Mei ’98 Dalam Kenangan Musik Indonesia
Bulan Mei tahun 1998 menjadi puncak dari perubahan sosial dan politik di Indonesia. Diawali dengan buruknya perekonomian saat itu dimana rupiah anjlok seiring naiknya nilai tukar dolar yang menyentuh level Rp 11.000,-. Situasi ini makin memanas dengan pecahnya kerusuhan yang terjadi 13-15 Mei yang diawali Tragedi Trisakti 12 Mei. Puncaknya adalah ketika Soeharto mundur jabatannya sebagai presiden RI di tanggal 21 Mei yang menandai puncak dari gerakan reformasi di Indonesia.
Krisis ’98 sudah pasti menyinggung ke berbagai sektor kehidupan. Dari perekonomian, keuangan, sampai industri musik sebagai produk yang dinikmati oleh media massa. Namun kami tidak akan membahas soal karya-karya musik yang bertema reformasi, melainkan lebih ke cerita seru soal musisi dan album-album yang kami anggap penting yang dirilis dalam kondisi sosial politik Indonesia kala itu.
Kami meminta lima musisi: Franki ‘Pepeng’ Indrasmoro (Naif), Mohammad Amil ‘Emil’ Hussein (Naif), Bagus ‘Om Bagus’ Dhanar Dana (Netral), Gabriel Bimo Sulaksono (drumer eks Netral/Ahmad band) dan Armand Maulana (vokallis Gigi) untuk berbicara soal kenangan mereka saat merilis album di tahun ’98, terutama sekali saat pecah kerusuhan.
Keempat musisi ini kami pilih secara random, meskipun punya alasan kuat bahwa band-band yang mereka wakili pernah merilis album di tahun ’98 atau melakukan kegiatan bermusik di era ’98. Seperti apa tahun ’98 di kacamata mereka?
Armand Maulana (Gigi)
Armand Maulana menjadi saksi ketika peristiwa Trisaksi 12 Mei terjadi. Saat itu ia tengah berada di jalan pulang menuju rumah sehabis dari Malaysia.
“Gue inget pas baru promo (album) di Malaysia, nah pulang ke rumah kan ke tol tuh nah pas lewat Trisakti nahhhh itu pas lagi orasi tuh Megawati, Adnan Buyung, Amien Rais..trus penembakan trus rusuh deh yang Mei ’98,” kenangnya.
“Gue inget cuma Gigi yang rilis album soalnya label lain pada takut, atau pada dibakarin pita-nya ama kerusuhan”
Sekadar informasi, Gigi merilis album Kilas Balik pada bulan April 1998, satu bulan sebelum pecahnya peristiwa Mei 98. Armand Maulana ingat benar bagaimana Gigi dan pihak label, Sony Music memberanikan diri merilis album mendekat bulan Mei.
“Gue inget cuma Gigi aja yang rilis album soalnya kalo label lain pada takut atau pada dibakarin pita-nya ama kerusuhan,” ungkap Armand.
Walhasil, menurut pengakuan Armand, Gigi adalah band yang lumayan meledak saat itu, band yang digawangi Armand, Budjana, Opeth dan Budi Haryono ini mendapatkan kesempatan untuk tur panjang ke kurang lebih 68 kota. Soal tur, Armand Maulana punya catatan unik.
“Selama tur tegang banget soalnya kadang ijin bisa keluar atau nggak soalnya kan kerusuhan di mana,” tukasnya.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit
Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …
Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika
Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan. …