (2022) milik .Feast, apakah kita masih butuh suara vokal Baskara Putra lagi? Terlebih dalam album dobel Hindia, Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB) yang terbagi dua bagian yang total berisi 28 lagu?
Yang jelas dari perannya yang dominan itu kita bisa menyimpulkan Baskara Putra adalah musisi yang berdedikasi dan sibuk dalam kurun 6 tahun terakhir. Lalu bagaimana materi LHAB dan apakah efisien mengeluarkan album dobel di era single seperti sekarang?
“Lagipula Hidup Akan Berakhir” adalah judul yang berani, terlebih dengan judul-judul lagu seperti “Malaikat Berputar Di Atas Pencakar Langit”, “Siapakah yang akan Datang ke Pemakamanmu Nanti” dan beberapa lagu dalam bagian satu yang membahas soal kematian (Janji Palsu”, “Matahari Tenggelam”, “Ibel”).
Bagaimana materi LHAB dan apakah efisien mengeluarkan album dobel di era single seperti sekarang?
Mendengar secara intens bagian pertama dari LHAB membuat alis ini mengerenyit. Karena tema kematian dieksploitasi secara berlebihan, dan telinga lelah dipaksa mendengarkan cerita depresif itu. Kesan yang muncul adalah bagaimana Baskara bisa terdengar tajam dan kritis, sambil mengeluh remeh-temeh soal kehidupan remaja perkotaan dengan segala privilisenya, sementara juga sosoknya depresif dan overthinking.
Kabar baiknya album bagian kedua yang dirilis pertanggal 21 Juli kemarin adalah bagaikan penawar dari album bagian satu. Bagaikan selebrasi, lebih banyak kord mayor, musik penyemangat yang lebih positif dan bahkan disko. Skit nya pun terasa lebih mengena. Secara keseluruhan alih-alih mendengar keluhan, di bagian kedua ini berbagai keresahan dan pesimisme dihadirkan lebih positif.
Baskara bisa terdengar tajam dan kritis, sambil mengeluh remeh-temeh soal kehidupan remaja perkotaan dengan segala privilisenya, sementara juga sosoknya depresif dan overthinking
Dari “Forgot Password” duet yang indah dengan ratu pop-remaja arus samping, Nadin Amizah. “Perkara Tubuh” yang catchy hasil kolaborasi ciamik Hindia dengan Kareem Soenhardjo. Ada “Pesisir” yang megah dan optimis meskipun liriknya sebaliknya. “Masalah Masa Depan” yang pesimis tapi joget-able. “Alexandra” yang pilu tapi bijak. “Jangan Jadi Pahlawan” jadi warna menarik yang berbeda karena Baskara bernyanyi dengan suara tinggi. Lalu berturut-turut tiga lagu “Bayangkan Jika Kita Tidak Menyerah”, “Berdansalah, Karier Ini Tak Ada Artinya” dan “Nabi Palsu” yang upbeat dan berirama disko jadi puncak selebrasi album ini. Ditutup dengan skit wawancara keempat yang lebih intens.
Kabar baiknya album bagian kedua yang dirilis pertanggal 21 Juli kemarin adalah bagaikan penawar dari album bagian satu.
Kelar menyimak bagian kedua LHAB pesan utuhnya baru tertangkap. Harus diakui melelahkan menyimak pesan-pesan dalam 28 lagu ini. Untungnya pesan-pesan depresif dan pesimistis ini diramu dalam ramuan musik yang menarik dan dengan hook yang kuat dan catchy. Kudos untuk produser dan rekan kolaborator di balik album ini yang mumpuni: produser utama Enrico Octaviano dan di beberapa lagu, Kareem Soenhardjo.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah urgensinya merilis album dobel? Terlebih di era para musisi dan label rekaman lebih tertarik merilis singel dan seperti ketakutan berlebihan dengan format album penuh ini.
Lebarnya pembahasan LHAB dari keluhan remeh-temeh remaja perkotaan sampai isu makro seperti politik dan krisis iklim juga menunjukan kapasitas Baskara sebagai penulis lirik dan story-teller yang ulung buat generasinya
Saya sempat menganggap remeh LHAB karena gap generasi dan merasa tidak relevan dengan temanya. Sampai akhirnya album bagian dua dirilis dan memaksa diri untuk mendengarkan ulang, menggali mencari tahu lebih banyak tentang pesan-pesannya demi menulis resensi ini. Bahkan sampai menyimak vlog terbaru Gita Wirjawan, Endgame yang mengundang Baskara. Lalu menyadari kalau ternyata saya salah besar. Perspektifnya dalam LHAB terjabarkan dengan jelas dalam obrolan itu. Lebarnya pembahasan LHAB dari keluhan remeh-temeh remaja perkotaan sampai isu makro seperti politik dan krisis iklim juga menunjukan kapasitas Baskara sebagai penulis lirik dan story-teller yang ulung buat generasinya.
Ditambah saat membaca komentar langsung atas album LHAB sejauh ini di media sosial dan Youtube sangat banyak remaja yang merasa terwakilkan. Hal ini mengingatkan pada interaksi yang mirip terjadi saat Menari Dengan Bayangan dirilis beberapa tahun lalu dan sempat saya tulis resensinya. Soal dukungan tim Hindia yang sangat baik akan pola komunikasi album LHAB ke pendengarnya. Menghadirkan kesemua video lirik di Youtube serta via pesan-pesan anonim di situs resmi Hindia, https://www.hindia1024.com.
Maka rasanya tidak berlebihan kalau memprediksi kehadiran Lagipula Hidup Akan Berakhir dalam album dobel dengan temanya yang lebar dan padat ini bisa menjadi bekal yang cukup untuk generasinya menghadapi dunia mendatang.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …
I’m Kidding Asal Aceh Tetap Semangat Berkarya di Tengah Keterbatasan
Setelah merilis 2 single bulan Juni lalu, band pop punk asal Aceh, I’m Kidding akhirnya resmi meluncurkan album penuh perdana mereka dalam tajuk Awal dan Baru hari Minggu (10/11). I’m Kidding terbentuk …