PHI Tips: Merilis Lagu di Era Streaming

May 19, 2021

Ini adalah artikel pertama PHI di rubrik khusus yaitu PHI Tips. PHI Tips ini nantinya akan memuat beragam tips seputar industri musik yang akan kami sajikan tiap minggunya.

Adapun tips-tips ini pun sebetulnya sudah dipahami oleh sebagian besar musisi tanah air. Namun gak ada salahnya juga kalau kami sajikan ulang sekadar sebagai pengingat.

Tips pertama yang kami sajikan adalah bagaimana strategi merilis karya  musik di era streaming.

Sebelum memulai tips ini, mari kita pahami bahwa era streaming agak berbeda dengan era digital. Era digital sudah kita lewati dari beberapa tahun yang lalu. Jika kalian ngeh, di dalamnya ada beberapa bentuk promosi dan penjualan musik dari RBT, digital download (baik legal maupun ilegal).

Hari ini adalah era streaming, dimana musik hari ini bisa dinikmati dengan cara meminjam dari beragam aplikasi musik yang ada. Penikmat musik tidak bisa memiliki musik seperti era digital download, mereka hanya bisa mendengar lewat playlist maupun katalog katalog musik yang ada di aplikasi.

Dengan adanya playlist, jejak lagu tidak akan hilang, ia akan tersimpan dengan baik di aplikasi musik yang bisa didengar kapanpun, tidak seperti digital download maupun CD dan kaset yang bisa hilang seiring dengan umur dan data yang membengkak di smartphone.

Namun secara kasat mata, era streaming juga berimbas kepada umur musik yang amat sangat pendek. Bisa hitungan seminggu setelah rilis lagu atau mungkin hitungan lima menit setelah orang mendengarkan lagu yang baru rilis. Tantangan untuk musisi? tentu saja. Ini lantas menuntut musisi untuk lebih jeli lagi dalam menulis lagu dan bagaimana mereka menyampaikan karya musiknya secara kreatif.

Di tips merilis lagu era streaming ini akan terbagi menjadi dua. Jika merilis karya musik itu diibaratkan sebagai sebuah pesta, makan chapter pertama tulisan ini kurang lebih akan menjadi: “Pre-Party: Strategi apa yang perlu disiapkan sebelum merilis karya di era streaming”. Nanti di tulisan selanjutnya, akan ada post party, membahas strategi apa yang perlu disiapkan sesudah karya tersebut rilis.

Baiklah, saya David Silvianus dan berikut ada 6 hal/strategi yang perlu diperhatikan atau dipersiapkan musisi sebelum merilis karya di era streaming ini.


Semua bermuara lewat lagu. Bagaimana menulis lagu yang sip yang bisa menyentuh baik telinga maupun hati setiap penikmat musik adalah tugas yang gampang gampang susah. Gak ada rumus yang bagus untuk lagu keren kaya “Secukupnya” atau “To The Bone” atau bahkan “Akad”. Petra Sihombing ngasih tips bahwa 5 detik pertama (which is intro) penting untuk sebuah lagu yang bagus. Namun balik lagi, bikin lagu adalah subyektif dan gak pernah ada lagu yang jelek, yang jelas nempel/gak di telinga semua orang.

 

Terkadang produser adalah penulis lagu sekaligus aranjer yang baik yang bisa mentransformasikan ide-ide di kepala musisi untuk membuat sebuah lagu. Namun produser bisa lebih seperti kuping kedua, ia akan menemani musisi untuk mengetuk palu dimana lagu itu selesai terbuat. Tidak ada aturan apakah kalian benar-benar butuh produser atau tidak.

 

Apa hubungannya fotografer dengan membuat karya musik? Jangan salah, hari gini urusan visual erat kaitannya dengan musik. Visual yang keren (kami gak bilang bagus) akan men-trigger orang untuk mendengarkan musiknya. Sama ketika pertama kali orang datang ke toko kaset untuk melihat album musik. Dan image yang keren salah satunya datang dari tangan fotografer. Bagaimana ia bisa menampilkan sisi musikal musisi dengan potret diri atau image lain yang menggambarkan lagu itu, ini menjadi hal yang menarik. Meski demikian, ini pilihan, Tak harus fotografer profesional, bisa jadi teman-teman di manajemen atau teman-teman selingkaran.

 

Alasan sama dengan fotografer, apakah perlu? Hmm, coba lihat deh. Hari ini musisi sangat tergantung dengan media sosial, Instagram Youtube, dll. Dan hal pertama yang membuat impresi seseorang adalah lewat visual, baik itu foto maupun desain. Kita lihat feed instagram band yang hari ini digarap sedemikian rupa dengan visual yang top notch, bukan hanya flyer yang berisi pengumuman konser, dll.

 

Jika kalian berencana hanya membuat satu single untuk dirilis di aplikasi musik streaming tanpa mengharapkan feedback apa-apa, maka lupakan point ini. Mungkin kalian hanya sekadar taste the water aja, bagaimana orang bereaksi atas musik kalian. Namun jika kalian memandang penting sebuah lagu dan bagaimana kalian mempersiapkan lagu ini dengan baik, maka release plan perlu dibuat. Release plan berisi segenap rencana kalian dari hanya satu single yang sudah siap edar. Detailnya ada: kapan waktu release yang baik, bagaimana tahapan promosi setelah rilis nanti, perlukah ada kolaborasi, apakah ada versi live dari lagu ini dan lain sebagainya.

 

Setelah poin di atas termasuk hal-hal di plan release dibuat, baru karya siap untuk dirilis. Di titik ini, kalian harus membutuhkan agregator. Apakah agregator musik? Aggregator Musik adalah perantara antara musisi atau pencipta dengan platform streaming musik dalam pendistribusian karya cipta baik lagu maupun musik secara digital ke platform tersebut. Jenisnya ada dua: Kalian bisa bekerjasama dengan aggregator seperti Believe Digital/Believe Music atau Believe, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang distribusi audio digital dan video musik yang sejak 2005 sudah wara-wiri di bidang musik digital dan streaming ini. Dengan mereka, selain karya kalian didistribusikan, kalian juga akan diberikan tips dan strategi jitu tentang promosi musik berbekal plan release yang kalian sudah buat.

Namun ini pilihan, jika kalian merasa tidak perlu agregator seperti Believe, kalian bisa dengan mudah merilis karya kalian sendiri lewat TuneCore adalah perusahaan distribusi musik audio digital yang menyediakan layanan gratis (dengan berlangganan) untuk kalian menekan tombol released dan musik kalian bisa ada di setiap aplikasi musik yang ada di seluruh dunia.

_______

Masih belum jelas? Kami sarankan kalian menyimak video yang terkait dengan tips kami di bawah ini. Durasinya cukup panjang, tapi bergizi untuk dinikmati, bukan kaleng-kaleng.

Sampai jumpa di PHI Tips berikutnya.

Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir

Eksplor konten lain Pophariini

Konser Sheila On 7 Tunggu Aku di Berlanjut ke 5 Kota di Indonesia

Awal April 2024, Antara Suara selaku promotor Sheila On 7 Tunggu Aku di Jakarta (TADJ) mengunggah video promosi pertama yang mengisyaratkan Adam, Duta, dan Eross akan melanjutkan konser tunggal mereka ke kota lain.   …

Langit Sore, GFRN, dan Cacha Sholastica Bahas Pengkhianatan Cinta dalam Firasat Berbisik

Kolaborasi bukan suatu hal baru bagi grup musik asal Yogyakarta, Langit Sore. Kali ini mereka menggaet Cacha Sholastica, dan GFRN untuk single berjudul “Firasat Berbisik” yang resmi beredar hari Jumat (29/03) lalu. Terbentuk sejak …