Album yang Mengubah Hidup: Ugoran Prasad ‘Melancholic Bitch’
Bagi para penggemarnya, apa yang dilakukan Melancholic Bitch selama rentang waktu dua bulan ini benar-benar membawa kejutan serta kebahagiaannya tersendiri.
Di rentang waktu tersebut, mereka kembali ke atas panggung setelah cukup lama tidak terdengar kabarnya. Dimulai dari gelaran Cherrypop di bulan Juni, dilanjutkan dengan panggung kejutan di Prambanan Jazz beberapa minggu lalu.
Tidak hanya itu, karena mereka juga telah mengonfirmasi akan tampil di Bandung, tepatnya di Liga Musik Nasional (Limunas) bersama Kuntari pada tanggal 16 Juli mendatang dan juga festival musik Pestapora di penghujung bulan September.
Ditemui di Prambanan Jazz (01/07), Ugoran Prasad mewakili Melancholic Bitch menjelaskan alasan mengapa akhirnya mereka kembali ke atas panggung setelah absen cukup lama.
“Dua tahun ini mengajari kami banyak hal. Teman-teman, kru dan semangat orang-orang untuk balik lagi. Kalau kami bisa sedikit saja terlibat dalam proses recovery teman-teman, kami akan merasa sangat bersyukur. Kami kehilangan banyak teman-teman, dua tahun kita semua tiarap. Jadi kayaknya enggak ada waktu paling tepat selain sekarang untuk balik ke panggung, balik untuk menyapa teman-teman, dan itu yang kita usahakan”, tutur pria berpostur jangkung tersebut.
Ia juga menambahkan bahwa, tahun 2022 ini akan menjadi tahun di mana Melancholic Bitch naik ke atas panggung lebih banyak dari rentang waktu tahun 2013 hingga 2021.
“Itung-itungannya jelas ya. Di tahun 2022 ini, kita akan main lebih banyak dari antara 2013 sampai 2021”, lanjutnya.
Sambil menunggu kabar selanjutnya dari Melancholic Bitch, simak cerita dari Ugoran Prasad mengenai album yang mengubah hidupnya di bawah ini.
Rage Against The Machine – Evil Empire
Adalah album kedua dari Rage Against The Machine, yakni Evil Empire yang menjadi pilihan dari Ugoran. Ia bercerita, bahwa pertemuannya dengan sang album terjadi saat kelulusannya dari bangku SMA.
“Kalau harus nyebut, karena waktu itu masih lulus SMA, Evil Empire dari Rage Against The Machine”.
Alasan mengapa ia memilih album tersebut bukan karena lagu-lagu di dalamnya, namun berkat sleeve dari album yang memuat booklet berisikan buku-buku tentang politik dan filosofi.
“Karena sleevenya malahan. Di sleeve itu, ada foto buku-buku. Jadi kayak anak rock, anak metal boleh baca buku gitu. Waktu itu [aku] masih kecil banget kan, punya buku itu seperti bukan bagian dari aktivitas main band. Apalagi baca buku. Kan seolah-olah ada split antara anak band yang pengin bebas dengan misalnya pendidikan, kegiatan baca buku, dan seterusnya. Tapi sleevenya si Evil Empire itu ada buku The Anarchist Cookbook (William Powell), ada Live from Death Row (Mumia Abu-Jamal), ada macam-macam”.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …