Mei ’98 Dalam Kenangan Musik Indonesia

May 25, 2019

Mohammad Amil ‘Emil’ Hussein (Naif)

Menarik menyimak cerita soal Armand Maulana, Bagus, Bimo dan Pepeng soal krisis dan kerusuhan pada Mei 98. Seperti halnya mereka berempat, Mohammad Amil Hussein atau yang dikenal dengan Emil Naif punya cerita yang jauh lebih menarik.

Di tahun 98, Dirinya dan Bagus Netral tinggal di satu kost yang sama di kawasan Manggarai Utara yang ternyata adalah rumah Ameng, manajer White Shoes and The Couples Company (dulu manajer Rumahsakit- red). David Bayu, vokalis Naif juga adalah teman sekamar Emil di kost tersebut.

Pos polisi semua kosong. Sisa gas air mata sampai pagi masih berasa, jadi Kalo naik motor Kena mata berasa banget,”

Pemandangan kerusuhan Mei 98 menjadi sesuatu yang membekas dan tak terlupakan di memori pencabik bass Naif ini. Kepada PHI, ia bercerita panjang lebar.

“Jadi waktu itu ada jarak antara rekaman selesai lalu rilis dan bikin video klip. Semua masih pada kuliah juga. Jadi masih wara wiri di kampus. Situasi Jakarta sih biasa aja, sampe sehari sebelum pendudukan DPR oleh mahasiswa juga Jakarta biasa aja. Tapi setelah itu ya di sekitar kampus kacau. Aku ada di sekitar kampus, kost (gue waktu itu kost di Manggarai Utara depan rumah Ameng, sekamar sama Toni Tandun dan belakangan David). Jalan kaki dari kampus sampe kost bareng-bareng melewati penjarahan sekitar Cikini. Ada mall Menteng Prada yang dijarah, makanan bertebaran di jalan, Hero Gondangdia, dll,” kenangnya.

Bassist bertubuh jangkung ini menjadi saksi bagaimana kondisi ibukota yang ‘lumpuh’ seketika, dari kostnya di Manggarai, kampus di Cikini sampai daerah sekitar rumah orang tuanya.

“Di rumah ortu gue di Tomang, yang notabene dekat sekali dengan area Monas, Medan Merdeka, sih aman aman aja. Tapi emang setelah itu, banyak isu mau ada penyerbuan rampok dari luar Jakarta lah, inilah itulah, tapi so far yang terjadi sepenglihatan dan ‘berita ngetop’ saat itu ya penjarahan dan pembakaran. Pos-pos polisi semua kosong. Sisa-sisa gas air mata sampai pagi masih berasa, jadi kalo naik motor nggak pake kacamata, wah berasa banget,” tambahnya.

Meski demikian terlepas dari rasa prihatin yang ada di dalam hati Emil, namun kala itu di benaknya ialah album perdana Naif yang harus ditunda jadwal rilisnya oleh label mereka, Bulletin Records.

“Jerry Bidara (Bulletin-red) bilang, Mobil (Balap) nya uda mulai ngebut tau tau mogok di Mei hehe,” katanya soal album Naif saat itu.

“Kalo dihubungin antara gue sebagai mahasiswa pada saat itu, juga sebagai musisi yang baru masuk industri, di kepala gue saat itu ya cuma suasana seru dan mikir gimana nih album, gitu doang…hehe…gak mikir lain dari itu. Malah yang gue inget, gue tergolong yang males menghubung hubungi antara kegiatan musik gue dan situasi politik pada saat itu. Karena gue pikir musik yah pada saat itu Naif mainin itu adalah musik yang bermusik aja, nggak buat mengumpulkan massa lalu ikut meneriakkan hati nurani rakyat dan sejenisnya. Buat jogedan doang, ” tambahnya.

1
2
3
4
5
6
Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

100 Lagu Indonesia Terbaik 2024

Melanjutkan apa yang sudah berjalan di tahun-tahun sebelumnya, redaksi Pophariini kembali membuat daftar 100 lagu Indonesia yang menjadi perhatian di sepanjang 2024. Lagu-lagu berbagai genre ini kami kumpulkan berdasarkan preferensi pribadi dan tentu sambil …

Kaleidospop Musik Indonesia 2024 Versi Pophariini

Panggung musik dengan berbagai konsep pertunjukan, baik yang intim, festival besar, hingga konser tunggal masih bertebaran di tahun ini. Saking banyaknya pilihan, yang mana kedua tangan tak selalu bisa menggapai, terpaksa ada yang terlewatkan. …