Lirik Lagu Dua Bilah Mata Pedang The Jansen tentang Kebahagiaan yang Tak Pernah Ada

Tepat hari Rabu, 12 Maret saya berkesempatan hadir di Media Day dengan tajuk Buka Be25ama yang diselenggarakan oleh demajors. Tanpa disangka, hari itu adalah hari Rabu terbaik selama 22 tahun saya hidup. Tak mengantongi ekspektasi apapun, tetiba keberuntungan menghampiri saya. Keberuntungan–atau lebih tepatnya kebahagiaan–itu berbentuk vinyl Banal Semakin Binal milik duo punk kebanggaan Bogor, The Jansen.
Apakah semua hal yang datang tanpa aba-aba dan serba tiba-tiba itu selalu baik? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tapi di kasus ini, The Jansen (dan album ketiga mereka itu) yang tiba-tiba terputar di Spotify saya pada 2022/2023 jelas jadi hal baik–atau bahkan terbaik–bagi saya. Tidak ada satu nomor pun dalam album ini yang gagal membuat saya jatuh hati.
Ketika memutar Banal Semakin Binal, trek yang pertama berkumandang adalah “Dua Bilah Mata Pedang”. Apakah trek ini menceritakan kisah kesatria dengan pedangnya yang berbilah dua? Menurut Adji Pamungkas, sang penulis lirik, lagu ini berbicara tentang masalah kehidupan yang selalu datang ketika semua terasa baik saja, tanpa disangka, tanpa persiapan apa-apa.
“Pada dasarnya, perasaan manusia tercipta untuk terluka. Masalah akan terus hadir, menandakan bahwa kita masih hidup. Jika gak ada masalah hidup berarti tandanya kita sudah mati,” ujar Adji.
Baginya, kebahagiaan itu gak pernah ada, yang ada hanyalah berkurangnya kesedihan.
“Sesuai dengan rumus perhitungan intensitas cahaya, kegelapan terjadi karena kurangnya sinar cahaya. Menariknya, mengalahkan cahaya itu dengan cahaya yang lebih terang benderang seperti sifat iri dengki melihat orang lain lebih baik dari kita,” kata Adji.
Bassist The Jansen ini menerangkan bahwa judul lagu dipilih demikian karena terdengar catchy dan tegas dalam pelafalannya.
“Seperti rahasia di balik sebuah senyuman. Mungkin manis, mungkin sinis, mungkin merahasiakan kesedihan.”
Guratan lirik manis, magis, nan tragis dari tembang-tembang The Jansen tidak terbentuk dari sembarang kata yang bertebaran, tapi dari pandangan dan pikiran Adji yang diolahnya menjadi tulisan dan terkumpul menjadi sebongkah arsip.
Adji bercerita bahwa “Dua Bilah Mata Pedang” adalah satu-satunya trek dari album Banal Semakin Binal yang proses kreatifnya berawal dari nada musik dulu, lalu lirik.
Ketika sang vokalis, Tata mengirimkan materi lagu tersebut ke Adji, ia seketika teringat “Ever Fallen in Love” milik Buzzcocks.
“Wah, kayaknya seru nih pake lirik jatuh cinta kepadamu,” respons Adji saat itu.
Ia kemudian mencocokkan nada tersebut ke arsip-arsip tulisannya. Pilihan jatuh kepada salah satu tulisan yang bercerita tentang badai yang ia alami ketika tengah berkemah dengan teman SMA di Kepulauan Seribu.
“Waktu itu, tepat sebelum badai menerjang, benar-benar sunyi, lalu terdengar suara yang berdenging kencang. Ternyata suara angin dari kejauhan. Sampai akhirnya hujan badai kencang menerpa kami di sana.”
Seolah tak cukup melakukan eksplorasi sendiri, Adji menceritakan bahwa dirinya pernah mengikuti kelas penulisan lirik daring oleh Harlan Boer.
“Aku sempat menanyakan pendapat (Harlan Boer) terkait lirik yang aku tulis. Respons dari Bang Harlan waktu itu ingin bayarin liriknya [tertawa], tapi aku tolak karena sudah menjadi sebuah lagu dan sudah direkam, tinggal dirilis saja,” tutup Adji.
Ketakjuban apa yang dirasakan Harlan Boer saat membaca lirik “Dua Bilah Mata Pedang” garapan Adji Pamungkas ini? Coba rasakan sendiri dengan menyimak liriknya langsung di bawah ini.
Senyumanmu bagaikan
Dua bilah mata pedang
Kegelapan adalah sebuah
Sinar cahaya yang hilang
Lalu, dan berderang
Dan berderang seperti dirimu
Badai selalu tenang
Sangat tenang, dan berlalu
Tak pernah kubayangkan
Jatuh cinta kepadamu
Senyumanmu bagaikan
Dua bilah mata pedang
Kegelapan adalah sebuah
Sinar cahaya yang hilang
Lalu, dan berderang
Dan berderang seperti dirimu
Badai selalu tenang
Sangat tenang, dan berlalu
Tak pernah kubayangkan
Jatuh cinta kepadamu
Tak pernah ku jatuh cinta
Jatuh cinta kepadamu

Eksplor konten lain Pophariini
Royal To Champagne Ceritakan Pendewasaan di Album Mini Perdana
Unit asal Cibubur, Royal To Champagne resmi merilis album mini perdana bertajuk Self-titled hari Selasa (15/07). Perilisan ini penanda penting enam tahun perjalanan band, selebrasi atas persahabatan, kedewasaan, dan mimpi yang pelan-pelan menjadi nyata. …
Broken Branch dari Medan Hadirkan Emosi Sunyi di Single Fade to First
Unit alternatif/emo asal Medan, Broken Branch resmi menghadirkan single anyar berjudul “Fade to First” tanggal 30 Juni lalu. Band beranggotakan Yahya Andhika pada vokal, Hery Pratama (gitar), Azrie Daulay (gitar), Firqin Haridhi (drum), dan …