Malu-Malu Mengaku Melayu: 10 Tahun Pop Melayu
Setelah jor-joran tampil di berbagai lini, band-band pengusung pop Melayu tadi kini menghadapi jalan hidup yang berbeda. Kangen Band malah lebih dikenal karena ulah vokalisnya, Andika, yang kerap tersandung skandal asmara. ST 12 pecah kongsi setelah Charly dan Dedy Sudrajat alias Pepeng keluar dan membentuk Setia Band. Charly bahkan sempat mencoba peruntungan menjadi calon wakil gubernur di Pilkada Jawa Barat tahun 2018 ini, namun nasibnya tak semujur di dunia tarik suara.
Wali kini sibuk menjadi bintang sinetron religi untuk memastikan asap dapur tetap ngebul sementara Hijau Daun kini lebih banyak manggung di kota-kota kecamatan. D’Bagindas ditinggal vokalisnya, Bian, yang kemudian membentuk band baru yang menonjolkan namanya, BIAN Gindas. Sementara nama-nama seperti Merpati, Vagetoz, Goliath, atau Salju yang sebelumnya wira-wiri di acara musik pagi kini tidak pernah terdengar lagi jejak karyanya.
Namun dari segala pasang surut tadi, kita patut berterima kasih karena Kangen Band, ST 12, Wali, juga Hijau Daun mampu membalaskan invasi sesama pengusung pop Melayu di negeri tetangga. Kangen Band yang baru lahir tahun 2005 sudah mampu mencecap panggung internasional pertamanya di Malaysia pada tahun 2007. Tahun 2014, mereka bahkan tur di Taiwan, Hongkong, dan Singapura meski penontonnya masih tetap sesama warga Indonesia.
ST 12 tetap mempesona meski ditinggal pergi si icon Charly. Tahun lalu, mereka bahkan mendapat 16 penghargaan platinum dan secara khusus diminta oleh istri Perdana Menteri Malaysia untuk membawakan salah satu hits single-nya “Salam Terakhir”.
Sementara Wali tidak tanggung-tanggung menggelar tur 7 kota di negeri Jiran pada tahun 2012. Belum cukup sampai situ, rentang fanbase juga melebar ke mancanegara. Terima kasih internet, seorang penyanyi berkebangsaan Malta dengan penuh niat membawakan ulang “Cari Jodoh” yang berganti judul menjadi “I No Can Do” itu. Lagu di album kedua band bentukan mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta itu melesat dan menduduki puncak tangga lagu “Top 20 Eurovision” selama 4 minggu berturut-turut!
A revenge best served cold. Perlulah kita berterima kasih pada punggawa pop Melayu yang telah memberikan balas dendam manis ketimbang terus berharap pada tim sepak bola yang sering keok melulu itu. Tidak perlu malu pada (pop) Melayu.
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …