Kenapa Screen Time Mengurangi Minat Baca

Sebetulnya harapan untuk minat baca di Indonesia masih ada. Tapi hanya untuk media sosial, applikasi chat, portal berita serta apapun yang ada di layar ponsel dan gawai. Mungkin tidak ada yang salah dengan itu karena semua lumrah terjadi sekarang. Dari bangun dan sebelum tidur, di tengah kemacetan, menunggu giliran antrian, bahkan kala makan malam dengan pasangan atau keluarga sangat sulit lepas dari layar gawai terutama ponsel.
Screen time adalah aktivitas yang berhubungan dengan layar ponsel dan gawai. Dan ketergantungan terhadap gawai ini sangat tinggi terutama pada usia produktif bekerja karena semua bisa dilakukan di ponsel. Sehingga tidak ada batas jelas antara urusan pekerjaan atau hiburan. Cek email, chat atau medsos semuanya bergantung pada ponsel. Bahkan ketika lawan bicara memegang ponselnya saat berbicara dengan kita pun bisa maklum. Kadang kita juga ikutan memainkan ponsel.
Tapi apakah betul screen time mengurangi minat baca? Salah satu kelebihan dari membaca buku adalah meningkatkan fokus dan konsentrasi. Sementara efek samping terlalu banyak screen time sebaliknya. Saat memakai ponsel otak kita dipaksa untuk multitasking dan berpindah-pindah fokus. Antara chat, membalas email, dan bermain medsos. Bayangkan beban yang harus ditanggung otak. Bagaikan menanam secara paksa tombol switch di otak. Tidak heran jika otak menjadi pelupa, mudah terdistraksi dan tidur pun tidak berkualitas. Belum lagi mata perih, berair dan pusing. Karena mata tidak didesain untuk menatap lama-lama layar yang terang pada ponsel.
Buku itu seksi. Bagaikan piringan hitam dalam dunia musik saat ini. Bentuk fisik, aktifitas dan interaksinya tidak akan pernah sama dari screen time atau membaca buku digital sekalipun. Buku itu nyata wujudnya. Ketebalannya dan jenis kertas yang dipakai, hingga bau kertasnya bisa kita rasakan. Membawa buku, membukanya dan memainkan lembar halaman berikutnya yang siap dibaca ketika hampir selesai membaca sebuah halaman adalah ritual khas membaca buku. Semua itu paket lengkap stimulan yang baik untuk seluruh indra. Tidak hanya otak dan mata, namun jari, tangan dan hidung kita turut merasakan pengalaman itu.
Saat screen time yang aktif hanyalah mata, jari-jari tangan dan otak. Penelitan menyatakan kalau teknologi telah mengubah susunan otak manusia. Seringnya kita membuka ponsel untuk mengecek notifikasi di ponsel, bahkan ketika tidak ada apa-apa adalah bukti kalau otak kita sudah dipengaruhi dan ketagihan luapan informasi dari internet. Hal ini berhubungan dengan impuls otak dan menimbulkan kenikmatan di otak yang dipicu oleh sel otak bernama dopamine. Mudah bosan dan merasakan tenang ketika sudah bermain ponsel? Itu dia penyebabnya.
Screen time membunuh minat baca. Namun belum terlambat untuk mulai membaca. Ada situs khusus yang merekomendasi buku-buku seperti What Shoud I Read Next atau situs Goodreads yang memiliki grup komunitas pembaca Indonesia, Goodreads Indonesia. Untuk mengurangi screen time di ponsel pun sudah tersedia berbagai apps untuk mengatasi kecanduan ponsel yang bisa kamu download. Silahkan dicoba. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk mulai meringankan otak dan mata dari screen time dan tidak melulu terpaku pada layar ponsel.
teks Anto Arief

Eksplor konten lain Pophariini
Bin Idris Rilis Album Baru Bertajuk III
Bin Idris akhirnya kembali dengan karya terbaru yang diberi judul III. Dirilis 20 Juni 2025 dalam format digital dan kaset via Orange Cliff Records, sang album menjadi penanda perjalanan panjang, sekaligus lanjutan dari fase …
Tripov Bicara soal Kekacauan di Usia 20-an Lewat Single Twenties
Setelah merilis “MIA” bulan April lalu, Tripov kembali membawa yang terbaru dalam judul “Twenties” tanggal 12 Juni 2025. Ini merupakan single kedua menuju album terbaru mereka, Sugar Coating Inc.. Lagu ini menyuguhkan …