Malu-Malu Mengaku Melayu: 10 Tahun Pop Melayu

May 13, 2018

Setelah jor-joran tampil di berbagai lini, band-band pengusung pop Melayu tadi kini menghadapi jalan hidup yang berbeda. Kangen Band malah lebih dikenal karena ulah vokalisnya, Andika, yang kerap tersandung skandal asmara. ST 12 pecah kongsi setelah Charly dan Dedy Sudrajat alias Pepeng keluar dan membentuk Setia Band. Charly bahkan sempat mencoba peruntungan menjadi calon wakil gubernur di Pilkada Jawa Barat tahun 2018 ini, namun nasibnya tak semujur di dunia tarik suara.

Charly dan PKB. Foto: suratkabar.id

Wali kini sibuk menjadi bintang sinetron religi untuk memastikan asap dapur tetap ngebul sementara Hijau Daun kini lebih banyak manggung di kota-kota kecamatan. D’Bagindas ditinggal vokalisnya, Bian, yang kemudian membentuk band baru yang menonjolkan namanya, BIAN Gindas. Sementara nama-nama seperti Merpati, Vagetoz, Goliath, atau Salju yang sebelumnya wira-wiri di acara musik pagi kini tidak pernah terdengar lagi jejak karyanya.

Namun dari segala pasang surut tadi, kita patut berterima kasih karena Kangen Band, ST 12, Wali, juga Hijau Daun mampu membalaskan invasi sesama pengusung pop Melayu di negeri tetangga. Kangen Band yang baru lahir tahun 2005 sudah mampu mencecap panggung internasional pertamanya di Malaysia pada tahun 2007. Tahun 2014, mereka bahkan tur di Taiwan, Hongkong, dan Singapura meski penontonnya masih tetap sesama warga Indonesia.

ST 12 tetap mempesona meski ditinggal pergi si icon Charly. Tahun lalu, mereka bahkan mendapat 16 penghargaan platinum dan secara khusus diminta oleh istri Perdana Menteri Malaysia untuk membawakan salah satu hits single-nya “Salam Terakhir”.

ST12 Formasi Kini. Foto: celebrity.okezone.com

Sementara Wali tidak tanggung-tanggung menggelar tur 7 kota di negeri Jiran pada tahun 2012. Belum cukup sampai situ, rentang fanbase juga melebar ke mancanegara. Terima kasih internet, seorang penyanyi berkebangsaan Malta dengan penuh niat membawakan ulang “Cari Jodoh” yang berganti judul menjadi “I No Can Do” itu. Lagu di album kedua band bentukan mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta itu melesat dan menduduki puncak tangga lagu  “Top 20 Eurovision” selama 4 minggu berturut-turut!

A revenge best served cold. Perlulah kita berterima kasih pada punggawa pop Melayu yang telah memberikan balas dendam manis ketimbang terus berharap pada tim sepak bola yang sering keok melulu itu. Tidak perlu malu pada (pop) Melayu.

 

____

 

1
2
3
4
5
6
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …