Enam Musisi Ini Garap Album di Masa Pandemi Corona
Masa pandemi Corona menjadi hal yang tak terbayangkan sebelumnya bagi siapapun, termasuk band atau musisi yang biasanya menggarap karya musik dengan cara bertatap muka di studio, misalnya.
Selama dua bulan ini, tiap musisi harus membiasakan diri berkomunikasi jarak jauh, hingga melaksanakan rekaman musiknya di rumah personel band masing-masing. Adapula yang mengaku, tantangan dari semua itu mental.
Di artikel ini, kami mengunjungi ‘dapur’ musisi-musisi yang masih aktif menggarap materi album maupun yang tinggal menunggu waktu rilis, seperti The S.I.G.I.T., White Shoes and The Couples Company, Heals, Moon Gang, Elephant Kinds, Bam Mastro, Dialog Dini Hari, dan Pamungkas.
Simak jawaban mereka di bawah ini:
Rekti Yuwono (The S.I.G.I.T.)
Lagi garap materi untuk The S.I.G.I.T atau Mooner?
Sekarang sedang mengerjakan materi baru The S.I.G.I.T. Sebetulnya pengumpulan materi lagu sudah dimulai dari tahun 2016-an. Tapi baru tak kunjung menemukan titik puas.
Sejauh mana mana proses rekamannya?
Hingga awal 2020 terkumpul lagu-lagu yang dirasa OK bagi kami dan memulai proses rekaman. Tetapi di tengah-tengah proses rekaman muncul pandemi dan PSBB yang membuat kami terpaksa tidak kumpul di studio. Sementara ini kami mengerjakan dengan apa yang kami punya di rumah masing-masing, dengan komunikasi jarak jauh.
Bakal ada musisi musisi tamu atau hal baru apa yang berbeda di materi kali ini?
Belum ada rencana pasti mengenai musisi tamu sih. Kalau mengenai hal baru, memang hal yang selalu coba kami kedepankan di setiap materi baru.
Tema lagunya sendiri soal apa?
Soal tema sebetulnya agak sulit untuk dikemukakan secara deskriptif. Saya pribadi lebih suka menuangkan tidak terlalu gamblang ke dalam karya dalam bentuk nada dan visual. Biasanya lebih sulit daripada mengungkapkan dengan kata-kata. Tetapi kalau berhasil biasanya bisa terasa oleh yang didengar. Yang pasti temanya sangat berhubungan dengan apa yang sedang dialami saya sendiri dan juga semua orang. Kalau secara musik, kami tidak pernah membatasi diri pada genre. Justru genre kami jadikan sebagai pallete untuk memberi warna pada karya sebagai tools.
Ada nggak kendala selama garap musiknya mengingat sikonnya berbeda (di masa pandemi corona)?
Kesulitan utama memang mobilitas dan keterbatasan ruang berkumpul. Komunikasi jarak jauh membuat proses menjadi semakin lambat. Selain juga keterbatasan pribadi dalam mengerjakan rekaman secara mandiri. Di sisi lain, keadaan ini membuat bantuan orang-orang terdekat, seperti kru dan teknisi, semakin berarti.
Ricky Virgana (White Shoes and The Couples Company)
Proses rekaman sejak 2019. Trus sekarang penggarapan album sudah sampai mana?
Proses pembuatan lagu itu berjalan dari 2018, tapi pertama start masuk studio itu 28 September 2019. Kalo untuk hanya rekamannya saja sudah 90% paling tinggal ada sisa 1 lagu untuk Ale isi guitar dan Mela isi synth, keyboard etc. Lalu ada satu lagu lagi yang vokalnya akan di take ulang. Lainnya untuk mixing/mastering, artwork album dan produksi rilisan fisik yang mungkin akan lama.
Di album ini ada musisi tamu atau kolaborasi dengan siapa nggak?
Sejauh ini hanya kita aja kok dari team White Shoes dan ada Doni Yusran yang ikut membantu teknis rekaman juga piano, Adra Karim yang menulis part untuk brass section, juga teman lama kami Sabu Donald yang menulis part strings.
Kapan target rilis albumnya sudah bisa dibocorkan judul serta berapa lagu?
Semoga akhir September sampai Oktober, karena biasanya kita agak lama untuk menyiapkan artwork cover album, judul album masih belum bisa gue sebut tapi mungkin akan ada 11 lagu.
Siapa atau apa yang menjadi inspirasi dalam penggarapan musik kali ini?
Gak jauh-jauh paling keluarga tercinta (anak, orang tua kami), kota jakarta, teman, masakan tradisional dan keadaan sekarang.
Ada nggak kendala selama garap musiknya mengingat sikonnya berbeda (di masa pandemi corona)?
Karena kebetulan proses produksi dilakukan sebelum corona, palingan hanya sesi yang tadi saya sebutkan diatas (mixing/mastering, artwork album, produksi rilisan fisik) yang terhambat karena corona. Masalah waktu masing-masing personil yang agak sulit, tapi ketika kita ketemu kesulitan itu seperti gak ada sama sekali. Semua berjalan natural dan santai banget.
HEALS
Gimana proses rekaman musik Heals, single atau album kah?
Alyuadi: Prosesnya menarik, banyak menemukan kejutan, hal-hal yang kami tidak sangka sebelumnya ternyata bisa terjadi. Beberapa lagunya sudah masuk proses post-production. Yes both single and album
Eca: Saat ini kami lagi ngerjain album, dan single juga tentunya. Prosesnya lebih seru dan menantang sih soalnya banyak kejadian diluar dugaan, salah satunya kalo dari faktor eksternal sih kejadian pandemik covid-19 yang bikin kita bekerja dan berfikir lebih keras untuk bisa survive dan produktif selama masa pandemi tersebut.
Octavia: Prosesnya banyak mengenalkan kami pada hal yang baru. Mulai dari cara memainkan instrumen masing-masing, cara rekaman hingga ganti-ganti metode rekaman yang sering kami lakukan untuk menyelamatkan waktu. Single, album & sisanya gatau mungkin akan jadikan hadiah quiz.
Nemu cara-cara ajaib apa selama rekaman?
Alyuadi: Banyak sekali kami menemukan kejutan yang tidak disangka, setiap materi yang baru kami kerjakan didalamnya pasti terdapat cara ajaib, but it will be called magic if it becomes a secret right?
Eca: Hmmm kalo cara ajaib selama rekaman sih kayanya Aldi dan Pia sekarang jadi lebih ngulik alat rekam biar kita bisa ngerekam di tempat masing masing, setidaknya bisa mempersiapkan/mematangkan materi dulu sebelum masuk studio rekaman yang “proper”.
Octavia: Ada lagu yang dibuat oleh masing-masing personil lalu didevelop lagi oleh yang lainnya, ada yang spontan dan ada juga yang terima jadi. Hasilnya bener-bener surprising.
Kira-kira ngomongin apa lagu/album barunya Heals?
Alyuadi: Sejauh ini saya memiliki kecenderungan menulis sekitar “tenggelamnya diri yang dikonversi menjadi sebuah penyelaman”, atau menghilang kedalam suatu entitas yang mungkin lebih baik, sisanya beragam, kadang nyasar juga, tapi kali ini lebih banyak dan berani untuk menuliskan pengalaman/perasaan personal dibanding sebelumnya yang lebih banyak merekayasa cerita
Eca: kalo aku sih secara garis besarnya nulis lagu untuk album sekarang mood nya lebih ke arah sesuatu yang berbau flirty, nakal, dan bergairah. Akwoakwoak
Octavia: Ada juga lagu dengan judul yang spontan. Tanpa berpikir, selewat di kepala dan langsung ketik.
Siapa atau apa yang menjadi inspirasi dalam penggarapan musik kali ini?
Alyuadi: Semua teman-teman musisi yang merilis karyanya selama kami tidak merilis apapun cukup menginspirasi kami.
Eca: Fenomena-fenomena yang terjadi di dalam diri pribadi sih kayanya yang menginspirasi.
Octavia: Referensi lagu dari musisi-musisi yang sebelumnya belum pernah didengarkan. 2019 sampai sekarang Jazz dan lagu-lagu dengan bagan yang repetitif lumayan mendominasi mood. Hal yang nggak pernah diduga.
Ada nggak kendala selama garap musiknya mengingat sikonnya berbeda (di masa pandemi corona)?
Alyuadi: Ada, yang biasanya kami gemar diam di satu rumah untuk workshop, jamming atau sekadar nongkrong, sekarang lumayan terhambat, jadi beberapa dari kami melakukan kegiatan rekaman di rumah masing-masing saja, walau kadang terpaksa kami langgar.
Eca: buanyak boshh, terutama mobilitas dan waktu. Banyak agenda yang miss sehingga kami harus reschedule agenda yang sudah matang, lalu jadi agak sulit untuk ketemu dan mengerjakan sesuatu bersama. Hhhhhh korona bangsat.
Octavia: Tentunya banyak menyita waktu sih. Dimana, ketika berkumpul segalanya jauh bisa lebih cepat. Tapi, tetap bersyukur masih bisa produktif ngeberesin dibandingkan bosan males-malesan.
Bam Mastro (Elephant Kind / Moon Gang)
Mana sekarang yang lagi difokuskan proyek solo, Elephant Kind, atau Moon Gang dalam penggarapan album?
Sebenernya tiga tiga-nya tapi karena kondisi seperti ini dan mungkin gue sempet post juga di instagram kemarin gue sempat sakit dimana gue harus lebih banyak istirahat untuk jaga kondisi tubuh. Tahun lalu gue udah rencana untuk release 3 projects itu di tahun ini. Tapi gue percaya bahwa ngelaluin ini itu salah satu prosesnya, mungkin jadi cerita lagi di album album gue berikutnya.
Boleh nggak ceritain masing-masing album sudah sampai mana prosesnya?
Kalo Moon Gang sih sudah cukup jauh karena sempet ke Ubud sama Aeng untuk writing retreats, kalo yang lain masih on the surface aja, belom jauh.
Ada nggak sih kendala selama menggarap musik? Mengingat sikon kali ini pastinya akan sangat lah berbeda buat musisi
Ngga sih, tapi kalo kaya yang group seperti Elephant Kind or Moon Gang jadi agak lebih sulit karena harus ketemu kan dan program untuk bikin musik jarak jauh yg canggih juga belom sampai titik dimana accessible untuk pelaku seni. Yang jelas Moon Gang tunda release, untuk Elephant Kind kita udah sangat baik work flow-nya karena sudah bertahun-tahun bersama so we can make it work in any condition, semoga ya. Jadi kalo emang kita kondisi baik dan sehat trus, expect an album soon. Untuk solo gue , ya, ditunggu juga aja.
Kira-kira bakal ada kolaborasi sama musisi tamu nggak di album ini nanti?
Nah, itu belum kepikiran sih. Tapi pengennya si ada.
Trus siapa atau apa yang menjadi inspirasi dalam penggarapan musik, misalnya soal tema album atau per lagu?
Kalo di Moon Gang emang kita mau bahas tentang relationship dari sudut pandang male tapi ga yang udah udah, coba lebih dalam lagi relationship secara emotional dan visceral. Elephant Kind dan solo gue masih belom tau, ditunggu aja ya.
Dadang Pranoto (Dialog Dini Hari)
Ada nggak kendala selama garap musiknya mengingat sikonnya berbeda (di masa pandemi corona)?
Proses rekaman dari rumah masing-masing yang seringkali bikin gemas, karena workshop lagu sebelumnya selalu jamming di studio. Jadi saat membahas aransemen, kita meresponnya kirim-kiriman data. Tapi seru juga karena ini pertama kali kami lakukan.
Ceritakan sudah sampai mana proses penggarapan mini album Setara?
Mini album Setara akan berisi 4 lagu, per hari ini (2/6) tinggal & sedang merekam suara latar untuk 1 lagu bersama Bonita (BNTH) & Lyta (Soulfood), setelahnya masuk proses mixing & mastering. Paling lambat akhir Juni sudah rilis.
Apa yang berbeda dari album-album sebelumnya, mengenai tema besar dan eksplorasi musiknya?
Tema besarnya, mungkin lebih pergulatan manusia menghadapi pandemi global, dengan segala tumpang tindih kebijakan yang secara filosofi menggugah tiap kelompok manusia membantu kelompok lainnya, jadi mini album ini dibuat atas situasi Indonesia-dunia keseluruhan. Dan tentunya ruh dari sebuah musik folk atau seniman secara garis besar adalah merespon atau memaksimalkan sensitivitas sosial kita untuk melihat jelas apa yg terjadi dilingkungan kita. Eksplorasinya, kita selalu bebas mengasah diri, mencoba hal baru. Dan kebetulan saja Pohon Tua menggunakan kembali Electric gitarnya, jadi mungkin suasana berubah, tapi kami yakin blueprint yang kami pegang sejak lama masih tetap sediakala.
Pamungkas
Ceritakan sudah sampai mana proses penggarapan album baru Solipsism?
Sebenernya udah selesai tapi sekarang lagi re-mastering entah karena insecure, deg-degan mau rilis atau memang belum maksimal. Ok, jadi gue sewa apartment bulan November tahun lalu untuk dijadikan studio dan kamar gue selama 6 bulan buat rekaman Solipsism (judul album-red) karena Solipsism kan artinya menurut google tuh kan adalah an idea that only exist in one mind & only that person who understands — makanya gue bener-bener kondisikan diri sendiri untuk isolasi just to be able to really think my own thoughts to feel my own feelings, karena majority of the songs di selesaikan penulisannya di kamar apartment itu. Yaaa, ala ala gitu sih tapi tujuannya adalah gue emang pengen bener-bener fokus di album ini, plus ngerjain album ini pas gue lagi skripsi, sidang dll kan. Jadi memang butuh tempat khusus untuk be in the zone and really focusing on producing the album.
Trus apa yang berbeda dari album-album sebelumnya, mengenai tema besar dan eksplorasi musiknya?
Di album ini ada 11 lagu dan semuanya lagu baru yg gue tulis 2019-2020 + justru di album ini gue gak mau ada tema. I want it to be about the music, at least thats the aim. I think ive had enough with thematic sort of album concept with WTT & Flying Solo. In Solipsism i really did explore with my vocal range and sounds too of course. Setelah tur bareng Petra dan Prince Husein tahun lalu 2019, gue belajar banyak banget tentang sound dari Petra dan vokal dari Prince plus gue juga beruntung bgt banget sepanggung sama banyak musisi lain kayak Reality Club, Kunto Aji, The Panturas, Vira Talisa, Sal Priadi, Barasuara, Nidji dll. Ngerasain juga main di festival besar jadi bisa ngulik banget. Gue sering banget perhatiin mereka dari belakang panggung sambil belajar hal-hal. I’m so lucky tho bisa bener-bener experiencing so many vibes from various artist from backstage, jadi emang kerasa banget beda kalo nonton dari depan panggung sama dari belakang. But then again, kalau ditanya apa yag beda — im trying my best to keeping it all about the music first and foremost. Hopefully people will get that.
Bakal ada musisi tamu nggak?
Ada backing vocal, kita minta tolong Vira Talisa karena liriknya bahasa Prancis. Sisanya dari penulisan, produksi (drum, bass, synths, gtr, piano, voc, back voc), mixing, mastering design dll masih ngerjain sendiri, hehehehe.
Siapa atau apa yang menjadi inspirasi dalam penggarapan musik kali ini?
Sebenernya inspirasinya hanya dan selalu tentang pengalaman sih, hidup gue berubah banget for the past 2 years dengan adanya Walk the Talk dan Flying Solo. Experiences yang gue dapetin di setahun terakhir bisa dibilang jadi major part of what the album is all about. Tho it’s about my perspective/my take on certain things but hopefully perspective wise — albumnya tetap terdengar balance. Kata ‘solipsis’ itu mungkin adalah kata favorit gue, gue tau kata ini jauh sebelum ada Walk the Talk, selalu punya feeling suatu saat nanti gw akan menggunakan kata solipsism untuk art gue. Think it’s the right time now.
Ada nggak kendala selama garap musiknya di masa Pandemi ini?
Mental sih. Corona lebih hajar mental gue banget. Gue jadi sadar ternyata selama ini gue bikin musik tuh datang dari kebahagiaan kesenangan keceriaan. Pas corona gue agak dark sih nggak ketemu orang dan sendirian apartment. Malah susah ketika dark mental nya. Challange terbesarnya adalah tetep cari balance nya walaupun kehidupan sedang aneh anehnya dgn adanya corona. Struggle-nya tuh justru di mental yang paling berat. Membangun kembali mindset positif itu yang paling susah pas lagi corona ini.
_______
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Fraksi Penemu Sepeda Bercerita tentang Hobi di Single Gocapan
Setelah merilis single “Olahgaya” 2023 lalu, Fraksi Penemu Sepeda asal Bogor resmi meluncurkan karya terbaru berupa single dalam tajuk “Gocapan” hari Rabu (23/10). Lagu ini menceritakan serunya pengalaman bersepeda sambil mencari sarapan pagi. …
Beltigs Asal Bandung Menandai Kemunculan Lewat Single Pelican Cove
Bandung kembali melahirkan band baru yang menamakan diri mereka Beltigs. Band ini menandai kemunculan mereka dengan menghadirkan single perdana “Pelican Cove” hari Kamis (07/11). Beltigs beranggotakan Naufal ‘Domon’ Azhari (gitar), Ferdy Destrian …
[…] The SIGIT menutup bulan Juli 2020 dengan merilis single terbaru berjudul “Another Day” Jumat, 31 Juli 2020. Sebelumnya, Rekti pernah menginformasikan kepada Pop Hari Ini bahwa band sudah mengumpulkan materi lagu sejak tahun 2016-an. […]
[…] Enam Musisi Ini Garap Album di Masa Pandemi Corona […]