rumahsakit – About Time
Konsistensi mungkin adalah isapan jempol yang seringnya mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Akibatnya, ada banyak band yang tumbang satu per satu di tengah jalan, karena merasa mereka tidak bisa mempertahankan konsistensi.
Salah satu parameter yang menjadi penyebabnya mungkin karena angka streaming yang tidak signifikan, padahal modal buat album besar adanya. Lagu tidak naik-naik, panggung sepi, pada akhirnya band kembali mempertanyakan eksistensinya.
Sebaiknya band harus belajar banyak kepada rumahsakit. Mereka adalah band yang selama dua dekade konsisten di jalannya. Mereka tidak menyiapkan strategi tertentu bagaimana band ini bisa akhirnya naik daun dan digandrungi anak-anak skena di tiap perhelatan. Mereka tidak membuat gimmick-gimmick tertentu, seperti bagaimana membuat notasi lagu yang viral, atau lagu-lagu yang catchy. Semua berjalan normal apa adanya.
Bahkan yang mengejutkan adalah tiga single mereka “Duniawi”, “Sandiwara Semu” dan “Apa yang Tak Bisa” yang pecah ini baru kejadian 5 tahun sejak albumnya dirilis di 2015 silam. Ini membuktikan bahwa mereka percaya bahwa konsistensi membawa hasil yang setimpal sekaligus bukti bahwa pandemi ternyata bawa banyak rezeki buat mereka berupa apresiasi.
Dan kini, 8 tahun berlalu sejak +imeless, About Time dirilis, saya tak punya ekspetasi apa-apa tentang album ini selain full appreciation. Mungkin, berangkat dari kesuksesan tiga single di atas, anak-anak rumahsakit jadi tahu lagu-lagu apa yang dibutuhkan, yang berpotensi jadi hit, atau bisa jadi tidak, mereka hanya menulis jujur dari hati. Pertanyaan yang juga menjadi kecemasan mereka kemudian adalah apakah lagu-lagu ini bisa populer cepat dan tidak menunggu lama seperti di album sebelumnya? Mari kita dedah sedikit.
About Time punya segalanya yang dibutuhkan dari rumahsakit, lagu yang cepat buat goyang atau lagu-lagu lambat untuk bersing-a-long. Tak ada pola khusus buat rumahsakit untuk unjuk gigi musikalitas mereka, selain dari song & lyric-crafting yang bagus yang bisa diamini oleh pendengarnya yang usianya mungkin sudah sama dengan anak atau keponakan mereka.
Seperti “Hingga Selamanya”, “Normal” “Berdua Menua” dan “Don’t Go”, lagu-lagu lambat mengayun yang secara kasat telinga mirip dengan “Duniawi”, notasi yang akrab dan renyah yang ketika dimainkan saja intronya, diharapkan orang bisa langsung kepincut.
Bicara soal kepincut, saya justru kepincut di “Real (Get By)”, lagu yang punya groovy rhythm sepertinya cocok buat goyang indies, seperti yang akan dilakukan begitu mendengar hit-hit Charlatans dan James.
“Metro”, track terakhir yang dipilih jadi salah satu lagu yang dijagokan, punya beat indiepop yang mid tempo, sama seperti “Kuning” (apalagi dengar gitar di detik-detik awal intro), sangat berpotensi menjadi lagu hit, sama seperti “Kabar Bahagia” yang punya bpm yang mirip.
Di sisi penulisan lirik, saya melihat lirik-lirik yang disampaikan Arief pun tak terlalu berubah seperti di album sebelumnya, tak ada hal-hal yang perlu dicurigai dari judul-judul lagu dan isinya selain dari kegelisahan pribadinya seperti tertuang dalam lagu-lagu yang ditulisnya.
Hal-hal kecil lain yang menarik dan tidak berubah dari album +imeless yang dilanjutkan di About Time adalah penggunaan synthesizer Mickey yang makin nyata dan organik, bassline Shandy yang notable yang ini menjadi ciri khas rumahsakit sejak 8 tahun lalu. Kehadiran Lafa Pratomo sebagai produser juga secara tidak langsung menjadi faktor pendukung yang membungkus musik rumahsakit hari ini bisa lebih diterima oleh generasi hari ini.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Syahravi Bawakan Ulang Lagu Fariz RM Diantara Kata
Penyanyi, penulis lagu, dan produser muda, Syahravi hadir dalam album spesial 45 Tahun Fariz RM Berkarya. Ia membawakan ulang lagu sang legendaris berjudul “Diantara Kata” yang diambil dari album Panggung Perak (1981) dengan warna …
Hara dan Frau Rilis Ulang Kabut Putih untuk Penyintas Tragedi 1965
Hara dan Frau resmi berkolaborasi untuk merilis ulang lagu ciptaan Zubaidah Nungtjik A.R. “Kabut Putih” hari Jumat (25/10). Lagu yang diciptakan di tahun 1971 ini menyimpan kenangan dan kekuatan yang ditulis dari balik Kamp …