Romantic Echoes – Persembahan Dari Masa Lalu
Artist: Romantic Echoes
Album: Persembahan Dari Masa Lalu
Label: Orca Music Club
“Susah, tapi pasti bisa.”
Kira-kira kalimat itulah yang bisa menggambarkan fenomena seorang vokalis yang memutuskan untuk membuat sebuah proyek solo.
Kenapa susah? Karena untuk melepaskan embel-embel si band sang vokalis dari pundaknya bukanlah perkara mudah, apalagi ketika ‘suaranya’ sudah sangat khas dengan si band tersebut.
Mari kita ambil contoh di beberapa tahun terakhir.
Salah satu nama yang pasti tersebut ialah Hindia alias Baskara Putra, ujung tombak dari .feast yang memutuskan untuk menjajal solo karir. Dirinya terbilang sebagai nama yang sukses melepaskan embel-embel sang band dari pundaknya, bahkan bertebarannya respon positif yang didapat setelah rilisnya Menari Dengan Bayangan, album perdananya.
Contoh paling terbaru? Tentu saja Romantic Echoes alias J.Alfredo, yang juga dikenal sebagai vokalis dari Pijar. Sejak November tahun 2019 lalu, dirinya hadir dengan moniker Romantic Echoes yang langsung menyedot perhatian khalayak dengan rilisnya double single “You Made Me Smile” dan “You Made Me Cry” bersama dengan Oslo Ibrahim.
Setelahnya hingga pertengahan Juni 2020, Romantic Echoes terlihat makin serius dengan hadirnya rangkaian single-single ‘cicilan’ menuju album penuh perdananya. Rangkaian ini dimulai dengan “Permataku”, “Arungi”, “Tentang Bunga”, hingga sebuah single super kejutan, “Yang Tercinta” yang memuat kolaborasi antara dirinya dengan Bilal Indrajaya dan Noh Salleh.
Hingga akhirnya di pertengahan Juni 2020, Persembahan Dari Masa Lalu resmi Romantic Echoes lepas, mengakhiri rasa penasaran para pendengarnya setelah hanya diberikan kisi-kisi sejak November tahun lalu. 12 nomor hadir, dimana diantaranya juga termasuk single-single yang sudah lebih dulu dirilis. Lalu, apa yang spesial dari album ini?
Entah disengaja atau tidak, Persembahan Dari Masa Lalu menawarkan pengalaman yang sesuai dari judulnya, ‘masa lalu’. Sejak nomor pertama hingga terakhir, Romantic Echoes dengan lihai membalut kisah-kisahnya (yang banyaknya bertemakan seputar cinta, tentunya) dengan nuansa-nuansa lawas era 60-70an, dipadukan dengan beberapa sentuhan modern.
Nuansa lawas yang ditawarkan oleh Romantic Echoes ini hampir mirip dengan apa yang ditawarkan oleh Maliq & D’Essentials dengan Musik Pop-nya di tahun 2014 lalu. Benang merah diantara keduanya adalah eksperimen menjadi sajian utamanya. Pada Musik Pop, Maliq & D’Essentials mencoba untuk ‘keluar’ dari zona nyamannya dengan melepas sebuah album ‘pop’ yang terdengar asing saat itu (2014), namun lumrah dijumpai di era-era 70an, dimana nama-nama seperti Fariz RM dan Guruh Soekarno Putra juga membawakan musik ‘pop’ seperti itu.
Mirip dengan yang Romantic Echoes tawarkan di Persembahan Dari Masa Lalu ini, bagaimana nuansa lawas pop eksperimental yang begitu kental di album ini. Bagaimana ini seakan menjadi ‘nafas segar’ bagi musik pop di Indonesia untuk mungkin 1-2 tahun ke depan.
Berbicara mengenai tema besar seputar cinta dan romansa yang hadir, tidak semua cerita mengarah kepada cinta terhadap pasangan. Ambil contoh dari single “Arungi”, dimana ‘cinta’ yang dimuat di single tersebut adalah sebuah lagu untuk Ibu, yang mana diceritakan berjuang sendirian untuk membesarkan sang anak.
Jika mesti ada nomor yang dijagokan dari album ini, mungkin adalah bagaimana menyejukannya mendengarkan harmonisasi dari J.Alfredo, Bilal Indrajaya dan Noh Salleh dalam “Yang Tercinta”.
Mengingat bahwa super produktifnya Pijar perihal ‘rilis-merilis’ dalam beberapa tahun ke belakang, mungkin proyek solo J.Alfredo ini adalah bentuk ‘pelarian’ dari suntuknya kegiatan dirinya saat di Pijar, yang mungkin ada banyak ide-ide yang tidak tertampung di lapak sebelah. Menariknya, ‘pelarian’ ini terhitung berhasil dilakukannya di Romantic Echoes.
Pada akhirnya, memang agak susah jika mendengarkan album perdana dari Romantic Echoes ini tanpa melepaskan embel-embel Pijar dari pundak J.Alfredo, bahwa bagaimana ‘suara’ dari J.Alfredo memang sudah lekat dengan Pijar. Namun, mari kembali lagi ke sebuah kalimat yang sudah disebutkan diawal tulisan, “Susah, tapi pasti bisa.”
Tentu saja, akan ada banyak bentuk jawaban dari “Susah, tapi pasti bisa” ini. Namun bagi kami, ini menjadi satu lagi dari proyek solo seorang vokalis yang berhasil dilakukan.
Dengarkan Persembahan Dari Masa Lalu di berbagai layanan streaming musik yang tersedia.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …