Mei ’98 Dalam Kenangan Musik Indonesia

May 25, 2019

Mengalami nasib album yang tidak dibuatkan launchingnya (mungkin karena dampak Mei 98), label tetap membuatkan video klip sebagai promosi dari band ini ke khalayak ramai. Ada cerita menarik dari video klip dari lagu “Mobil Balap” tersebut. Ternyata kami baru tahu bahwa video “Mobil Balap” yang sempat tayang di MTV dan beberapa stasiun TV di era tersebut adalah video pertama mereka untuk lagu ini.

“Karena video klip pertama jelek, lalu diulang. Tetep lagu “Mobil Balap”. Bukan direvisi tapi dibikin ulang. Sutradaranya Dimas Jay dari Rexinema,” kenang Emil.

Video klip kedua, “Piknik 72″ dibuat dan ditayangkan tujuh bulan setelah @Mobil Balap”.

Album debut Naif mendapatkan promosi-promosi seperti layaknya album pop di label mainstream saat itu. Mereka mendapatkan slot bermain dan tayang video klip di MTV juga Indosiar.  Bermodal debut album, selama Mei – sepanjang 98 Naif juga diberkahi jadwal panggung, meski tak serapat hari ini.

“Sepertinya biasa aja…kayak gue inget anak Trisakti bikin skup kecil lah, anak FISIP UI, atau scene indie jakarta lah, anak kampus (IKJ), Anak ABA ABI, PL Fair. Di IKJ emang pernah ada acara berkaitan dgn situasi 98. Dan kampus per fakultas emang suka bikin acara sih, minimal pas penerimaan mahasiswa baru atau acara-acara internal yang longgar ijin lah, paling cuma ijin otoritas kampus. Manggung sekitar Jabodetabek, Bandung, Jogja, Surabaya ada juga.” ungkap Emil.

Dan, sepanjang 98, Naif sebagai band yang bukan politik tak sengaja pernah kecempulng ke acara-acara partai.

“Kitanya yang gatau itu acara partai. Nama acaranya dikemas seperti acara anak muda gitu, pas dateng weleh-weleh acara partai. Sepanjang 98 ada 2 kali. Golkar dan PRD. Sekarang sih nggak lah. Nggak mau. Gue pernah bilang ke manager, kalo ada tawaran cuma dari 1 atau 2 partai jangan ambil. Tapi, kalo dari banyak partai ga pa pa. Biar secara band dan brand, Naif nggak kemana-mana.” ungkapnya.

“Jerry Bidara (Bulletin-red) bilang, Mobil (Balap) nya uda mulai ngebut tau tau mogok di Mei hehe..”

Tak seperti sekarang, tahun 98 Emil pun sama sekali tak memikirkan soal finansial yang cukup berarti, padahal saat itu ia lumayan direpotkan dengan harga-harga kebutuhan musik yang naik, seiring dengan rupiah saat itu yang melemah.

“(Manggung) honor biasa aja, nggak tinggi. Murah malah. Haha. Wong hepi-hepi thok belum mikir bisnis. Harga2 kebutuhan musik menggila parah. Rokok juga pindah dari Marlboro ke Commodore,” kenangnya.

Meski demikian, Emil masih bisa tersenyum meskipun dengan kondisi yang prihatin saat itu, debut album Naif tetap mendapat apresiasi di kalangan masyarakat luas.

“(Meski) nggak ada laporan tertulisnya juga, dari Bulletin bilang (album Naif) laku dikit hehe, Dia nggak bilang persis berapa, tapi saat itu jualan masih kisaran nasional, jadi antara modal sama jualan gue yakin masih untung,” tutup Emil.

Tahun 98 mengajarkan kepada banyak orang soal bertahan hidup dalam kondisi yang krisis sekalipun, tak terkecuali bagi musisi-musisi Indonesia.

 

____

1
2
3
4
5
6
Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang

5 Musisi yang Wajib Ditonton di Hammersonic Festival 2024

Festival tahunan yang selalu dinanti para pecinta musik keras sudah di depan mata. Jika 2023 lalu berhasil menghadirkan nama-nama internasional seperti Slipknot, Watain, dan Black Flag, Hammersonic Festival kali ini masih punya amunisi untuk …