30 Tahun Raksasa God Bless

Jun 27, 2019

Dengan usia band 46 tahun, aksi panggung dan rekaman-rekaman yang hebat, serta fakta bahwa hari ini masih terus berjalan, tak berlebihan bila God Bless dinobatkan sebagai band untuk semua penggemar rock di Indonesia.

Ridho Hafiedz dari Slank pernah memberi pengakuan pada panggung konser God Bless bertajuk “Badut Badut Jakarta” di Gedung Kesenian Jakarta, 12 November 2018, bahwa ia pernah membeli sebuah gitar hanya karena Ian Antono berpose dengan gitar tersebut di sampul album Semut Hitam (Logiss Records, 1988).

Seorang paman saya pernah bercerita tentang masa mudanya menjadi mahasiswa ITB, Bandung, ketika pertama kalinya menonton God Bless pada 1970an. “Aksi panggungnya seperti band luar negeri. Fuad Hassan mainnya benar-benar keras. Waktu itu, tidak ada band yang musiknya sekeras dan sehebat God Bless!” kurang lebih begitu ujarnya.

God Bless circa 80an. Kiri-Kanan: Jockie Surdjoprajoyo, Ahmad Albar, Ian Antono, Teddy Syah, Donny Fattah. Foto: dok. God Bless

Bahkan hanya dengan melihat foto-foto God Bless saja, saya tidak bisa meragukan kedahsyatan band itu. Melihat fashion glam rock mereka yang total, dengan maskara dan boot super jangkung. Atau ketika suatu hari di kamar Andre “Kubil” Idris dari The Upstairs saya menemukan foto-foto asli God Bless sedang pawai menangkringi Jeep tanpa atap di sebuah kota. Sungguh berimaji rock star!

Sedangkan saya justru punya pengalaman culun bersama God Bless. Suatu malam saya melihat bassist Donny Fattah di HERO Pondok Indah Mall, langsung saja meminta izin untuk foto bersama. Tapi ternyata batere HP saya mati. Donny Fattah cuma berkata dengan senyum ramahnya, “Oh, nggak apa-apa”.

“Aksi panggungnya seperti band luar negeri. Fuad Hassan mainnya benar-benar keras. Waktu itu, tidak ada band sekeras dan sehebat God Bless!”

Ya, begitulah God Bless. Band ini dirayakan oleh berbagai generasi. Dahulu, sebelum  internet tersedia dan informasi jadi sangat mudah didapat, salah satu cara menandakan generasi pendengar God Bless adalah dari pengalaman menonton panggung dan menyimak album-albumnya. Generasi pertama terpapar kehebohan pentas sejak 1973 dan debut album God Bless (PramAqua, 1976), atau bagi yang lebih muda memulainya dari album Cermin (JC Records, 1980), baru kemudian mengikuti album-album berikutnya. Sementara generasi setelahnya mendapatkan God Bless pertamakali pada Semut Hitam dan diikuti Raksasa (Logiss Records, 1989), baru kemudian mengintip karya-karya God Bless sebelumnya via album kompilasi Story of God Bless (Logiss Records, 1990) dan 18 Greatest Hits of God Bless (Logiss records, 1992), sambil juga berkenalan dengan “Anak Adam” (dari album Cermin) dan nomor balada “Dunia Panggung Sandiwara” dari Duo Kribo—proyek album duet Achmad Albar-Ucok AKA–  melalui rekaman reportoar Gong 2000, sebuah kolektif musik yang sangat beririsan dengan God Bless di mana Ian, Achmad, dan Donny berada di sana.

Album Semut Hitam yang diracik bukan berupa progressive rock seperti Cermin, melainkan hard rock 1980an, sukses besar di pasaran! Tapi sebenarnya jurus God Bless tidak sesederhana itu. Meskipun tak terlalu kompleks, bukan berarti komposisi-komposisi di Semut Hitam tidak luar biasa, baik musik maupun lirik. Solid. Saya bersepakat dengan pendapat gitaris Eet Syahranie di saluran YouTube Denny Mr Official bahwa God Bless adalah band rock 1970an yang berhasil membuat musik rock 1980an di Semut Hitam dan Raksasa. Sangat berhasil, bahkan. Karena God Bless berselancar bersama gelombang trend kala itu dengan sidik jarinya dan bobot yang tidak dikorting. Faktor utama yang membuat God Bless melibas dan meninggalkan jejak gigantik.

1
2
Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …