Irama Dari Nusantara: Perjalanan Panjang Radio Kita
Sesuai dengan fungsi awal munculnya radio pertama di Indonesia yaitu propaganda, -tentunya dahulu disetir oleh kelompok perorangan Belanda- yang bersifat swasta dibangun pada tanggal 16 Juni 1925 di Batavia bernama BRV (Bataviaache Radio Vereening). BRV memperlihatkan kemajuan yang signifikan membuat beberapa stasiun radio lainnya bermunculan. Semua kekhawatiran ini pun membuat pemerintahan Belanda membentuk NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep) yang membuat dan mengatur segala hal undang-undang mengenai radio di Indonesia. Para pribumi saat itu pun tak tinggal diam. 1 April 1933 jadi tonggak dibangunnya stasiun radio milik bangsa Indonesia pertama bernama SRV (Soloche Radio Vereniging). Sejak itulah, berbagai stasiun radio lokal lahir seperti MARVO di Yogyakarta, EMRO di Madiun, CIRVO radio etnik Tionghoa di Surabaya, VORL di Bandung, Radio Semarang, dan lain-lain. Mereka menyiarkan berbagai jenis-jenis informasi yang bersifat ketimuran seperti kebudayaan, kesenian, dan pergerakan nasionalisme.
Pergerakan perjuangan pun mulai banyak lewat siaran-siaran radio membuat NIROM khawatir dan kembali memonopoli semua kegiatan radio di Indonesia. Penyerahan kekuasaan Belanda ke Jepang memang membuat cerita radio ini semakin seru, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Pusat Jawatan Radio (Hoso Kanri Kyoku), yang merupakan pusat radio siaran dan berkedudukan di Jakarta. Walaupun semua radio siaran diarahkan kepada kepentingan militer Jepang semata. Tetapi selama kependudukan Jepang, kebudayaan dan kesenian mendapat kemajuan yang pesat. Kesempatan ini menyebabkan pula munculnya seniman-seniman pencipta lagu-lagu Indonesia baru.
Rupanya taktik Jepang membuka jaringan radio malah menjadi bumerang, kalahnya Jepang terhadap sekutu sudah diperhitungkan oleh pemimpin-pemimpin dan angkatan muda Indonesia yang selalu mendengarkan radio luar negeri sejak akhir bulan Juli 1945. Ketika Jepang mulai kalah, dengan cepat para pejuang mengambil alih komando stasiun radio di 6 kota dan menyiarkan kemerdekaan Indonesia lewat siaran langsung radio ke seluruh pelosok negeri.
11 September 1945 Radio Republik Indonesia resmi berdiri. Indonesia telah merdeka namun presiden Soekarno pada saat itu melarang siaran lagu-lagu barat. Karena para muda mudi yang haus akan informasi dan tren saat itu akhirnya lahirlah radio-radio gelap yang memutarkan lagu-lagu barat. Orde lama digantikan oleh orde baru, lalu radio swasta milik masyarakat diperbolehkan mengudara. Radio swasta khusus menyiarkan konten hiburan ini mulai menjamur bahkan memperlihatkan tajinya sebelum lahirnya kanal TV-TV swasta.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …