Wajib Punya! Split Piringan Hitam dari The Panturas dan Sundancer!

Apr 27, 2021

Satu lagi kabar baik untuk kalian para pecinta piringan hitam! Di akhir minggu lalu, La Munai Records mengabarkan bahwa mereka akan merilis sebuah split piringan hitam dari dua unit garda surf-rock terdepan Indonesia saat ini, The Panturas dan Sundancer.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by LaMunai (@lamunairecords)

Ada hal yang spesial di balik split piringan hitam 7 inci ini. Baik The Panturas dan Sundancer membawakan lagu berbahasa daerah asal mereka masing-masing, di mana The Panturas membawakan “Lasut Nyanggut” yang merepresentasikan Jawa Barat, dan Sundancer membawakan “Dedare Tanjung” dari Nusa Tenggara Barat.

Sebenarnya, ide membawakan lagu berbahasa daerah sudah tercetus di tahun 2019 lalu, namun baru dikerjakan di awal tahun 2020.

“Yang jelas iseng saja. The Panturas awalnya pengin dibikinin 7 inch. Itu tahun 2019 kalau nggak salah. Ide awalnya lebih mengejar kualitas rekaman musik garage dari katalog musik lama Indonesia. Kebetulan, beberapa (referensi) dinyanyikan menggunakan bahasa daerah. Kalau gue memang lagi tergila-gila dengan lagu daerah (hibrida). Menurut gue, (pakai) bahasa daerah lebih kena dan punya value-nya sendiri karena bisa present daerah loe. Mau pakai bahasa apa saja kalau lagunya sudah enak ya enak saja [tertawa]”, ujar Rendi dari La Munai Records mengenai hadirnya lagu daerah di split piringan hitam ini.

“Akhirnya kita sepakat buat bikin lagu bahasa daerah. Lebih kayak challenge baru saja buat kita . Kerangka lagunya sudah jadi di tahun 2019, tapi bukan seperti sekarang. Karena kesibukan, baru dikerjakan lagi di tahun 2020 bersama Ricky Virgana (White Shoes and The Couples Company) selaku produser”, lanjut Rendi.

Tidak lama setelah Sundancer menyusul masuk ke La Munai Records, ide ini makin berkembang hingga akhirnya muncul split piringan hitam ini.

“Sundancer masuk La Munai, baru mereka diajakin untuk split. Biar semakin banyak band-band dari luar Jakarta, daripada pakai bahasa Inggris, mending pakai bahasa daerah loe. Tiap hari makan burger mah nggak enak”, tutup Rendi.

Pre-order dari split piringan hitam dari The Panturas dan Sundancer ini dibanderol dengan harga 150 ribu rupiah. Juga tersedia paket bundle yang berisikan piringan hitam dan t-shirt spesial dengan gambar rekaan sampul split piringan hitam ini yang dibanderol dengan harga 300 ribu rupiah.

Bicara mengenai Sundancer, baru-baru ini mereka melepas Suvenir, EP terbaru mereka. EP ini mereka persembahkan untuk mendiang Bagus ‘Jalang’ Wiratomo, vokalis band punk rock asal Yogyakarta, Mortal Combat dan juga salah satu pendiri net label terbesar Indonesia, Yes No Wave Music. Tujuh nomor yang hadir di Suvenir merupakan ciptaan dari mendiang Bagus kala dirinya bertandang ke Lombok. Kerangka musik yang sudah diciptakan oleh mendiang kemudian digarap kembali oleh duo Om Robo dan Decky Jaguar sebagai persembahan terakhir untuk mendiang.

Sementara jika berbicara mengenai The Panturas, di awal bulan Maret lalu mereka melepas “Tafsir Mistik”, sebuah single yang nantinya juga akan hadir di album terbaru mereka yang akan dirilis di pertengahan tahun ini. Diproduseri oleh Lafa Pratomo, “Tafsir Mistik” juga sudah hadir dengan format video musiknya yang sudah bisa disaksikan melalui kanal YouTube mereka.

Masih ada beberapa hari lagu untuk melakukan pre-order dari split piringan hitam ini sebelum tanggal 30 April mendatang. Segera menuju website resmi dari La Munai Records untuk info lengkapnya.


 

Penulis
Raka Dewangkara
"Bergegas terburu dan tergesa, menjadi hafalan di luar kepala."

Eksplor konten lain Pophariini

Marsahala Asal Denpasar Rilis Single Kedua Bertajuk Love Yourself

Solois yang mengusung gaya musik soul alternatif asal Denpasar bernama Marsahala resmi meluncurkan single anyar bertajuk “Love Yourself” hari Jumat (26/04). Sebelumnya sang musisi sudah menandai kemunculannya lewat single “Still Spinning” bulan Februari lalu. …

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang