Mei ’98 Dalam Kenangan Musik Indonesia

May 25, 2019

Bulan Mei tahun 1998 menjadi puncak dari perubahan sosial dan politik di Indonesia. Diawali dengan buruknya perekonomian saat itu dimana rupiah anjlok seiring naiknya nilai tukar dolar yang menyentuh level Rp 11.000,-. Situasi ini makin memanas dengan pecahnya kerusuhan yang terjadi 13-15 Mei yang diawali Tragedi Trisakti 12 Mei. Puncaknya adalah ketika Soeharto mundur jabatannya sebagai presiden RI di tanggal 21 Mei yang menandai puncak dari gerakan reformasi di Indonesia.

Krisis ’98 sudah pasti menyinggung ke berbagai sektor kehidupan. Dari perekonomian, keuangan, sampai industri musik sebagai produk yang dinikmati oleh media massa. Namun kami tidak akan membahas soal karya-karya musik yang bertema reformasi, melainkan lebih ke cerita seru soal musisi dan album-album yang kami anggap penting yang dirilis dalam kondisi sosial politik Indonesia kala itu.

Di tengah krisis, ironisnya banyak album keren tercipta di seputar 98.

Kami meminta lima musisi: Franki ‘Pepeng’ Indrasmoro (Naif), Mohammad Amil ‘Emil’ Hussein (Naif), Bagus ‘Om Bagus’ Dhanar Dana (Netral), Gabriel Bimo Sulaksono (drumer eks Netral/Ahmad band) dan Armand Maulana (vokallis Gigi) untuk berbicara soal kenangan mereka saat merilis album di tahun ’98, terutama sekali saat pecah kerusuhan.

Keempat musisi ini kami pilih secara random, meskipun punya alasan kuat bahwa band-band yang mereka wakili pernah merilis album di tahun ’98 atau melakukan kegiatan bermusik di era ’98. Seperti apa tahun ’98 di kacamata mereka?

Armand Maulana (Gigi)

Armand Maulana menjadi saksi ketika peristiwa Trisaksi 12 Mei terjadi. Saat itu ia tengah berada di jalan pulang menuju rumah sehabis dari Malaysia.

“Gue inget pas baru promo (album) di Malaysia, nah pulang ke rumah kan ke tol tuh nah pas lewat Trisakti nahhhh itu pas lagi orasi tuh Megawati, Adnan Buyung, Amien Rais..trus penembakan trus rusuh deh yang Mei ’98,” kenangnya.

“Gue inget cuma Gigi yang rilis album soalnya label lain pada takut, atau pada dibakarin pita-nya ama kerusuhan”

Sekadar informasi, Gigi merilis album Kilas Balik pada bulan April 1998, satu bulan sebelum pecahnya peristiwa Mei 98. Armand Maulana ingat benar bagaimana Gigi dan pihak label, Sony Music memberanikan diri merilis album mendekat bulan Mei.

“Gue inget cuma Gigi aja yang rilis album soalnya kalo label lain pada takut atau pada dibakarin pita-nya ama kerusuhan,” ungkap Armand.

Walhasil, menurut pengakuan Armand, Gigi adalah band yang lumayan meledak saat itu, band yang digawangi Armand, Budjana, Opeth dan Budi Haryono ini mendapatkan kesempatan untuk tur panjang ke kurang lebih 68 kota. Soal tur, Armand Maulana punya catatan unik.

Budi, Opet, Armand, Dewa. GIGI era album Kilas Balik. Foto: https://reprografi.wordpress.com

“Selama tur tegang banget soalnya kadang ijin bisa keluar atau nggak soalnya kan kerusuhan di mana,” tukasnya.

1
2
3
4
5
6
Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang

5 Musisi yang Wajib Ditonton di Hammersonic Festival 2024

Festival tahunan yang selalu dinanti para pecinta musik keras sudah di depan mata. Jika 2023 lalu berhasil menghadirkan nama-nama internasional seperti Slipknot, Watain, dan Black Flag, Hammersonic Festival kali ini masih punya amunisi untuk …